BPS: Impor Beras Meningkat 165% pada Januari-Mei 2024

Mengacu data BPS, besaran impor beras pada Januari-Mei 2024 mencapai 2,26 juta ton. Jumlah ini meningkat drastis dari impor beras Januari-Mei 2023 sebanyak 854.000 ton.

oleh Arief Rahman H diperbarui 19 Jun 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2024, 18:20 WIB
BPS: Impor Beras Meningkat 165% pada Januari-Mei 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada kenaikan signifikan impor beras yang dilakukan Indonesia.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada kenaikan signifikan impor beras yang dilakukan Indonesia. Bahkan, jumlah impor beras meningkat 165,27 persen pada periode Januari-Mei 2024.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, kenaikan itu terjadi jika dibandingkan dengan realisasi impor pada Januari-Mei 2023, tahun lalu.

"Jadi impor pangan kita rinci itu yang pertama beras. Jadi beras naik sebesar 165,27 persen dibandingkan Januari-Mei 2023, kumulatifnya ya," kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).

Mengacu data BPS, besaran impor beras pada Januari-Mei 2024 mencapai 2,26 juta ton. Jumlah ini meningkat drastis dari impor beras Januari-Mei 2023 sebanyak 854.000 ton.

Sementara itu, impor beras paling banyak berasal dari Thailand sebesar 918.900 ton. Jumlah ini juga meningkat 136,23 persen dari volume sebelumnya sebanyak 338.900 ton pada tahun lalu.

Impor beras Vietnam juga meningkat 70,59 persen menjadi 624.700 ton pada Januari-Mei 2024. Selanjutnya, impor beras Pakistan meningkat 1.054,8 persen menjadi 390.800 ton.

Habibullah juga mencatat impor komoditas gandum ikut naik sebesar 35,31 persen dan tepung gandum naik 14,43 persen pada Januari-Mei 2024.

Sementara itu, impor bawang putih turun sebesar 2,42 persen dibandingkan Januari-Mei 2023. Gula turun 0,66 persen dibanding Januari-Mei 2023. Daging jenis lembu ini turun 48,36 persen dibandingkan Januari-Mei 2023. Minyak goreng turun sebesar 13,43 persen dibandingkan Januari-Mei 2023.

Impor RI Naik Jadi USD 19,4 Miliar

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor mencapai USD 19,40 miliar pada Mei 2024. Angka ini berarti ada peningkatan hingga 14,82 persen dari impor April 2024.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, nilai impor komoditas migas dan non migas sama-sama mengalami kenaikan. Impor migas yang mencapai USD 2,75 miliar naik 7,91 persen. Sementara, impor non migas sebesar USD 16,65 miliar tercatat naik 19,70 persen.

"Pada Mei 2024 nilai impor mencapai USD 19,40 miliar atau naik 14,82 persen secara bulanan," ujar Habibullah dalam konferensi pers, Rabu, 19 Juni 2024.

Turun Secara Tahunan

5000 Ton Beras Impor Asal Vietnam Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok
Suasana saat pekerja melakukan aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mendatangkan 5.000 ton beras impor asal Vietnam guna menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan digunakan untuk operasi pasar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Impor migas senilai USD 2,75 miliar atau turun sebesar 7,91 persen secara bulanan. Sementara itu, impor non migas senilai USD 16,65 miliar mengalami peningkatan sebesar 19,70 persen secara bulanan," sambungnya.

Dia menuturkan, naiknya nilai impor itu didorong oleh peningkatan nilai impor non migas dengan andil peningkatan sebesar 16,22 persen.

Turun Secara Tahunan

Sementara itu, Habibullah mencatat realisasi impor itu lebih rendah 8,83 persen dari Mei 2023 lalu. Nilai impor mencapai USD 21,28 miliar pada Mei 2023 lalu.

"Secara tahunan nilai impor Mei 2024 turun sebesar 8,83 persen. Nilai (impor) migas dan non migas masing-masing turun sebesar 12,34 persen dan 8,23 persen," kata dia.

Pada Mei 2023, impor migas tercatat sebesar USD 3,24 miliar. Serta, impor non migas mencapai USD 18,14 miliar. 

"Penurunan impor non migas didorong oleh penurunan komoditas kendaraan dan bagiannya kode HS 87, besi dan baja kode HS 72, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau kode HS 84," pungkas Habibullah.

 

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 49 Bulan Beruntun, Tembus USD 2,93 Miliar pada Mei 2024

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia kembali surplus pada Mei 2024. Ini menjadikan tren positif sepanjang 49 bulan berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Mei 2024 sebesar USD 2,93 miliar. Angka ini naik USD 210 juta dari surplus April 2024.

"Pada Mei 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 2,93 miliar USD atau naik sebesar 0,21 miliar USD secara bulanan," kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).

Dia mengatakan, tren positif ini berlanjut sejak Mei 2020 dengan nilai ekspor lebih tinggi ketimbang nilai impor RI.

"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei tahun 2020," ucapnya.

Dia menjelaskan, surplus Mei 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu. Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas.

Yaitu sebesar USD 4,28 miliar dengan komoditas penyumbang surplus di antaranya bahan bakar mineral kode HS 27, lemak dan minyak hewan atau nabati kode HS 15, dan besi dan baja kode HS 72.

"Surplus meraca perdagangan komoditas non migas lebih rendah jika sibandingkan dengan bulan lalu. Namun lebih tinggi dibandingkan dengan Mei tahun 2023," ucapnya.

"Pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,33 miliar dengan komositas penyumbang defisit yaitu hasil minyak serta minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Mei 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," pungkas Habibullah.

Neraca Perdagangan Surplus 48 Bulan Berturut-turut, Tapi Nilainya Turun Terus

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatay neraca perdagangan barang Indonesia sebesar USD 3,56 miliar pada April 2024. Angka ini memperpanjang catatan surplus neraca perdagangan Indonesia selama 4 tahun berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan angka surplus tadi mengalami penurunan sebesar USD 1,02 miliar dari Maret 2024 lalu. Tak cuma secara bulanan, angka surplus juga turun jika dibandingkan dengan April 2023, tahun lalu.

"Pada April 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 3,56 miliar atau turun sebesar USD 1,02 miliar secara bulanan," ujar Pudji dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

"Dengan demikian neraca perdgaangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun beruntun. Meskipun demikian, surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," jelasnya.

Mengacu pada data, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia turun USD 1,02 miliar dari Maret 2024. Serta, turun sebesar USD 380 juta dari April 2023 lalu.

Dia mencatat, surplus neraca perdagangan April 2024 ini lebih ditopang oleh surplus pada komodtias non migas sebesar USD 5,17 miliar.

Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS 27, lemak atau minyak hewan nabati atau HS 15, serta besi dan baja atau HS 72.

"Surplus neraca perdagangan non migas april 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama pada tahun lalu," ucapnya.

"Pada saat yang sama neraca perdagangan pada komoditas migas tercatat defisit USD 1,61 miliar dengan komositas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.

"Defisit neraca perdagangan migas April 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," tegasnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya