Meski Inflasi Tinggi Tapi Kekayaan Orang Turki Justru Naik, Kok Bisa?

Inflasi di Turki telah menembus angka hampir 72%, menurunkan daya beli masyarakat selama beberapa tahun terakhir. Lira Turki juga telah kehilangan hampir 83% nilainya terhadap dolar AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jul 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2024, 12:30 WIB
Inflasi Turki Akhirnya Turun pada Desember 2022
Seorang pedagang kaki lima mendorong gerobak roda di pasar di distrik Fatih Istanbul, Turki, Selasa, 3 Januari 2023. Presiden Recep Tayyip Erdogan yang menghadapi pemilihan pada Juni mendatang, telah menjanjikan penurunan tingkat inflasi di tahun baru 2023. (AP Photo/Khalil Hamra)

Liputan6.com, Jakarta - Turki berada jauh di depan negara-negara lain di dunia dalam peringkat kekayaan global tahunan, meski tingkat inflasi di negara itu masih tergolong tinggi. Hal itu diungkapkan oleh bank asal Swiss, UBS dalam Global Wealth Report 2024.

Turki menonjol dengan pertumbuhan kekayaan per orang dewasa yang mengejutkan sebesar lebih dari 157% antara 2022 dan 2023, meninggalkan negara-negara lain jauh di belakang,” ungkap UBS, dikutip dari CNBC International, Kamis (18/7/2024).

Negara tertinggi berikutnya dalam hal rata-rata pertumbuhan kekayaan per orang dewasa adalah Rusia dan Qatar dengan pertumbuhan kekayaan hampir 20%, serta Afrika Selatan dengan pertumbuhan kekayaan rata-rata per orang dewasa di atas 16%, menurut catatan INS.

Di AS, rata-rata kekayaan per orang dewasa tumbuh hampir 2,5%.

Inflasi di Turki telah menembus angka hampir 72%, menurunkan daya beli masyarakat selama beberapa tahun terakhir. Lira Turki juga telah kehilangan hampir 83% nilainya terhadap dolar AS.

Namun bagi warga Turki yang memiliki aset seperti rumah, kekayaannya meningkat karena inflasi yang menaikkan biaya kepemilikan aset tersebut.

Sebagai informasi, laporan UBS mendefinisikan kekayaan bersih dari nilai aset finansial ditambah aset riil (terutama perumahan) yang dimiliki oleh rumah tangga, namun tidak termasuk utang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inflasi Menjadi Faktor Peningkatan Kekayaan

20170421-Bandara Internasional Ataturk Turki-Antonius
Calon penumpang memadati Bandara Internasional Ataturk di Istanbul, Rabu (19/4). Di 2015, Ataturk menggeser Frankfurt sebagai bandara tersibuk ketiga di Eropa setelah bandara Heathrow, London dan Charles de Gaulle, Paris. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Saat berbincang dengan para jurnalis, beberapa penulis laporan UBS menguraikan hubungan antara inflasi dan peningkatan kekayaan di Turki.

“Dalam beberapa hal, tingginya laju inflasi juga membantu menjelaskan mengapa kekayaan meningkat jauh lebih besar dalam mata uang lokal, setidaknya (lebih) dibandingkan negara lain karena perlu diingat bahwa kekayaan diukur dalam nilai nominal,” ungkap Samuel Adams, ekonom di UBS Global Wealth Management.

“Jika inflasi sangat tinggi, yang cenderung terjadi adalah jika Anda memiliki aset riil seperti perumahan, harga rumah cenderung naik seiring dengan inflasi, bahkan lebih cepat,” ujarnya.

“Jadi orang-orang yang memiliki kepemilikan rumah, atau yang memiliki saham, yang juga cenderung berkinerja cukup baik di lingkungan tersebut, mereka cenderung melihat kekayaan mereka terakumulasi lebih cepat,” paparanya.

 


Efek Mata Uang

Menikmati Suasana Ramadhan di Masjid Biru Turki
Orang-orang berbuka puasa dengan latar belakang Masjid Sultan Ahmed yang ikonik, lebih dikenal sebagai Masjid Biru, dihiasi dengan lampu dan slogan bertuliskan "Ramadhan adalah cinta," menandai bulan Ramadhan, di distrik bersejarah Sultan Ahmed di Istanbul (13/4/2021). (AP Photo/Emrah Gurel)

Laporan UBS juga mencatat “efek mata uang”, yang merupakan hal yang paling banyak mengubah pertumbuhan kekayaan – angka pertumbuhan kekayaan dalam mata uang lokal seringkali sangat berbeda dengan angka dalam dolar.

“Pertumbuhan Turki sudah luar biasa, yaitu lebih dari 63% dalam USD… lebih dari dua kali lipat menjadi hampir 158% dalam lira Turki,” kata Addam.

Contoh lain dalam laporan ini adalah Jepang, yang dalam dolar AS mengalami pertumbuhan rata-rata kekayaan per orang dewasa dalam dolar AS kurang dari 2% antara tahun 2022-2023, namun dalam mata uang lokal, pertumbuhan tersebut sebesar 9%.

Mengevaluasi pertumbuhan kekayaan rata-rata suatu negara antara tahun 2008 dan 2023, “evolusi paling dramatis terjadi di Turki,” tulis UBS, seraya menambahkan bahwa di rata-rata kekayaan per orang dewasa pada periode ini melonjak sebesar 1.708% dalam mata uang lokal.

 


Banyak Aset Bukan Berarti Banyak Uang

Kepala Ekonom UBS Global Wealth Management, Paul Donovan, menekankan bahwa kaya akan aset tidak selalu berarti kaya akan uang.

Ia menyebutkan, di Turki, hal ini justru bisa menjadi kebalikannya.

“Dalam hal standar hidup dibandingkan kekayaan, penting juga untuk diingat bahwa jika Anda memiliki rumah, nilai rumah Anda telah meningkat, namun upah riil Anda mungkin negatif pada saat yang sama. Jadi Anda bisa menjadi… kaya aset dan miskin uang,” kata Donovan pekan lalu.

“Hal ini tentu saja merupakan sebuah kemungkinan, dimana banyak tekanan yang muncul dalam perekonomian Turki selama beberapa tahun terakhir terjadi karena pendapatan riil yang negatif,” tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya