Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyoroti kendala yang dihadapi oleh UMKM dalam melakukan ekspor produknya. Menurutnya, perlu ada kemitraan dengan perusahaan besar untuk mempermudah hal tersebut.
Menkop Teten menyadari mendorong ekspor produk UMKM bukan perkara mudah. Maka, diperlukan keterlibatan banyak pihak.
Baca Juga
"Saya kira kita perlu bersama-sama untuk terus mendorong ekspor UMKM meski hal itu tidak mudah," ungkap Teten Masduki di JCC Senayan, Jakarta, dikutip Selasa (23/7/2024).
Advertisement
Dia mengatakan, skala produksi dari UMKM cenderung kecil, sehingga diperlukan adanya pembinaan dan kemitraan dengan perusahaan besar. Artinya, produknya diserap perusahaan, lalu bisa dikembangkan ke pasar internasional.
"Kita tahu UMKM itu produknya kecil sehingga perlu diagregasi melalui program kemitraan dengan pelaku usaha besar supaya bisa masuk ke pasar global," ucapnya.
Poin yang menjadi sorotannya juga adalah terkait kualitas dan standar produk. Menurutnya, UMKM perlu memperhatikan ini. Sehingga, ketika ada pesanan dari luar negeri, barangnya harus bisa dipasok sesuai dengan kualitas dan jumlahnya.
"Saya tahu persis untuk ekspor perlu standardisiasi dan kualitas produk terjaga. Nah sebagian besar UMKM ada masalah itu sehingga perlu ada pendampingan. Jadi saya mau melihat kerja sama antara UMKM dengan pelaju usaha besar untuk masuk pasar global," tegas dia.
Â
Ekspor Masih Kalah dari Malaysia-Thailand
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat jumlah UMKM di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Namun, Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid menyoroti masih minimnya porsi ekspor dari UMKM lokal.
Dia mencatat, 65 juta UMKM Indonesia mampu menyerap 97 persen tenaga kerja. Jumlah ini juga disebut setara dengan 90 persen UMKM di Asean. "Ini adalah potensi yang juga harus kita rayakan, untuk itu sekali lagi kami ingin supaya jelas bahwa umkm itu adalah pejuang, pejuang UMKM Indonesia," ungkap Arsjad dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Kendati begitu, dia mengantongi data lainnya. Khususnya terkait porsi ekspor produk UMKM yang baru menyentuh 15 persen dari jumlah total tadi. Angka ini berada di bawah perolehan Malaysia dan Thailand.
"Namun kita belum boleh berpuas diri, terlebih baru 15 persen UMKM Indonesia yang menembus ekspor dan angka ini terbilang jauh bila kita bandingkan nilai ekspor tetangga kita di di Asean seperti di Malaysia di angka 17,3 persen dan Thailand di angka 28,7 persen," tuturnya.
Arsjad menemukan banyak keluhan dari pelaku UMKM yang belum bisa merambah ke pasar ekspor. Mulai dari sulitnya memilih agen eskportir hingga mencari mitra negara tujuan ekspor.
"Beberapa kali saya membaca DM yang komentar ini di Instagram dari pelaku UMKM yang bingung bagaimana cara menembus pasar ekspor. Misalnya kesulitan mencari jasa ekspor yang kredibel, susah mencari informasi mitra negara tujuan dan akses ekspor dan masih banyak lagi," urainya.
Â
Advertisement
Strategi Perluas Pasar
Lebih lanjut, Arsjad menerangkan sudah ada wadag di Kadin Indonesia untuk membantu UMKM merambah pasar internasional. Wadah yang disebut Kadin Wiki Export ini dinilai jadi upayanya mendukung program pemerintah.
"Nah untuk menjawab kebingungan tersebut. Kadin Indonesia sebagai mitra strategis yang berkomitmen dalam mendukung agenda pemerintah, kami hadir. Di Kadin kami berkomitmen untuk mendukung UMKM Indonesia untuk naik kelas dan menembus pasar ekspor," katanya.
"Tahun ini Kadin berkomitmen mendorong lebih banyak lagi UMKM mengakses pasar internasional. Melalui Kadin Wiki Ekspor dengan 50 program, Kadin mendukung lebih dari 200 UMKM untuk mendapatkan pelatihan bersertifikasi ekspor dan menjadi pusat informasi resmi tentang ekspor-impor," pungkasnya.
Â