Rupiah Tertekan dari Dolar AS di Awal Perdagangan, Mampu Menguat?

Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah pasar mengantisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) kuartal II-2024.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Jul 2024, 12:14 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 12:14 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS dibuka Kamis pagi tergelincir 36 poin atau 0,22 persen menjadi 16.251 per dolar AS dari sebelumnya rupiah sebesar 16.215 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah pasar mengantisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) kuartal II-2024.

"Rupiah hari ini diperkirakan kembali melemah terhadap dolar AS pada kisaran 16.200 hingga 16.250 per dolar AS dipengaruhi oleh antisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi AS dan core PCE index pada 25 dan 26 Juli waktu AS," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara, Kamis (25/7/2024).

Ekonomi AS kuartal II-2024 diperkirakan tumbuh 2 persen dibanding sebelumnya 1,4 persen dan Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Inti atau core PCE index sebesar 0,2 persen dibanding sebelumnya 0,1 persen.

Faktor Domestik

Sementara dari domestik, ada kekhawatiran jatuh tempo utang pemerintah Indonesia tahun depan.

Hal itu akan berpengaruh terhadap belanja pemerintah terutama proyek-proyek strategis pemerintah saat ini perlu dievaluasi kembali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS

Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022
Ilustrasi Rupiah kertas pecahan Rp 100.000. (Sumber foto: Pexels.com).

Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.

Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.

"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).

Kinerja Rupiah

Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Advertisement Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.

Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya