Rupiah Merosot ke Rp 15.500 di 2 September 2024, Ini Penyebabnya

Untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.510 - Rp.15.590.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Sep 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2024, 17:00 WIB
Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali melemah di awal bulan pada Senin, 2 September 2024. Rupiah ditutup melemah 70 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) Pada perdagangan Seni sore (2/9/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 105 poin.

Rupiah turun di level Rp.15.525 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.455.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.510 - Rp.15.590," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (2/9/2024).

Pelemahan Rupiah menyusul kontraksi pada Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia lebih dalam ke level 48,9 pada Agustus 2024. Indeks ini menunjukkan penurunan tajam pada kondisi pengoperasian selama 3 tahun.

Laporan terbaru S&P Globa pada Senin (2/9/2024) menunjukkan, indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional itu turun dari bulan sebelumnya yang berada di level 49,3.  

Selain itu, penurunan permintaan asing juga semakin cepat hingga paling tajam sejak bulan Januari 2023.

"Selain karena berkurangnya permintaan ekspor secara umum, beberapa panelis melaporkan bahwa tantangan pengiriman global membebani penjualan," Ibrahim menyoroti.

Lebih lanjut, melemahnya produksi dan permintaan baru menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabrik sektor manufaktur Indonesia. Secara umum, tingkat susunan staf menurun selama 2 bulan berturut-turut, meski hanya sedikit.

Dilaporkan juga, bahwa tidak ada penggantian karyawan yang keluar atau pemberlakuan PHK sementara karena penjualan dan produksi menurun. Perusahaan juga memilih mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Agustus, mengutamakan penggunaan inventaris selama memungkinkan.

"Artinya, stok input turun untuk pertama kalinya dalam 1,5 dan pada tingkat tertinggi sejak Agustus 2021," papar Ibrahim. 

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Libur Umum di AS Berpotensi Perlambat Dolar

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, di Amerika Serikat, para pedagang mengurangi taruhan untuk pelonggaran kebijakan agresif oleh Federal Reserve dengan fokus sekarang beralih ke laporan pekerjaan akhir minggu ini.

Kenaikan imbal hasil Treasury jangka panjang ke level tertinggi sejak pertengahan Agustus setelah ukuran inflasi AS yang diawasi ketat tetap stabil, mengurangi keharusan bagi Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada 18 September.

"Para pedagang saat ini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Fed sebesar 50 bp bulan ini sebesar 33%, dibandingkan dengan kemungkinan pemangkasan seperempat poin sebesar 67%. Seminggu sebelumnya, ekspektasi untuk pemangkasan yang lebih besar adalah 36%," ungkap Ibrahim.

"Libur umum di AS pada hari Senin berpotensi memperlambat awal minggu bagi dolar, kata para analis, tetapi pada hari-hari lainnya akan ada aliran data ekonomi makro yang stabil yang berpuncak pada data penggajian nonpertanian pada hari Jumat," bebernya.

Sedangkan di Asia, aktivitas manufaktur China merosot ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus. Penurunan ini karena harga di tingkat pabrik anjlok dan pemilik berjuang untuk mendapatkan pesanan, survei resmi menunjukkan pada hari Sabtu, menekan para pembuat kebijakan untuk terus melanjutkan rencana untuk mengarahkan lebih banyak stimulus ke rumah tangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya