Rupiah Ambruk Pekan Ini, Bagaimana Minggu Depan?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diramal masih fluktuatif namun ditutup tetap melemah direntang 15.440 per dolar AS -15.520 per dolar AS pada perdagangan Senin pekan depan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Agu 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 16:30 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah 31,5 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan Jumat sore (30/8/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah 31,5 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan Jumat sore (30/8/2024). Pelemahan ini terjadi meski Rupiah sebelumnya sempat melemah 55 poin.

Rupiah ditutup melemah ke level 15.455,5 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.423,5 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.440-Rp 15.520," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Jumat (30/8/2024).

"Dolar AS terbantu oleh tanda-tanda ketahanan ekonomi AS yang terus berlanjut, setelah data produk domestik bruto yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan ekonomi tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua," katanya.

Seperti diketahui, data indeks harga PCE yang menjadi pengukur inflasi AS pilihan The Fed akan dirilis pada hari Jumat (31/8) waktu setempat. Data tersebut diharapkan menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada bulan Juli 2024.

Hal ini lantaran kinerja eonomi yang kuat dan inflasi yang lesu membuat The Fed kurang bersemangat untuk memangkas suku bunga secara tajam.

Pelonggaran Kebijakan Moneter

CME Fedwatch kini menunjukkan, sementara para pedagang masih mempertahankan taruhan untuk pelonggaran pada bulan September, mereka lebih condong ke arah pemotongan yang lebih kecil, 25 basis poin.

Selain itu, data indeks harga konsumen dari Tokyo menunjukkan inflasi tumbuh sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan Agustus, dengan inflasi inti bergerak kembali mendekati target tahunan Bank Jepang sebesar 2% di tengah peningkatan belanja swasta.

"Pembacaan tersebut memperkuat gagasan bahwa peningkatan inflasi akan memberi BOJ lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Pembacaan CPI juga membantu pasar mengabaikan hasil produksi industri dan penjualan ritel yang mengecewakan," jelas Ibrahim.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


DPR Minta Pemerintah Ubah Asumsi Rupiah di RAPBN 2025, Jadi Berapa?

Kepala Banggar DPR RI Said Abdullah dalam rapat Banggar dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menkumham, dan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (27/8/2024)
Kepala Banggar DPR RI Said Abdullah dalam rapat Banggar dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menkumham, dan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (27/8/2024)

Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyarankan agar Pemerintah mempertimbangkan untuk mengubah asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam RAPBN 2025, yang awalnya ditargetkan sebesar 16.100 per dolar AS menjadi 15.900 per dolar AS.

"Persoalan nilai tukar rupiah selama ini juga selalu membuat kita pening. Grafik transaksi kurs kita dalam jangka panjang cenderung melemah. Pada 2025, pemerintah mengusulkan kurs Rp16.100/USD. Pimpinan Banggar DPR mendorong agar kurs bisa lebih rendah di level 15.900 per dolar AS," kata Kepala Banggar DPR RI Said Abdullah dalam rapat Banggar dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menkumham, dan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (27/8/2024).

Banggar DPR RI meyakini bahwa dengan transformasi struktur ekspor yang bernilai tinggi, penguatan investasi, serta kebijakan bauran sistem pembayaran yang beragam dari sejumlah mata uang mitra dagang, akan membantu memperkuat nilai rupiah.


Suku Bunga SBN

FOTO: Hut ke-76 TNI, Bendera Merah Putih Raksasa Berkibar di Langit Jakarta
Helikopter TNI AU mengibarkan bendera Merah Putih raksasa di kawasan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (5/10/2021). Bendera yang dikibarkan berukuran 30 x 20 meter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Terkait dengan tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang diajukan Pemerintah sebesar 7,1 persen, Banggar menilai hal ini akan menjadi beban berat bagi pemerintah di masa depan.

Hal ini dikarenakan jumlah kumulatif bunga utang Indonesia sejak 2015 hingga 2023 telah mencapai Rp2.569,4 triliun. Menurut Said, suku bunga SBN yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain berpotensi membuat kondisi fiskal menjadi tidak sehat.

Oleh karena itu, Banggar menilai bahwa Pemerintah perlu mempelajari dan mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara tetangga yang memiliki tingkat suku bunga di kisaran 1-3 persen.

"Pimpinan Banggar DPR berharap suku bunga SBN bisa lebih rendah dari usulan pemerintah dalam nota keuangan RAPBN 2025, setidaknya rata-rata di 6,9 persen, dan ke depan diupayakan agar bisa lebih rendah lagi, serta mengembangkan skema pembiayaan yang lebih murah," pungkas Said.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya