HSBC Indonesia Kucurkan Pinjaman Rp 300 Miliar ke Fintech Ini

HSBC Indonesia menyalurkan social loan sebesar Rp 300 miliar (sekitar USD 18,5 juta) untuk perusahaan fintech Indonesia AwanTunai, guna mendukung program AwanTunai meningkatkan ekosistem UMKM.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Agu 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 12:30 WIB
hsbc-laba130304c.jpg
HSBC Indonesia menyalurkan social loan sebesar Rp 300 miliar (sekitar USD 18,5 juta) untuk perusahaan fintech Indonesia AwanTunai, guna mendukung program AwanTunai meningkatkan ekosistem UMKM.

Liputan6.com, Jakarta HSBC Indonesia menyalurkan social loan sebesar Rp 300 miliar (sekitar USD 18,5 juta) untuk perusahaan fintech Indonesia AwanTunai, guna mendukung program AwanTunai meningkatkan ekosistem UMKM.

Kesepakatan ini merupakan bagian dari ASEAN Growth Fund, pendanaan unik dan inovatif dari HSBC yang diluncurkan pada Maret lalu untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan ASEAN yang bertumbuh pesat. Transaksi ini juga merupakan penyaluran social loan pertama dari HSBC Indonesia pada sektor fintech.

“Kami bangga dapat mendukung Awan Tunai melalui pemberian social loan sebesar Rp 300 miliar untuk membantu AwanTunai memperluas akses terhadap pembiayaan bagi sektor UMKM. Hal ini sejalan dengan ambisi kami untuk turut berkontribusi mendukung pertumbuhan yang lebih inklusif dan kemajuan sosial-ekonomi di Indonesia," kata Managing Director Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Dengan mendukung UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian negara, kemitraan dengan AwanTunai diharapkan kian memacu kewirausahaan lokal dan penciptaan lapangan kerja, serta berkontribusi pada visi Pemerintah untuk menciptakan lanskap ekonomi yang lebih tangguh.

Sebagai perusahaan rintisan, AwanTunai memiliki fokus dalam melayani pemberian pinjaman kepada pelanggan di segmen rantai pasok produk konsumen (Fast Moving Consumer Goods – FMCG) dan bahan pokok yang didalamnya terdiri atas tipe pelanggan Warung, Grosir dan Distributor.

"Kami saat ini telah mencapai USD 1,2 miliar dalam pencairan pinjaman tahunan, dan kami berharap mencapai USD 2 miliar pada akhir tahun ini. Fasilitas pinjaman ini akan mempercepat rencana pertumbuhan kami," kata Chief Financial Officer AwanTunai, Shilpa Gautam.

Dia menjelaskan bahwa dana ini akan digunakan untuk memperluas operasi AwanTunai ke Kalimantan dan Sulawesi. Saat ini, perusahaan memiliki pelanggan di Jawa, Sumatera, dan Bali.

 

 

Bisnis Pemberian Pinjaman

Ilustrasi Fintech
Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

Salah satu pendiri AwanTunai, Rama Notowidigdo mengakui bahwa beberapa perusahaan teknologi sedang mencoba masuk ke segmen bisnis pemberian pinjaman kepada pelanggan yang sama dengan AwanTunai namun banyak yang mengalami kegagalan, tambahnya. Cara pandang yang salah terhadap ekosistem bisnis tersebut adalah penyebab utamanya.

"Semua berpikir ini adalah segmen yang sederhana, dan itu adalah jebakan paling umum. Ketika kami membangun perusahaan pemberi pembiayaan di segmen ini, maka permainannya benar-benar berbeda," katanya.

Rama juga mencatat bahwa investor teknologi masih memiliki cukup dana untuk disalurkan ke perusahaan rintisan meskipun sedang terjadi tech winter. Bahkan, AwanTunai telah mengumpulkan USD 27,5 juta dalam putaran pendanaan seri B antara lain dari Dana Investasi Pemerintah Norwegia, Norfund dan perusahaan investasi Finlandia, FinnFund, pada bulan Maret 2024. "Tech winter hanya terjadi pada perusahaan yang tidak memiliki bisnis yang memberikan dampak nyata," katanya.

 

Penyalahgunaan Akun Fintech Makin Marak, Kenali Modus Pencurian Data Pribadi

Fintech
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Sebelumnya, modus kejahatan penyalahgunaan akun fintech makin beragam dan kompleks, terutama melalui praktik social engineering dengan memanipulasi pengguna untuk mengungkapkan data pribadi.Oleh sebab itu sangat penting memperkuat keamanan data di industri fintech, baik dari sisi pelaku industri maupun konsumen. 

Permasalahan ini semakin diperparah oleh rendahnya indeks literasi keuangan masyarakat pada sektor fintech yang hanya mencapai 10,9% pada 2022. Angka ini mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai cara melindungi data pribadi mereka dalam konteks digital.

Akibatnya, banyak konsumen yang dengan mudah memberikan data pribadi mereka tanpa menyadari potensi risiko yang ada, termasuk kejahatan untuk membuka akun fintech secara ilegal atau melakukan penipuan lainnya.

SVP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari menjelaskan, untuk menciptakan ekosistem fintech yang kondusif memerlukan sinergi yang tidak hanya melibatkan pelaku industri, tetapi juga masyarakat sebagai pengguna layanan fintech.

“Kami prihatin dengan meningkatnya kasus penyalahgunaan akun fintech akhir-akhir ini. Sebagai penyedia kredit digital, Kredivo berkomitmen untuk tidak hanya terus memperkuat keamanan sistem, namun juga aktif melakukan berbagai kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi data pribadi," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (25/7/2024).

"Kami percaya bahwa menjaga keamanan data pribadi adalah tanggung jawab bersama dan hal ini merupakan kunci untuk mencegah penyalahgunaan akun fintech.” tambah dia. 

 

Kampanye Edukasi

Tampilan aplikasi kredivo
Tak hanya melalui film pendek, Kredivo juga mengajak partisipasi aktif dari masyarakat melalui kegiatan sosialisasi (Dok.Kredivo)

Sebagai penyedia layanan keuangan digital yang mengedepankan perlindungan konsumen, Kredivo secara konsisten meluncurkan berbagai kampanye edukasi untuk mendorong peningkatan literasi keuangan digital masyarakat melalui kemasan menarik dan relevan.

Sebelumnya, Kredivo telah meluncurkan kampanye #AutoMikir, yang merupakan kampanye keamanan data pribadi sebagai upaya untuk mengurangi potensi penipuan dalam industri fintech.

Dalam kampanye ini, Kredivo mengilustrasikan perilaku ekstrim dalam kehidupan sehari-hari untuk memberikan contoh tentang cara berpikir yang bijak untuk selalu berhati-hati sebelum membagikan data pribadi atau mempercayai informasi dari sumber yang tidak dikenal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya