Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Jepang menandatangani Protokol Perubahan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada Kamis (8/8/2024) di Jakarta.
Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui konferensi video oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Jakarta, dan Menteri Luar Negeri Jepang Kamikawa Yoko di Tokyo, Jepang.Â
Baca Juga
"Saya bersama Menlu Jepang menandatangani Protokol Perubahan IJEPA. Hari ini bersejarah karena Indonesia dan Jepang telah menyempurnakan dan memperbarui Perjanjian IJEPA agar lebih modern," ujar Mendag Zulkifli Hasan, Kamis (8/8/2024).
Advertisement
Mendag Zulkifi Hasan menjelaskan, cakupan Protokol Perubahan IJEPA meliputi amandemen serta peningkatan komitmen untuk bab perdagangan barang, perdagangan jasa termasuk niaga elektronik (e-commerce), pergerakan orang perseorangan (Movement of Natural Persons/MNP), kerjasama, kekayaan intelektual, serta pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Mendag menyampaikan, untuk perdagangan barang, Jepang akan memperbaiki akses pasar untuk 112 pos tarif produk Indonesia. Produk tersebut antara lain, produk segar dan olahan ikan termasuk tuna, cakalang, lobster dan kerang; buah-buahan. Lalu makanan dan minuman, serta bahan kimia organik.Â
Sedangkan, Indonesia akan memperbaiki akses pasar untuk 25 pos tarif produk Jepang, antara lain, produk besi dan baja, serta otomotif.
Sementara untuk perdagangan jasa, kedua pihak sepakat memperluas akses pasar bidang perbankan serta mengembangkan kapasitas di bidang real estate dan transportasi. Indonesia dan Jepang juga menyepakati bab e-commerce untuk memfasilitasi perkembangan perdagangan melalui sistem elektronik.
Untuk MNP, kedua negara sepakat menambah masa kerja perawat dan pengasuh (caregiver) Indonesia di Jepang, menyempurnakan prosedur imigrasi dan penempatan, serta meningkatkan perluasan pasar kerja tenaga kerja Indonesia di Jepang melalui pembahasan liberalisasi lebih lanjut untuk profesi lainnya.
"Dengan Perubahan Protokol IJEPA, ekspor Indonesia ke Jepang pascaimplementasi IJEPA diproyeksikan meningkat rata-rata 11,6 persen per tahun (2024-2033). Sementara itu, ekspor Indonesia ke Jepang diproyeksikan mencapai nilai USD 35,9 miliar pada 2028, naik 58 persen dari nilai ekspor 2023 senilai USD 20,8 miliar," tutur Mendag.
Â
Â
Jepang Setuju Eliminasi Tarif
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengungkapkan, melalui Protokol Perubahan IJEPA, Jepang memberikan tambahan pengurangan dan penghapusan tarif bea masuk untuk produk-produk ekspor potensial Indonesia. Termasuk produk perikanan segar dan olahan yang menjadi kepentingan nasional.
"Jepang setuju mengeliminasi tarif untuk produk olahan tuna dan cakalang. Sehingga Indonesia kini memiliki preferensi tarif yang setara dengan pesaing di kawasan seperti Thailand dan Filipina," kata Djatmiko.Â
"Di sisi lain, Jepang juga menambah kuota untuk impor pisang dan nanas asal Indonesia yang bisa mendapatkan tarif nol persen," dia menambahkan.
Adapun Protokol Perubahan IJEPA mencakup perubahan dan penyempurnaan teks perjanjian peningkatan komitmen akses pasar. "Prokokol ini diharapkan semakin membuka pasar Jepang untuk produk Indonesia. Sebagai tindak lanjut penandatanganan, kedua negara akan memulai proses ratifikasi yang diharapkan dapat diselesaikan pada 2025," pungkas Djatmiko.Â
IJEPA merupakan perjanjian perdagangan bilateral pertama Indonesia yang diberlakukan sejak 2008. Sesuai ketentuan IJEPA, kedua negara akan melakukan general review untuk mengevaluasi pemberlakuan perjanjian 5 tahun pasca implementasinya.Â
Â
Advertisement
Perundingan IJEPA
Sebelumnya, kedua negara telah melaksanakan perundingan General Review IJEPA pada periode 2015-2019 dan menghasilkan laporan bersama (joint report) sebagai basis merundingkan Protokol Perubahan IJEPA. Penyelesaian perundingan Protokol Perubahan IJEPA sebelumnya telah diumumkan di Tokyo, Jepang pada 16 Desember 2023.
Merujuk catatan Kemendag, perdagangan bilateral Indonesia-Jepang tumbuh positif 9,93 persen dalam 5 tahun terakhir (2018—2023), Indonesia selalu mencatatkan surplus. Pada 2023, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 37,3 miliar.Â
Pada tahun tersebut, ekspor Indonesia ke Jepang tercatat sebesar USD 20,8 miliar, sedangkan nilai impor Indonesia dari Jepang sebesar USD 16,5 miliar. Pada 2023, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 4,2 miliar.Â
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Jepang, antara lain, batu bara, bijih tembaga, gas alam, nikel, serta limbah dan skrap logam mulia. Sementara komoditas impor utama Indonesia dari Jepang, antara lain, produk baja, kendaraan bermotor untuk pengangkutan barang, katoda, dan transmisi kendaraan (gearbox).
Â
Neraca Perdagangan RI Tembus USD 15,45 Miliar pada Semester I 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif periode Januari hingga Juni 2024 neraca perdagangan Indonesia mencapai USD15,45 miliar atau mengalami penurunan sebesar USD 4,46 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Jika dilihat lebih rinci, secara kumulatif neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD25,55 miliar atau lebih rendah sekitar USD3,16 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas mencapai USD 10,11 miliar atau lebih besar USD 1,31 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Jika dilihat menurut negara, defisit neraca perdagangan nonmigas kumulatif terbesar hingga Juni tahun ini terjadi dengan Tiongkok sebesar USD 5,43 miliar, kemudian dengan Australia USD USD 2,28 miliar, Thailand USD 2,16 miliar.
Juni 2024
Di sisi lain, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 mengalami surplus sebesar USD2,39 miliar. Capaian tersebut memperpanjang catatan surplus selama 50 bulan beruntun sejak Mei 2020.
"Pada Juni 2024 nercaa perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD2,39 miliar, atau turun sebesar USD 0,54 miliar secara bulanan, dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujarnya.
Surplus neraca perdagangan Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD4,43 miliar, dimana komoditas yang menyumbangkan surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS72), dan beberapa komoditas lainnya.
 Â
Advertisement