Pemerintah Diam-Diam Punya Pengganti BBM Pertalite dan Pertamax, Ini Bocorannya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memberi bocoran bahwa pemerintah selangkah lagi menemukan produk BBM ramah lingkungan sebagai pengganti Pertalite dan Pertamax.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 17 Sep 2024, 16:51 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2024, 16:51 WIB
20160315-Hore, Harga BBM Pertamina Turun Rp 200 Per Liter-Jakarta
Pengendara motor mengisi kendaraannya dengan BBM di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (15/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memberi bocoran bahwa pemerintah selangkah lagi menemukan produk BBM ramah lingkungan sebagai pengganti Pertalite dan Pertamax.

Adapun pemerintah saat ini tengah berupaya menciptakan produk alternatif BBM yang lebih ramah lingkungan, semisal bahan campuran untuk bahan bakar nabati (BBN). Namun, Luhut belum mau membocorkan detilnya seperti apa.

"Kita lagi cari juga semua, tapi saya kira akan dapat, sudah hampir dapat, hanya saya belum berani membuka," ujar Luhut saat ditemui di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (17/9/2024).

Produk BBM Rendah Sulfur

Lebih lanjut, Luhut menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk segera menyelesaikan produk BBM rendah sulfur. Itu dipercaya bisa menurunkan tingkat polusi di Indonesia yang saat ini berada di angka rata-rata 160 US AQI.

"Jadi ini sedang berproses, mungkin sementara waktu aja. Karena low sulfur ini kewajiban pemerintah untuk mengurangi. Kalau kita mengurangi bensin sampai bisa berapa puluh persen, itu mungkin bisa mengurangi mungkin indeks polusi sampai 50-60 (US AQI)," bebernya.

"Dan, ini saya kira akan mengurangi juga subsidi kepada BPJS yang sekarang ini sudah diberikan sampai Rp 30 triliun," imbuh Luhut.

Sehingga, Luhut mengatakan, semua pihak sepakat soal adanya ongkos yang harus ditanggung dalam mitigasi pencemaran udara. "Karena kalau nanti tidak dilakukan nanti kamu juga bisa kena, berobat lagi naik juga. Jadi semua ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan," tegas Luhut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Aturan Pembatasan BBM Subsidi Masih Dibahas, Kapan Diterapkan?

Tiga Kemungkinan Penyebab Pertalite Bikin Boros BBM
Ilustrasi sepeda motor sedang mengisi BBM di SPBU Pertamina (Istimewa)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa aturan pembatasan BBM subsidi per 1 Oktober 2024 masih dalam tahap pembahasan. Ia meminta agar publik tidak berspekulasi secara berlebihan terkait rencana kebijakan tersebut.

Jawaban ini diberikan setelah Pertamina bersiap untuk menerapkan program BBM tepat sasaran untuk penyaluran Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) dan Solar sebagai Jenis BBM Tertentu (JBT).

"Jadi, terkait BBM subsidi, saat ini masih dalam pembahasan aturannya. Belum ada aturan tersebut, dan belum diterapkan. Untuk lebih jelasnya, masih dalam pembahasan. Jadi jangan berspekulasi dulu," ujar Bahlil setelah Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (12/9/2024).

Akan Diumumkan Sendiri

Bahlil juga berjanji akan mengumumkan kebijakan ini jika aturan pembatasan BBM Pertalite dan Solar sudah siap dilaksanakan. Ia menegaskan bahwa bahan bakar subsidi hanya diberikan kepada mereka yang berhak.

"Yang jelas, BBM ini harus tepat sasaran. Jangan orang seperti saya menerima BBM subsidi, itu tidak adil. Kita harus memberikannya kepada saudara-saudara kita yang memang layak mendapatkannya," tegasnya.

Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga memastikan bahwa penyaluran dan ketersediaan BBM di seluruh wilayah Indonesia tetap sesuai dengan kuota yang diberikan pemerintah, meskipun ada isu pembatasan penyaluran yang akan diberlakukan.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menjelaskan bahwa Pertamina tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat melalui penyediaan Pertalite sesuai kuota dan titik layanan jual yang telah ditetapkan oleh BPH Migas.

"Pertalite adalah salah satu BBM bersubsidi, dan pengaturan oleh regulator dimaksudkan agar subsidi tepat sasaran. Pengaturan ini, antara lain, dilakukan dengan menentukan titik-titik SPBU yang menjual BBM bersubsidi, memperhatikan jalur transportasi umum, dan tidak berada di area pemukiman menengah ke atas atau daerah industri," jelasnya.

 


Dukungan Pertamina

BBM Baru Pertamax Green 95
Pertamax Green 95 sudah terpampang di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta. Ini merupakan produk BBM campur bioetanol dengan tingkat RON 95. Foto: Liputan6.com/ Arief R

Heppy menambahkan bahwa Pertamina Patra Niaga terus mendukung subsidi tepat sasaran dengan mendata pengguna BBM subsidi melalui pendaftaran QR Code.

"Pertamina Patra Niaga mengajak masyarakat untuk bijak menggunakan BBM subsidi dan membantu pemerintah mengidentifikasi pengguna BBM bersubsidi melalui penggunaan QR Code sebagai syarat untuk mendapatkan BBM Pertalite," tambahnya.

Untuk memastikan penyaluran Pertalite terkontrol, Pertamina Patra Niaga memberlakukan pengisian Pertalite menggunakan QR Code bagi kendaraan yang telah mendaftar, serta mencatat nomor polisi kendaraan bagi yang belum mendaftar.

"Kami terus mengintensifkan pendaftaran subsidi tepat Pertalite di wilayah wave Q, yaitu Jawa, Madura, Bali (Jamali), dan sebagian wilayah non-Jamali seperti Kepri, NTT, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur," pungkas Heppy.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya