Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jakarta Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan melakukan percepatan proses pembangunan Stasiun Rangkasbitung Ultimate.
Bersama DJKA, KAI Commuter dan KAI Daop 1 Jakarta akan melaksanakan switch over tahap 1 pekerjaan prasarana perkeretaapian seperti persinyalan dan jalur rel dan fasilitas layanan di Stasiun Rangkasbitung pada Selasa malam hingga Rabu (17-18/9/2024) dini hari.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus menyampaikan, untuk mendukung pembangunan Stasiun Rangkasbitung dan pelaksanaan switch over pekerjaan tahap pertama, mulai Rabu 18 September 2024 flow layanan pengguna KRL Commuter Line yang akan masuk dan keluar di Stasiun Rangkasbitung dan jalur kereta akan disesuaikan.
Advertisement
"Pada pelaksanaan switch over ke-1 Stasiun Rangkasbitung, akan dilakukan penyesuaian flow pengguna Commuter Line Jaboetabek tujuan dan dari arah Tanah Abang," jelas Joni, Rabu (18/9/2024)
Berikut penyesuaian flow pengguna di Stasiun Rangkasbitung mulai 18 September 2024:
- Akses pintu masuk hall Stasiun Rangkasbitung untuk pengguna di sisi selatan (dari arah Pasar) akan dialihkan ke sisi Utara stasiun (arah Parkiran) Jl Sunan Kalijaga.
- Layanan naik dan turun pengguna Commuter Line Jabodetabek yang sebelumnya dilayani di Jalur 1 dan 2, akan dialihkan di jalur 5 dan 7 yang baru.
- Layanan naik dan turun pengguna Commuter Line Merak yang sebelumnya dilayani di Jalur 3, akan dialihkan di jalur 2.
Pada pelaksanaan switch over tersebut, KAI Commuter akan menambah sembilan petugas disamping 85 petugas eksisting untuk layanan pengguna. "Pada awal penyesuaian flow pengguna tersebut, KAI Commuter akan menambah petugas untuk mengarahkan pengguna terkait alur pengguna yang baru," sambung Joni.
Joni mengimbau kepada pengguna KRL Commuter Line yang akan naik dan turun di Stasiun Rangkasbitung untuk menyesuaikan alur keberangkatan dan kedatangan yang baru, serta selalu ikuti arahan petugas serta melihat signage yang sudah terpasang/tersedia.
"KAI Commuter mendukung terus upaya pemerintah mengembangkan infrastruktur perkeretaapian agar perjalanan kereta semakin lancar dan dapat melayani lebih banyak pengguna Commuter Line, pungkas Joni.
KAI Minta Modal Negara Rp 1,8 Triliun, Mau Borong KRL dari China
PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajukan permintaan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,8 triliun untuk anggaran tahun 2025. Dana ini akan digunakan untuk mendukung pengadaan kereta rel listrik (KRL) di wilayah Jabodetabek, termasuk pembelian 11 rangkaian kereta baru dari luar negeri.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta pada hari Selasa, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTÂ KAI, Salusra Wijaya, menyatakan bahwa suntikan dana ini sangat penting untuk menggantikan kereta komuter yang sebagian besar sudah berusia lebih dari 30 tahun, serta untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang.
"Saat ini, cadangan kereta sudah habis terpakai dan beberapa kereta sudah tidak dapat dioperasikan lagi, sehingga penggantian dan penambahan kereta ini sangat mendesak," ujar Salusra dikutip dari ANTARA, Selasa (7/9/2024).Menurut catatan KAI, sepanjang tahun 2023, rata-rata jumlah pengguna komuter Jabodetabek pada hari kerja mencapai 830 ribu orang per hari. Hingga Juni 2024, rata-rata pengguna harian meningkat menjadi 987 ribu. Diperkirakan, jumlah penumpang akan terus naik setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan sebesar 6 persen per tahun antara 2024 hingga 2027.
Salusra menegaskan bahwa penambahan kereta sangat diperlukan untuk menghindari kelebihan kapasitas, baik di stasiun maupun di dalam kereta.
Â
Advertisement
Borong KRL dari China
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, menjelaskan bahwa perusahaan menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan armada KRL Jabodetabek pada tahun 2024.
Saat ini, KCI hanya memiliki 108 rangkaian kereta, dengan 17 rangkaian di antaranya harus menjalani perawatan dan peremajaan. Akibatnya, pada akhir tahun 2024, hanya akan tersedia 89 rangkaian, sementara kebutuhan operasional mencapai 101 rangkaian.
Kekurangan 12 rangkaian ini berpotensi menimbulkan penumpukan penumpang dan ketidaknyamanan bagi para pengguna KRL.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Asdo mengatakan bahwa KCI akan mengimpor tiga rangkaian kereta baru dari China pada semester I-2025. Selain itu, delapan rangkaian kereta impor lainnya akan tiba pada semester II-2025, juga dari China.
KCI juga akan menerima 12 rangkaian kereta baru dari INKA pada semester II-2025, dan empat rangkaian lagi pada tahun 2026. Selain itu, KCI akan melakukan retrofit dua rangkaian kereta di dalam negeri yang akan siap pada semester II-2025.
"Kami menghadapi krisis kekurangan sarana pada semester II-2024 dan semester I-2025, dan kami berkomitmen untuk menyelesaikan krisis ini pada tahun 2025," ungkap Asdo.