Harga Minyak Dunia Loyo Imbas Suku Bunga AS Dipangkas

Bank sentral memangkas suku bunga sebesar setengah poin, langkah yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak pihak. Hal ini berimbas terhadap harga minyak dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Sep 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 09:30 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak ditutup sedikit lebih rendah pada hari Rabu, menghentikan kemenangan selama dua hari berturut-turut meskipun Federal Reserve memotong suku bunga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

Bank sentral memangkas suku bunga sebesar setengah poin, langkah yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak pihak. Meskipun harga minyak berhasil pulih dari kerugian sebelumnya, respons di pasar minyak tetap lemah.

"Pemotongan 50 basis poin sedikit mendukung pasar minyak karena ini berimbas pada melemahnya dolar dan meningkatnya harga untuk komoditas yang dihargai dalam dolar," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Berikut adalah harga minyak penutupan energi pada hari Rabu dikutip dari CNBC, Kamis (19/9/2024):

  • West Texas Intermediate Kontrak Oktober: USD 70,91 per barel, turun 28 sen, atau 0,39%. Sejak awal tahun, minyak mentah AS turun sekitar 1%.
  • Brent Kontrak November: USD 73,65 per barel, turun 5 sen, atau 0,07%. Sejak awal tahun, patokan global ini turun sekitar 4%.

Matt Smith, analis utama minyak untuk Amerika di Kpler, mengatakan bahwa kenaikan minyak pada sesi sebelumnya sebagian besar sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga. "Oleh karena itu, responsnya mungkin akan tetap lemah," kata Smith.

Pasar minyak bulan ini terguncang oleh kekhawatiran tentang ketidakseimbangan yang semakin besar antara pasokan dan permintaan. Minyak mentah AS dan patokan global Brent turun sekitar 13% pada kuartal ketiga.

Konsumsi di Tiongkok melambat karena penjualan kendaraan listrik melonjak di negara importir minyak mentah terbesar di dunia ini. Di sisi lain, OPEC+ diperkirakan akan meningkatkan produksi pada bulan Desember, sementara produksi di AS, Kanada, Brasil, dan Guyana tetap kuat.

"Kami tidak mengharapkan hal besar terjadi setelah pemotongan suku bunga oleh The Fed," kata Manish Raj, direktur pelaksana Velandera Energy Partners.

"Tindakan The Fed tidak mungkin secara tiba-tiba mendorong permintaan, yang sebenarnya telah lesu," kata Raj. "Tidak ada yang bergegas ke pompa bensin hanya karena The Fed memutuskan untuk memotong suku bunga hari ini."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemintaan Minyak AS Turun

Dolar Menguat, Harga Minyak Sentuh Level US$ 50
Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Persediaan minyak mentah komersial AS turun 1,6 juta barel pada pekan yang berakhir 13 September, menurut Administrasi Informasi Energi. Sementara itu, persediaan bensin naik 100.000 barel, menurut data tersebut.

Ketegangan geopolitik juga kembali meningkat di Timur Tengah, di tengah kekhawatiran bahwa konflik besar antara Israel dan milisi Hizbullah yang didukung Iran berada di depan mata. Ratusan ledakan terjadi di Lebanon pada hari Selasa dalam serangan yang menargetkan anggota milisi Hizbullah.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya