Bulog Jajaki Investasi Beras dengan Kamboja, Begini Progresnya

Pemerintah melalui Perum Bulog dikabarkan akan melakukan kerjasama ekonomi dan investasi pangan dengan negara Kamboja, menjaga stabilitas pangan dan melakukan keunggulan kompetitif rantai pasok beras.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Sep 2024, 21:10 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2024, 21:10 WIB
Bulog Gelontorkan 30 Ribu Ton Beras di Pasar Induk Cipinang
Pekerja memindahkan beras ketika bongkar muat beras bulog di gudang PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Untuk menstabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Perum BULOG akan menyaluran beras SPHP di Pasar Induk Beras Cipinang dari 13 ribu menjadi 30 ribu ton,dengan harga paling tinggi sebesar Rp. 8.900. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Perum Bulog dikabarkan akan melakukan kerjasama ekonomi dan investasi pangan dengan negara Kamboja, menjaga stabilitas pangan dan melakukan keunggulan kompetitif rantai pasok beras.

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Bulog Sonya Mamoriska mengungkapkan pihaknya masih melakukan penjajakan lebih dulu, terhadap beberapa produsen di Kamboja.

"Tentunya memang kita akan menjajaki dulu ya, menjajaki mana yang kita bisa lakukan kerjasama, tentunya juga kita harus lihat dulu dari sisi risiko-risikonya juga, tentunya kita harus kaji lebih dalam cost and benefitnya, nanti baru kita tentukan, kita pilih mana partner yang bisa kita lakukan kerjasama," kata Sonya kepada media, Jumat (20/9/2024).

Sonya menjelaskan, Perum Bulog hingga saat ini belum mendapatkan arahan lanjutan dari Direktur Utama yang baru Wahyu Suparyono. Ia menuturkan pihaknya masih menunggu untuk mengetahui lanjutan investasi terhadap produsen beras di Kamboja.

"Belum tahu, belum tahu ini kan baru seminggu (menjabat). Beliau belum beri arahan soal investasi karena masih konsolidasi. Kita juga lihat dulu arahan dari pemerintah selanjutnya seperti apa," terang dia.

Investasi Pangan

Sebagai informasi, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi pernah mengatakan penugasan pemerintah untuk melakukan investasi pangan ke Kamboja bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi juga tentang mewujudkan keunggulan kompetitif rantai pasok beras sehingga ketahanan pangan di Indonesia dapat terwujud.

"Hal ini sesuai dengan salah satu visi transformasi kami, untuk menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya," kata Bayu dalam keterangannya.

Berdasarkan KSA BPS, diperkirakan pada Juni 2024, produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi penurunan produksi beras adalah krisis iklim.

Menurut peringkat SeaSia.co, negara Kamboja, sebagai produsen beras yang semakin diperhitungkan di Asia Tenggara pada tahun 2023, memiliki tanah yang subur untuk menanam beras karena secara gografis terletak di pinggiran Sungai Mekong dan anak-anak sungainya menyediakan sumber air yang melimpah untuk irigasi.

Hal ini tentunya sesuai untuk tanaman padi yang membutuhkan banyak air untuk tumbuh. Karakteristik kesuburan tanahnya juga menyerupai tanah di pulau Jawa.

 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Harga Beras di Indonesia Makin Mahal, Ternyata Ini Penyebabnya

Ilustrasi beras
Ilustrasi beras. (Photo Copyright by Freepik)

Sebelumnya, harga beras di Indonesia dinilai melonjak dibandingkan negara lain. Salah satunya dipengaruhi biaya produksi beras yang meningkat di Indonesia.

Hal itu disampaikan  Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional, Rachmi Widiriani. Rachmi menuturkan, biaya produksi beras di dalam negeri memang telah meningkat. Hal ini penting untuk memastikan petani juga mendapatkan keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka. Harga gabah yang diterima petani bahkan melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP), memberikan keuntungan bagi mereka.

"Kalau kita perhatikan memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi, sehingga kalau kita runtut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi, jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan. Dan saat ini sebetulnya saat-saat yang membahagiakan petani, karena harga gabah mereka dibeli di atas HPP," ujar Rachmi kepada media, Kamis, 19 September 2024, dikutip Jumat (20/9/2024).

Rachmi menambahkan, Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tanaman pangan saat ini berada pada posisi yang baik, mencerminkan kondisi yang menguntungkan bagi para petani. Namun, pemerintah perlu memastikan konsumen juga dapat mengakses beras dengan harga yang terjangkau dan berkualitas.

"Jadi kita juga lihat NTP petani, khususnya tanaman pangan, saat ini juga bagus. Mungkin dalam 10 tahun terakhir, saat ini NTP petani untuk tanaman pangan tinggi, artinya pemerintah harus hadir di tengah-tengah. Petani mendapatkan harga bagus, kemudian di konsumen, juga masyarakat konsumen dapat mengakses beras dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang baik," ujar dia.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah harga ini adalah dengan meningkatkan kualitas benih. Ia menekankan pentingnya penggunaan benih berkualitas agar produktivitas lahan pertanian meningkat, yang pada gilirannya dapat menstabilkan harga beras. Efisiensi dalam produksi juga perlu diperhatikan agar petani mendapatkan hasil yang lebih baik.

 

Efisiensi Produksi Perlu Dilakukan

5000 Ton Beras Impor Asal Vietnam Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog mendatangkan 5.000 ton beras impor asal Vietnam guna menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan digunakan untuk operasi pasar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Kalau kita lihat bahwa benih menjadi salah satu faktor pengungkit yang harus betul-betul menjadi perhatian kita bersama. Kalau benihnya bagus, nanti produktifitasnya meningkat, maka produksi satuan lahan itu juga meningkat, petani akan mendapatkan gen atau hasil dari penjualannya lebih bagus," ujar dia.

Sehingga, seiring dengan perbaikan yang dilakukan dan semakin luasnya lahan pertanian, harga beras diharapkan dapat stabil. Namun, penting bagi petani untuk tetap mendapatkan keuntungan dari usaha mereka. 

Tak hanya itu, efisiensi dalam produksi juga perlu diterapkan, dengan meningkatnya produktivitas, petani akan meraih dua keuntungan yakni harga yang baik dan pendapatan yang meningkat. 

"Lama-lama harganya akan stabil. Kita tunggu saja, semoga perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan dan sedang dilakukan saat ini bisa terus meningkatkan produksifitas petani," kata dia.

 

Reporter: Siti Ayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya