Liputan6.com, Jakarta - Adidas dan Kanye West akhirnya mengakhiri konflik mereka yang berawal dari komentar antisemit yang dilontarkan Kanye pada 2022.
Dikutip dari BBC pada Minggu (3/11/2024) Sejak saat itu, adidas mulai menghentikan produksi koleksi "Yeezy" sebagai respons terhadap komentar Kanye. Mereka mulai menjual sisa stok Yeezy dengan harga lebih rendah dan menyumbangkan sebagian hasilnya ke lembaga sosial.
Baca Juga
Namun pada hari selasa kemarin, Adidas umumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Kanye, yang mengakhiri semua proses hukum di antara mereka.
Advertisement
CEO Adidas, Bjorn Gulden menyatakan bahwa tidak ada lagi masalah yang belum terselesaikan atau pembayaran apa pun yang perlu dilakukan.
Gulden mengatakan bahwa kedua belah pihak setuju untuk tidak memperpanjang konflik tersebut, menyebut kejadian itu sebagai "bagian dari masa lalu."Tegasnya
Mengakhiri kemitraan ini membuat adidas memiliki sisa produk Yeezy senilai sekitar EUR 1,2 miliar. Rencananya, stok Yeezy terakhir akan dijual pada akhir 2024, dan adidas akan menyumbangkan hasil penjualannya ke yayasan anti diskriminasi dan lembaga sosial lainnya.
Sejak pertama kali bekerja sama pada 2014, kolaborasi Adidas dan Kanye sukses besar di pasaran. Meski sempat mengalami kontroversi, permintaan terhadap produk Yeezy tetap tinggi, bahkan di pasar penjualan kembali, dengan harga yang bisa mencapai ratusan atau ribuan dolar.
Petinggi Adidas di China Dituduh Gelapkan Dana dan Terima Suap
Sebelumnya, Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman, Adidas mengungkapkan bahwa pihaknya telah memulai penyelidikan atas tuduhan pelanggaran kepatuhan di China, yang telah lama menjadi pasar utamanya.
Dikutip dari CNN Business, Selasa (18/6/2024) laporan media pemerintah China, Jiemian, menyebutkan pekan lalu bahwa para eksekutif lokal Adidas dituduh menggelapkan dana hingga jutaan euro.
Laporan terkait tuduhan itu muncul dalam sebuah surat tanpa tanda tangan yang ditulis oleh seorang sumber yang mengaku sebagai karyawan Adidas Tiongkok.
Dalam tanggapannya, Kepala hubungan media Adidas, Claudia Lange mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima surat anonim pada tanggal 7 Juni yang menunjukkan potensi pelanggaran kepatuhan di China.
"Adidas saat ini sedang menyelidiki masalah ini secara intensif bersama dengan penasihat hukum eksternal," kata Lange dalam tanggapan di sebuah pesan email.
Jiemian menulis, surat dari pelapor telah dikirim langsung ke kantor pusat perusahaan di Jerman sebelum dibagikan ke media sosial.
Isi laporanLaporan pengaduan tersebut menyatakan bahwa seorang eksekutif senior di China yang mengelola anggaran pemasaran Adidas telah menggelapkan dana hingga jutaan euro dan menerima suap dalam jumlah besar dari periklanan eksternal dan agensi selebriti.
Advertisement
Banyak yang Terlibat
Beberapa anggota tim eksekutif dan karyawan lainnya juga diduga terlibat.
Manajer senior tersebut juga dituduh melakukan praktik nepotisme dan penindasan di tempat kerja, termasuk mengisolasi beberapa karyawan dan memaksa mereka untuk pergi, menurut laporan itu.
Adapun tuduhan lainnya terhadap salah satu bawahan manajer yang diduga menerima jutaan euro dari pemasok dan barang fisik seperti real estate.
Dilaporkan, total anggaran promosi Adidas di China mencapai 250 juta euro atau sekitar Rp. 4,3 triliun per tahun, termasuk biaya yang didedikasikan untuk pemasaran, branding, dan pameran dagang, Jiemian melaporkan, mengutip surat tersebut.