Arab Saudi Ganti CEO Megaproyek Kota Masa Depan Neom, Ada Apa?

Arab Saudi telah mengganti pucuk pimpinan megaproyek Neom, yang merupakan bagian penting dari visi ambisius Saudi Vision 2030.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 20 Des 2024, 11:15 WIB
Diterbitkan 20 Des 2024, 11:15 WIB
Ilustrasi NEOM. (Dokumentasi NEOM)
Ilustrasi NEOM. (Dokumentasi NEOM)

Liputan6.com, Jakarta Arab Saudi telah mengganti CEO proyek besar Neom, yang merupakan bagian penting dari visi ambisius Saudi Vision 2030. Megaproyek senilai triliunan dolar ini direncanakan mencakup wilayah seluas negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat (AS).

Pada awal pekan ini, Dewan Direksi Neom mengumumkan bahwa Aiman Al-Mudaifer akan menjadi pelaksana tugas CEO menggantikan Nadhmi Al-Nasr, yang sebelumnya menjabat sejak 2018. Keputusan ini terjadi mendadak, dan alasan kepergian Al-Nasr tidak diungkapkan. 

“Dengan Neom memasuki fase baru, kepemimpinan baru ini akan memastikan operasi tetap berkelanjutan, gesit, dan efisien, sesuai visi dan tujuan proyek,” kata pihak Neom dalam pernyataan dikutip dari CNBC pada Jumat (20/12/2024).

Proyek Futuristik dengan Tantangan Besar

Megaproyek Neom digadang menjadi kota masa depan di Arab Saudi yang mencakup berbagai proyek futuristik seperti The Line, dua gedung pencakar langit paralel sepanjang lebih dari 100 mil, serta Trojena, sebuah resor ski pegunungan yang direncanakan menjadi tuan rumah Asian Winter Games 2029.

Namun, banyak pihak mempertanyakan kelayakan proyek-proyek ini, baik dari segi teknis maupun ekonomi.

The Line, misalnya, dilaporkan telah dipangkas panjangnya dari 106 mil menjadi hanya 1,5 mil. Meski demikian, jika terealisasi, panjang tersebut masih akan menjadikannya bangunan terpanjang di dunia. Neom membantah laporan ini, menyebutnya tidak benar.

"Neom adalah pilar utama dari Saudi Vision 2030, dan semua operasi berlangsung sesuai rencana," kata pihak Neom.

Tekanan Ekonomi Arab Saudi

Perubahan kepemimpinan ini terjadi ketika Arab Saudi sedang menghadapi tekanan keuangan. Defisit anggaran negara membesar karena harga minyak yang rendah dan perkiraan permintaan yang stagnan.

Harga minyak mentah Brent saat ini berada di sekitar USD 72 per barel, jauh di bawah angka USD 96,20 yang dibutuhkan Saudi untuk menyeimbangkan anggarannya, menurut Dana Moneter Internasional.

Ekonomi Saudi juga melambat. Laporan pemerintah menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) riil diperkirakan hanya tumbuh 0,8% pada 2024, turun tajam dari prediksi awal sebesar 4,4%. Meskipun demikian, pemerintah tetap memprioritaskan pengeluaran untuk proyek Vision 2030.

 

Diversifikasi Bisnis Arab Saudi

Proyek Neom, yang mencakup subproyek seperti Oxagon, Trojena, Magna, dan The Islands of Neom, tetap menjadi fokus utama kerajaan.

“Kami terus melanjutkan fase berikutnya dari portofolio proyek kami yang luas,” tegas pihak Neom.

Meski proyek ini menghadapi tantangan besar, Neom tetap menjadi simbol ambisi Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonominya di luar minyak.

Namun, kelangsungan proyek ini akan sangat bergantung pada kemampuan Saudi untuk mengatasi tekanan keuangan dan skeptisisme publik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya