Top 3: Honorer yang Tak Lolos Seleksi PPPK Bakal Diangkat Jadi Pegawai Paruh Waktu

Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Rabu, 25 Desember 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Des 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2024, 08:00 WIB
Top 3: Honorer yang Tak Lolos Seleksi PPPK Bakal Diangkat Jadi Pegawai Paruh Waktu
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Rini Widyantini menjelaskan mengenai nasib tenaga honorer yang tidak lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Periode I dan II. (Foto: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Rini Widyantini menjelaskan mengenai nasib tenaga honorer yang tidak lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Periode I dan II. Tenaga honorer yang tidak lolos seleksi akan menjadi pekerja paruh waktu. 

Rini menjelaskan, tidak semua tenaga honorer bisa menjadi PPPK dampak dari keterbatasan jumlah formasi yang diusulkan oleh instansi kementerian dan lembaga pemerintah. Pemerintah sebenarnya telah menyediakan kuota hingga 1,7 juta formasi untuk seleksi PPPK. Namun, jumlah formasi yang diusulkan oleh instansi hanya mencapai 1,017 juta.

“Yang mengusulkan kan dari instansinya pemerintah karena kebutuhan dari instansi yang masing-masing ternyata mereka mengusulkan tidak sejumlah yang di dalam datanya," kata Rini, Selasa, 24 Desember 2024.

Bagi tenaga non-ASN yang sudah terdata tetapi tidak mendapatkan formasi, pemerintah akan mengambil langkah alternatif yakni akan dimasukan dalam mekanisme paruh waktu.

“Kepada para non-ASN yang terdata tadi tapi tidak ada formasinya nanti kita akan masukkan ke dalam mekanisme paru-waktu,” ujar Rini.

Menurut Rini, tenaga honorer yang masuk dalam data ASN, meskipun tidak mendapatkan formasi di seleksi PPPK, tetap akan mendapatkan perhatian melalui mekanisme tersebut. Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk tetap memberikan ruang kerja bagi tenaga non-ASN yang telah lama berkontribusi dalam pelayanan publik.

Artikel Honorer yang Tak Lolos Seleksi PPPK Bakal Diangkat Jadi Pegawai Paruh Waktu bikin penasaran pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Rabu, (25/12/2024):

1. Honorer yang Tak Lolos Seleksi PPPK Bakal Diangkat Jadi Pegawai Paruh Waktu

Hasil Tes PPPK
PPPK merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja sesuai dengan perjanjian kontrak yang sudah ditetapkan.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Rini Widyantini menjelaskan mengenai nasib tenaga honorer yang tidak lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Periode I dan II. Tenaga honorer yang tidak lolos seleksi akan menjadi pekerja paruh waktu. 

Rini menjelaskan, tidak semua tenaga honorer bisa menjadi PPPK dampak dari keterbatasan jumlah formasi yang diusulkan oleh instansi kementerian dan lembaga pemerintah. Pemerintah sebenarnya telah menyediakan kuota hingga 1,7 juta formasi untuk seleksi PPPK. Namun, jumlah formasi yang diusulkan oleh instansi hanya mencapai 1,017 juta.

“Yang mengusulkan kan dari instansinya pemerintah karena kebutuhan dari instansi yang masing-masing ternyata mereka mengusulkan tidak sejumlah yang di dalam datanya," kata Rini, Selasa, 24 Desember 2024.

Bagi tenaga non-ASN yang sudah terdata tetapi tidak mendapatkan formasi, pemerintah akan mengambil langkah alternatif yakni akan dimasukan dalam mekanisme paruh waktu.

“Kepada para non-ASN yang terdata tadi tapi tidak ada formasinya nanti kita akan masukkan ke dalam mekanisme paru-waktu,” ujar Rini.

Menurut Rini, tenaga honorer yang masuk dalam data ASN, meskipun tidak mendapatkan formasi di seleksi PPPK, tetap akan mendapatkan perhatian melalui mekanisme tersebut. Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk tetap memberikan ruang kerja bagi tenaga non-ASN yang telah lama berkontribusi dalam pelayanan publik.

 

Berita selengkapnya baca di sini

2. Harga Daging Sapi Melejit Jelang Natal, Kini hampir Rp 130 Ribu Sekilo

Harga Pangan Mulai Merangkak Naik
Aktivitas pedagang daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta saat melayani pembeli, Kamis (4/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menjelang akhir tahun, harga sejumlah komoditas pangan mencatatkan fluktuasi yang cukup signifikan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah kenaikan harga daging sapi murni, yang kini mencapai 128.730 per kilogram setelah naik sebesar 0,87 persen atau 6.590 per kilogram, menurut data terbaru Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Selasa pagi.

Dikutip dari Antara, Selasa (24/12/2024Kenaikan harga daging sapi murni dipicu oleh meningkatnya permintaan jelang libur Natal dan Tahun Baru, serta faktor distribusi yang menjadi tantangan di beberapa wilayah.

Kondisi ini menambah beban konsumen di tengah kenaikan harga bahan pokok lainnya, seperti telur ayam ras yang naik 4,63 persen menjadi 32.110 per kilogram, dan daging ayam ras yang melonjak hingga 9,50 persen menjadi 40.800 per kilogram.

Kenaikan dan Penurunan Harga Komoditas Lain

Selain daging sapi, beberapa komoditas lain juga menunjukkan tren kenaikan harga, termasuk beras premium, keledai biji kering impor, minyak goreng kemasan sederhana dan tepung terigu curah.

Berita selengkapnya baca di sini

3. Menengok Cara Anak Miliarder Kelola Harta Warisan, Fokus Isu Keberlanjutan

Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik
Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik

Generasi X dan milenial saat ini sedang mengambil alih peran besar dalam mengelola kekayaan keluarga mereka, seiring terjadinya transfer kekayaan besar-besaran di Amerika Serikat (AS). Berdasarkan laporan dari Cerulli Associates, diperkirakan lebih dari USD 100 triliun akan diwariskan hingga 2048.

Para generasi muda penerima warisan membawa perspektif baru. Mereka lebih fokus pada dampak sosial dan keberlanjutan dibandingkan generasi sebelumnya.

CEO platform migrasi global Multipolitan, Nirbhay Handa mengatakan bahwa Generasi muda percaya bahwa keuntungan dan kemajuan harus berjalan beriringan. Generasi muda ini lebih tertarik pada isu-isu besar seperti perubahan iklim, keanekaragaman, dan kesehatan.

“Mereka tidak sekadar mengejar uang. Mereka lebih fokus pada kontribusi untuk masyarakat,” ujar pakar bisnis keluarga dari McKinsey and Company, Martin Roll dikutip dari CNBC pada Selasa (24/12/2024).

Handa menambahkan, “Generasi ini tidak tertarik pada investasi di bahan bakar fosil, tetapi mereka mendukung perusahaan seperti Oatly atau Beyond Meat. Mereka ingin mendukung hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.”

Hal ini dipicu oleh kenyataan yang mereka hadapi sehari-hari, seperti dampak nyata dari perubahan iklim dan konflik geopolitik. “Badai, banjir, kekurangan air minum—mereka melihat bukti nyata ini dan ingin bertindak,” kata Roll.

Berita selengkapnya baca di sini                               

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya