Banyak Modal Asing Pergi dari Indonesia, Pemerintah Harus Apa?

Dampak negatif dari aliran keluar modal asing dapat diminimalkan, sehingga perekonomian tetap tumbuh secara sehat dan berkelanjutan

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 24 Jan 2025, 16:46 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 16:46 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menjelaskan dampak negatif dari aliran keluar modal asing dapat diminimalkan, sehingga perekonomian tetap tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

Eddy menyebut keluarnya aliran modal asing sejatinya menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi domestiknya. 

‘Pemerintah dan pelaku ekonomi perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa faktor-faktor utama penggerak ekonomi tetap kuat di tengah dinamika global,” kata Eddy kepada Liputan6.com, Jumat (24/1/2025).

Eddy menambahkan keluarnya modal asing bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang bagi Indonesia untuk memperkokoh fondasi ekonomi domestik. Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku ekonomi diperlukan untuk memastikan faktor-faktor penggerak ekonomi tetap solid dalam menghadapi perubahan kondisi global.

Langkah yang Bisa Diambil Pemerintah

Eddy menuturkan langkah pragmatis yang dapat diambil pemerintah adalah membuat Indonesia semakin menarik untuk portfolio investment (PI) dan foreign direct investment (FDI). 

“Misalnya, regulasi diperbaiki agar lebih jelas dan pro-dunia usaha, kemudahan berbisnis, keamanan dari sisi legal di jangka pendek dan panjang, dan lain-lain,” jelasnya.

Aliran Dana Keluar tak Selalu Berdampak Negatif

Eddy turut menilai efek dari fenomena ini tidak selalu bersifat buruk ataupun baik, tetapi sangat bergantung pada kondisi dan faktor-faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

“Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan selisih ekspor dengan impor,” jelas Eddy kepada Liputan6.com.

 

Ekspor Impor

Neraca Perdagangan RI
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Dari sisi ekspor impor, sepanjang 2024, Indonesia mencatat total ekspor sebesar USd 264,7 miliar, meningkat 2,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, total impor mencapai USD 233,66 miliar, naik 5,31 persen dari tahun 2023. 

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 31,04 miliar pada 2024.

Eddy menambahkan, jika dana asing yang keluar lebih besar dibandingkan dana yang masuk, situasi ekonomi Indonesia dapat tetap stabil asalkan konsumsi domestik tetap kuat dan ekspor lebih unggul daripada impor.

Dalam kondisi ini, ketahanan sektor domestik menjadi kunci utama menjaga keseimbangan ekonomi.

 

Perubahan Pemerintahan

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)... Selengkapnya

Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran modal asing keluar adalah perubahan pemerintahan di beberapa negara besar. Di Amerika Serikat, misalnya, pelantikan Donald Trump pada 20 Januari 2025 membawa berbagai kebijakan ekonomi yang pro bisnis, seperti pemotongan pajak (tax cuts), tarif impor (tariffs), dan deregulasi yang menarik banyak investasi. 

“Hal serupa juga terjadi di Inggris dan Jerman, di mana kepemimpinan baru dapat memengaruhi kebijakan ekonomi yang menguntungkan bagi para investor,” jelas Eddy.

Perubahan ini menciptakan daya tarik bagi investor global untuk mengalihkan dana mereka ke negara-negara tersebut, dengan mempertimbangkan potensi imbal hasil yang lebih tinggi seiring dengan pengurangan risiko.

Eddy menambahkan, meskipun Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir, hal ini justru berdampak pada defisit neraca finansial negara. 

"Surplus perdagangan, yang biasanya berhubungan dengan meningkatnya cadangan devisa, pada gilirannya bisa menyebabkan aliran dana keluar, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung asing (FDI),” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya