Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang awal 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat arus keluar berdasarkan data setelmen hingga 16 Januari 2025, aliran modal asing yang keluar mencapai Rp 2,63 triliun di pasar saham. Lalu di pasar SBN, aksi jual asing tercatat Rp 0,59 triliun dan aksi beli di SRBI sebesar Rp 5,84 triliun.
Keluarnya aliran modal asing dari Indonesia menjadi perhatian utama berbagai pihak, mengingat dampaknya yang berpotensi memengaruhi stabilitas perekonomian.
Baca Juga
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin menjelaskan, efek dari fenomena ini tidak selalu bersifat buruk ataupun baik, tetapi sangat bergantung pada kondisi dan faktor-faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
“Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan selisih ekspor dengan impor,” jelas Eddy kepada Liputan6.com.
Dari sisi ekspor impor, sepanjang 2024, Indonesia mencatat total ekspor sebesar USd 264,7 miliar, meningkat 2,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, total impor mencapai USD 233,66 miliar, naik 5,31 persen dari tahun 2023.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 31,04 miliar pada 2024.
Eddy menambahkan, jika dana asing yang keluar lebih besar dibandingkan dana yang masuk, situasi ekonomi Indonesia dapat tetap stabil asalkan konsumsi domestik tetap kuat dan ekspor lebih unggul daripada impor. Dalam kondisi ini, ketahanan sektor domestik menjadi kunci utama menjaga keseimbangan ekonomi.
Kombinasi Negatif
Namun, menurut Eddy risiko dapat meningkat jika terjadi kombinasi negatif, yaitu melemahnya konsumsi domestik, minimnya investasi akibat arus keluar modal, serta lemahnya kinerja ekspor.
“Ketika ketiga faktor ini melemah, satu-satunya harapan adalah pengeluaran pemerintah. Ini yang harus diwaspadai,” tambahnya.
Kondisi ini mengindikasikan perlunya strategi komprehensif dari pemerintah untuk menjaga daya tahan ekonomi, khususnya melalui peningkatan konsumsi domestik, dorongan investasi, dan penguatan sektor ekspor.
Dengan langkah-langkah ini, dampak negatif dari aliran keluar modal asing dapat diminimalkan, sehingga perekonomian tetap tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.
Keluarnya aliran modal asing sejatinya menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi domestiknya. Pemerintah dan pelaku ekonomi perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa faktor-faktor utama penggerak ekonomi tetap kuat di tengah dinamika global.
Advertisement
Penyebab Dana Asing Keluar
Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran modal asing keluar adalah perubahan pemerintahan di beberapa negara besar. Di Amerika Serikat, misalnya, pelantikan Donald Trump pada 20 Januari 2025 membawa berbagai kebijakan ekonomi yang pro bisnis, seperti pemotongan pajak (tax cuts), tarif impor (tariffs), dan deregulasi yang menarik banyak investasi.
“Hal serupa juga terjadi di Inggris dan Jerman, di mana kepemimpinan baru dapat memengaruhi kebijakan ekonomi yang menguntungkan bagi para investor,” jelas Eddy.
Perubahan ini menciptakan daya tarik bagi investor global untuk mengalihkan dana mereka ke negara-negara tersebut, dengan mempertimbangkan potensi imbal hasil yang lebih tinggi seiring dengan pengurangan risiko.
Eddy menambahkan, meskipun Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir, hal ini justru berdampak pada defisit neraca finansial negara.
Pindah Negara
‘Surplus perdagangan, yang biasanya berhubungan dengan meningkatnya cadangan devisa, pada gilirannya bisa menyebabkan aliran dana keluar, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi langsung asing (FDI),” ujarnya.
Adapun sebagian besar investor global cenderung memindahkan dananya ke negara dengan prospek keuntungan yang lebih tinggi, yang menyebabkan lebih banyak modal asing keluar dari Indonesia
Advertisement