Ekspor Sarang Walet ke China, RI Bisa Raup Untung Rp 7 Triliun

Perjuangan pemerintah dalam menjajaki Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan China bakal dipastikan bakal segera menemui titik terang.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Jun 2013, 15:50 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2013, 15:50 WIB
sarang-walet130620b.jpg
Perjuangan pemerintah dalam menjajaki Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan China bakal dipastikan bakal segera menemui titik terang. Pasalnya tinggal satu langkah lagi, produk pertanian Indonesia akan lebih mudah masuk ke negara tersebut.
   
Menteri Pertanian Suswono sebelumnya mengajukan empat komoditas hortikultura yang akan bebas secara langsung masuk ke negeri Tirai Bambu itu, yakni salak, manggis, alpukat dan sarang burung walet karena memiliki potensi cukup besar.

"Selama ini pengiriman sarang burung walet Indonesia ke China lebih dulu melalui Malaysia. Jadi yang mengambil keuntungan Malaysia, padahal itu ekspor dari Indonesia," ungkap dia di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (20/6/2013).

Ke depan, dia mengaku, ekspor sarang burung walet tidak akan lagi melalui negeri Jiran itu mengingat harga jual sarang walet Indonesia ke Malaysia masih tergolong murah.

"Tinggal satu step lagi bisa kelar, karena potensi penjualan sarang burung walet langsung ke China sangat besar bisa sekitar Rp 7 triliun. Sekarang masih kecil, karena Malaysia yang mengambil keuntungan," tukas Suswono.

Saat ini, dia menuturkan, perjanjian MRA yang sudah dilakukan dengan China adalah komoditas bawang putih. Sebab penyelesaian MRA membutuhkan waktu tidak sebentar.

"Kami harus sama-sama yakin, karena China pun yakin sama produk hortikultura Indonesia. Diharapkan awal tahun depan, MRA kelar. MRA juga bisa berlaku antar negara, seperti yang diinginkan China bisa masuk ke Indonesia langsung lewat Tanjung Priok," terang Suswono.      

Perlu diketahui, selama ini Indonesia melakukan MRA dengan tiga negara, yakni Amerika Serikat, Australia dan Kanada. Negara yang sudah terikat perjanjian MRA dengan Indonesia, diyakini sudah aman baik dari segi produksi hingga pengemasannya. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya