PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mencatat mayoritas transaksi tarif progresif e-ticketing KRL yang dipilih para penumpang sebesar Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama. Tarif ini paling digemari oleh rata-rata 500 ribu penumpang setiap hari.
"Dari tarif progresif yang diberlakukan, yakni Rp 2.000, Rp 5.000 dan Rp 7.000, sebanyak 30% dari penumpang setiap hari bertransasksi Rp 2.000. Paling tinggi," ucap Direktur Utama KJC, Tri Handoyo di kantornya, Jakarta, Senin (5/8/2013).
Namun sayang, dia menjelaskan, penumpang dengan transaksi Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama ini banyak melakukan tindakan penyimpangan. "Modus penumpang beli tiket murah, tapi mereka sering melipir pulang bukan melalui pintu (gate) yang seharusnya. Itu sangat merugikan kami," terangnya.
Padahal, dengan penetapan tarif progresif melalui Tiket Harian Berjaminan (THB), pihaknya tak mengambil hak apapun dari penumpang. Artinya, meski harus mengeluarkan uang jaminan Rp 5.000 untuk satu kartu, tapi masih bisa kembali asalkan kartu THB ditukar dalam kondisi baik.
"Proses bisnis ini bisa diikuti dengan benar untuk seluruh stasiun. Karena pada dasarnya, budaya antre di masyarakat sudah terwujud dan terlihat di antrean pintu keluar masuk. Jadi tidak seperti dulu lagi," tukas dia.
Tindakan penumpang nakal itu, lanjut Tri, telah diupayakan KCJ dengan berbagai langkah. "Kami sudah memasang ranjau duri di stasiun Palmerah, Depok, Bojong Gede sehingga mengarahkan penumpang keluar masuk di pintu seharusnya," pungkas dia.(Fik/Shd)
"Dari tarif progresif yang diberlakukan, yakni Rp 2.000, Rp 5.000 dan Rp 7.000, sebanyak 30% dari penumpang setiap hari bertransasksi Rp 2.000. Paling tinggi," ucap Direktur Utama KJC, Tri Handoyo di kantornya, Jakarta, Senin (5/8/2013).
Namun sayang, dia menjelaskan, penumpang dengan transaksi Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama ini banyak melakukan tindakan penyimpangan. "Modus penumpang beli tiket murah, tapi mereka sering melipir pulang bukan melalui pintu (gate) yang seharusnya. Itu sangat merugikan kami," terangnya.
Padahal, dengan penetapan tarif progresif melalui Tiket Harian Berjaminan (THB), pihaknya tak mengambil hak apapun dari penumpang. Artinya, meski harus mengeluarkan uang jaminan Rp 5.000 untuk satu kartu, tapi masih bisa kembali asalkan kartu THB ditukar dalam kondisi baik.
"Proses bisnis ini bisa diikuti dengan benar untuk seluruh stasiun. Karena pada dasarnya, budaya antre di masyarakat sudah terwujud dan terlihat di antrean pintu keluar masuk. Jadi tidak seperti dulu lagi," tukas dia.
Tindakan penumpang nakal itu, lanjut Tri, telah diupayakan KCJ dengan berbagai langkah. "Kami sudah memasang ranjau duri di stasiun Palmerah, Depok, Bojong Gede sehingga mengarahkan penumpang keluar masuk di pintu seharusnya," pungkas dia.(Fik/Shd)