Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi mendesak pemerintah agar menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014 secara realistis. Imbauan disampaikan mengingat semakin banyak tantangan ekonomi yang harus dihadapi oleh Indonesia pada tahun tersebut.
"APBN tuh harus realistis. Jangan kita harapkan bisa kita naikkan tinggi-tinggi, sedangkan akhirnya kita nggak mampu. Sebab sekarang ini kita hidup ini (APBN) lebih besar pasak daripada tiang, dimana sebenarnya pengeluaran itu lebih besar daripada income kita," ujarnya di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2013).
Sofjan mengatakan, Indonesia sepanjang tahun ini terus dihadapkan pada masalah necara pembayaran. Jika pemerintah tidak berhati-hari, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia pada tahun depan bisa menghadapi persoalan defisit pada anggaran belanja.
"APBN kita jauh lebih penting karena apa yang terjadi dalam situasi defisit tahun ini dimana dollar melemahkan rupiah dan kita punya cadangan (devisa) menurun, sehingga kita ini mesti lebih hati-hati dalam APBN. Besok ini pemerintah harus lebih realistis," jelasnya.
Selain itu, Sofjan juga meminta pemerintah untuk realistis dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Dalam pandangannya, pertumbuhan ekonomi paling realistis yang bisa dicapai pemerintah hanya berkisar antara 5,5% hingga 5,7%. Pertumbuhan tersebut masuk akal jika dilihat dari kondisi terburuk.
"Nah kita memperkirakan kita punya pertumbuhan setelah melihat kondisi ekonomi daripada perusahaan masing-masing itu adalah bahwa kita tumbuh 5,7%," tandasnya. (Dny/Shd)
"APBN tuh harus realistis. Jangan kita harapkan bisa kita naikkan tinggi-tinggi, sedangkan akhirnya kita nggak mampu. Sebab sekarang ini kita hidup ini (APBN) lebih besar pasak daripada tiang, dimana sebenarnya pengeluaran itu lebih besar daripada income kita," ujarnya di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2013).
Sofjan mengatakan, Indonesia sepanjang tahun ini terus dihadapkan pada masalah necara pembayaran. Jika pemerintah tidak berhati-hari, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia pada tahun depan bisa menghadapi persoalan defisit pada anggaran belanja.
"APBN kita jauh lebih penting karena apa yang terjadi dalam situasi defisit tahun ini dimana dollar melemahkan rupiah dan kita punya cadangan (devisa) menurun, sehingga kita ini mesti lebih hati-hati dalam APBN. Besok ini pemerintah harus lebih realistis," jelasnya.
Selain itu, Sofjan juga meminta pemerintah untuk realistis dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Dalam pandangannya, pertumbuhan ekonomi paling realistis yang bisa dicapai pemerintah hanya berkisar antara 5,5% hingga 5,7%. Pertumbuhan tersebut masuk akal jika dilihat dari kondisi terburuk.
"Nah kita memperkirakan kita punya pertumbuhan setelah melihat kondisi ekonomi daripada perusahaan masing-masing itu adalah bahwa kita tumbuh 5,7%," tandasnya. (Dny/Shd)