Rupiah Melempem, Harga Buah Impor Melonjak

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS mempengaruhi komoditas yang masuk ke Indonesia, seperti beberapa jenis buah-buah impor di pasaran.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Agu 2013, 12:35 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2013, 12:35 WIB
buah-impor-130702b.jpg

Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah mendongkrak harga buah-buah impor seperti anggur merah asal negeri Paman Sam.

Ari (26) pedagang buah di Pasar Minggu, Jakarta Selatan menguangkapkan harga buah-buahan seperti anggur merah yang semula dia beli Rp 280 ribu, kini naik menjadi Rp 350 ribu per keranjang ukuran 9 kilogram (kg). 

"Sebelum lebaran saya masih jual Rp 35 ribu per kg, tapi sekarang terpaksa dinaikan jadi Rp 41 ribu per kg, itu pun untung saya makin sedikit," ujarnya saat ditemui Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (23/8/2013).

Selain anggur, ada beberapa buahan impor yang juga mengalami kenaikan seperti apel Fuji asal China yang naik dari Rp 290 ribu menjadi Rp 340 ribu per dus ukuran 20 kg, kelengkeng asal Thailand dari semula Rp 200 ribu menjadi Rp 250 ribu per keranjang ukuran 12 kg, pear asal China Rp 150 ribu menjadi Rp 190 ribu per dus ukuran 2 kg, buah naga asal China Rp 80 ribu menjadi Rp 130 per dus isi 24 buah.

"Ini semua harga jual ke pembelinya terpaksa saya naikkan semua, tapi enggak yang biasa langganan saya kasih lebih murah," lanjutnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Zainal (31) pedagang buah di pasar yang sama. Namun menurut dia, ada harga beberapa buah impor yang masih stabil seperti jeruk ponkam (mandarin) asal China Rp 120 ribu per dus ukuran 10 kg, apel merah asal AS Rp 340 ribu per dus ukuran 20 kg dan pisang asal China Rp 280 ribu isi 200 pasang.

"Yang ini masih stabil harganya, jadi belum saya naikan, seperti apel tetap saya jual Rp 20 ribu per kg. Kalau yang lainnya memang naik," ujarnya.

Namun menurut Zainal, kenaikan ini telah terjadi sekitar 3 hari yang lalu. Dia hanya berharap pemerintah dapat segera menstabilkan rupiah agar pedagang kecil sepertinya bisa berjualan tanpa takut akan terjadi lonjakan harga lagi. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya