PT Pertamina EP merogoh kocek Rp 5 miliar-Rp 10 miliar untuk memperbaiki pipa Tempino-Plaju, Sumatera Selatan, yang dirusak para pencuri minyak.
"Itu belum termasuk ganti rugi kalau misal minyak kena di ladang masyarakat," jelas Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Tak hanya itu, Pertamina EP juga harus menanggung kerugian Rp 35 miliar akibat penghentian penyaluran minyak. Perseroan menghentikan distribusi minyak untuk mengantisipasi aksi pencurian minyak sejak 25 Juli silam
"Setelah itu kita coba pengaliran pompa bertahap pada 28 Agustus. Itu satu hari kerugiannya Rp 1 miliar, itu kan minyaknya 11-12 ribu bph, harganya US$ 100Â dan nilai tukar Rp 10 ribu per dolar AS. Jadi minimal sehari Rp 1 miliar," jelasnya.
Kini, perseroan telah melakukan pemompaan penuh minyak mentah pada jalur pipa Tempino-Plaju, di Sumatera Selatan. Meski jalur pipa tersebut sudah normal dan dapat dialirkan minyak mentah, masih membutuhkan pengawasan.
"Kalau laporan terakhir kita coba dengan pemompaan skala penuh, yang terjadi loss nya masih dalam batas wajar atau bisa disebut loss-nya 0%," kata Agus..
Agus menuturkan, pengawasan tersebut dilakukan terhadap penadah minyak mentah yang dicuri. Selain itu juga masih membutuhkan tindakan tegas aparat keamanan dan mengadili pencuri dengan hukuman yang setimpal.
"Tetapi memang masih butuh penindakan-penindakan terhadap penadah yang masih butuh concern aparat kepolisian, nanti kalo berkasnya lengkap trus kita P21, trus dibawa ke pengadilan," ungkapnya.
Tetapi, menurut Agus dengan normalnya penyaluran minyak, bukan berarti kerjasama dengan aparat keamanan selesai, kerjasama tersebut tetap dilanjutkan dengan aspek memperhatikna teritorial.
" Itu kan domain TNI ya. Kita tetap lanjutkan program teritorial sehingga masyarakat tidak lanjutkan ilegal tapping. Kemarin juga Moeldoko tegaskan akan babat habis itu memang membuat pencuri ciut. Tinggal kita lanjutkan saja program teritorial," tuturnya. (Pew/Ndw)
"Itu belum termasuk ganti rugi kalau misal minyak kena di ladang masyarakat," jelas Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto di Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Tak hanya itu, Pertamina EP juga harus menanggung kerugian Rp 35 miliar akibat penghentian penyaluran minyak. Perseroan menghentikan distribusi minyak untuk mengantisipasi aksi pencurian minyak sejak 25 Juli silam
"Setelah itu kita coba pengaliran pompa bertahap pada 28 Agustus. Itu satu hari kerugiannya Rp 1 miliar, itu kan minyaknya 11-12 ribu bph, harganya US$ 100Â dan nilai tukar Rp 10 ribu per dolar AS. Jadi minimal sehari Rp 1 miliar," jelasnya.
Kini, perseroan telah melakukan pemompaan penuh minyak mentah pada jalur pipa Tempino-Plaju, di Sumatera Selatan. Meski jalur pipa tersebut sudah normal dan dapat dialirkan minyak mentah, masih membutuhkan pengawasan.
"Kalau laporan terakhir kita coba dengan pemompaan skala penuh, yang terjadi loss nya masih dalam batas wajar atau bisa disebut loss-nya 0%," kata Agus..
Agus menuturkan, pengawasan tersebut dilakukan terhadap penadah minyak mentah yang dicuri. Selain itu juga masih membutuhkan tindakan tegas aparat keamanan dan mengadili pencuri dengan hukuman yang setimpal.
"Tetapi memang masih butuh penindakan-penindakan terhadap penadah yang masih butuh concern aparat kepolisian, nanti kalo berkasnya lengkap trus kita P21, trus dibawa ke pengadilan," ungkapnya.
Tetapi, menurut Agus dengan normalnya penyaluran minyak, bukan berarti kerjasama dengan aparat keamanan selesai, kerjasama tersebut tetap dilanjutkan dengan aspek memperhatikna teritorial.
" Itu kan domain TNI ya. Kita tetap lanjutkan program teritorial sehingga masyarakat tidak lanjutkan ilegal tapping. Kemarin juga Moeldoko tegaskan akan babat habis itu memang membuat pencuri ciut. Tinggal kita lanjutkan saja program teritorial," tuturnya. (Pew/Ndw)