Bukannya membantu pengusaha kecil untuk tumbuh lebih besar, Royal Bank of Scotland (RBS) justru dituding menghancurkan sejumlah perusahaan berskala kecil. Aksi RBS ini kabarnya dilakukan guna membeli aset perusahaan dengan harga rendah.
Seperti dikutip dari Mirror.co.uk, Selasa (26/11/2013), tuduhan tersebut dirangkum dalam sebuah laporan independen yang diterbitkan pengusaha bernama Lawrence Tomlinson.
Laporan tersebut telah diloloskan pada badan pengawas keuangan kota melalui persetujuan Menteri Perekonomian Inggris Vince Cable.
"Banyak sekali kisah-kisah menyakitkan tentang bagaimana RBS menghancurkan pengusaha-pengusaha," ungkap Tomlinson dalam tulisannya.
Dia berusaha menyerukan pendapatnya agar bank tersebut menghentikan tindakan tidak bermoralnya dengan terus menghancurkan bisnis-bisnis potensial.
RBS yang 81% asetnya dimiliki para pembayar pajak mengatakan pihaknya berjanji untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut atas tuduhan tersebut. Penyelidikan RBS itu akan difokuskan pada cara RBS memperlakukan perusahaan-perusahaan kecil.
Sementara itu, laporan Tomlinson fokus atas tuduhannya pada Global Restructuring Group (GRG) RBS yang mengelola pinjaman-pinjaman berisiko.
RBS dituding telah mendorong perusahaan-perusahaan kecil yang tidak sedang menghadapi kesulitan finansial untuk melapor langsung pada GRG. Usai melapor, perusahaannya dihantam dengan tagihan biaya dan bunga selangit.
Tentu saja, jumlah tagihan tersebut membuat perusahaan bangkrut, dan RBS dapat membeli asetnya dengan harga rendah. Laporan Tomlinson tersebut disertai dengan sejumlah praktik ilegal RBS yang menimpa Llyods.
Cable mengatakan, bukti tersebut telah diserahkan pada Otoritas Jasa Keuangan (Financial Conduct Authority) Skotlandia. Hingga saat ini pihak RBS belum banyak berkomentar.
"GRG sukses mengubah banyak pengusaha yang bekerjasama dengannya," ungkap perwakilan RBS membantah tuduhan yang dilayangkan pada pihaknya. (Sis/Nur/*)
Seperti dikutip dari Mirror.co.uk, Selasa (26/11/2013), tuduhan tersebut dirangkum dalam sebuah laporan independen yang diterbitkan pengusaha bernama Lawrence Tomlinson.
Laporan tersebut telah diloloskan pada badan pengawas keuangan kota melalui persetujuan Menteri Perekonomian Inggris Vince Cable.
"Banyak sekali kisah-kisah menyakitkan tentang bagaimana RBS menghancurkan pengusaha-pengusaha," ungkap Tomlinson dalam tulisannya.
Dia berusaha menyerukan pendapatnya agar bank tersebut menghentikan tindakan tidak bermoralnya dengan terus menghancurkan bisnis-bisnis potensial.
RBS yang 81% asetnya dimiliki para pembayar pajak mengatakan pihaknya berjanji untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut atas tuduhan tersebut. Penyelidikan RBS itu akan difokuskan pada cara RBS memperlakukan perusahaan-perusahaan kecil.
Sementara itu, laporan Tomlinson fokus atas tuduhannya pada Global Restructuring Group (GRG) RBS yang mengelola pinjaman-pinjaman berisiko.
RBS dituding telah mendorong perusahaan-perusahaan kecil yang tidak sedang menghadapi kesulitan finansial untuk melapor langsung pada GRG. Usai melapor, perusahaannya dihantam dengan tagihan biaya dan bunga selangit.
Tentu saja, jumlah tagihan tersebut membuat perusahaan bangkrut, dan RBS dapat membeli asetnya dengan harga rendah. Laporan Tomlinson tersebut disertai dengan sejumlah praktik ilegal RBS yang menimpa Llyods.
Cable mengatakan, bukti tersebut telah diserahkan pada Otoritas Jasa Keuangan (Financial Conduct Authority) Skotlandia. Hingga saat ini pihak RBS belum banyak berkomentar.
"GRG sukses mengubah banyak pengusaha yang bekerjasama dengannya," ungkap perwakilan RBS membantah tuduhan yang dilayangkan pada pihaknya. (Sis/Nur/*)