Pelindo III Kantongi Pinjaman Rp 1,4 Triliun

PT Pelabuhan Indonesia III memperoleh pinjaman sebesar US$ 121 juta atau Rp 1,4 Triliun dari Credit Suisse dan Deutsche Bank Cabang London.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Nov 2013, 19:14 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2013, 19:14 WIB
pelindo-pinjaman-131126b.jpg
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) memperoleh pinjaman sebesar US$ 121 juta atau Rp 1,4 Triliun dari Credit Suisse dan Deutsche Bank Cabang London, Inggris. 

Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan, dana itu akan digunakan untuk pembiayaan pengadaan 10 unit Ship to Shore Crane (STS) dan 20 unit Automated Stacking Crane (ASC). 

"Kedua alat itu dibuat oleh Konecranes, perusahaan alat berat asal Finlandia dan akan dioperasikan di Terminal Teluk Lamong, Surabaya," kata Djarwo dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (26/11/2013).

Menurut dia, pinjaman ini dilakukan dengan skema export credit agency melalui lembaga asuransi Finnvera asal Finlandia.  Bunga pinjaman sebesar 1,39% dengan jangka waktu pembayaran selama tujuh tahun.

"Penandatanganan perjanjian pinjaman itu telah dilakukan oleh pihak Pelindo III dan bank pada 30 Agustus 2013 lalu.  Sementara perjanjian pengadaan 10 unit STS dan 20 unit ASC dilakukan oleh Pelindo III dan Konecranes pada 1 Maret 2013," tuturnya.

Alat yang dipesan dari Konecranes tersebut sudah mulai dikerjakan dan akan datang secara bertahap mulai Januari 2014 mendatang.  Dimulai dari 10 unit ASC yang datang dalam bentuk komponen yang selanjutnya akan dirakit di Indonesia dan dilanjutkan dengan kedatangan 5 unit STS secara utuh.

“Sepuluh unit ASC dan lima unit STS lainnya akan dikirim pada tahun 2016 mendatang setelah Terminal Teluk Lamong tahap kedua selesai dibangun,” tambahnya.

Sementara itu Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Pelindo III Husein Latief mengatakan alat yang digunakan di Terminal Teluk Lamong menggunakan teknologi ramah lingkungan.  Hal itu menyusul konsep pelabuhan ramah lingkungan (green port) yang dikampanyekan oleh Pelindo III.

Selain ramah lingkungan, alat-alat tersebut juga berteknologi tinggi.  ASC misalnya, operator tidak perlu di atas alat tetapi cukup di dalam ruang operator, bahkan wanita juga dapat bertindak selaku operator.

"Sebagian besar alat yang digunakan di Terminal Teluk Lamong akan menggunakan tenaga listrik.  Demikian halnya dengan STS dan ASC yang diproduksi oleh Konecranes," pungkasnya. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya