Harga emas kembali terkoreksi setelah menyentuh level US$ 1.254 per ounce pada akhir pekan lalu. Pelemahan ini menunjukkan harga masih berada dalam tekanan turun dan belum berubah trennya menjadi tren penguatan.
Head Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memprediksi harga emas yang kini berada di kisaran US$ 1.246 per ounce dan masih berpotensi melemah ke area support US$ 1.240 dan US$ 1.234.
"Rebound mungkin terbatas di kisaran US$ 1.250 (Moving Average 200 grafik 1 jam) dengan resisten di kisaran US$ 1.255," terang Ariston dalam ulasannya, Senin (2/12/2013).
Adapun yang bakal menjadi penggerak pasar (market mover) pada hari ini adalah data ISM Manufaktur AS yang dirilis nanti malam pukul 22.00 WIB dengan prediksi 55,2.
"Data yang lebih bagus dari prediksi bisa menekan kembali harga emas," ungkap Ariston.
Senada dengan Ariston, analis dari Megagrowth Futures Wahyu Tri Laksono juga memprediksi harga emas bakal merosot sepanjang pekan ini.
Setelah level US$ 1.250 tertembus, Wahyu memprediksi harga emas akan cenderung mengarah ke area US$ 1.235-US$ 1.200. Kini support terdekat berada di US$ 1.225. Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180, dengan potensi rebound kemungkinan besar bisa terjadi.
Resisten terdekat berada di US$ 1.260 dan US$ 1.280. Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294, maka emas berpotensi meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325.
"Level resistance jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362, di mana potensi tekanan melemah atau turun bisa terjadi," terang dia.
Pada pekan ini terdapat banyak data ekonomi penting yang layak dinanti karena akan mempengaruhi arah pergerakan harga emas. Rapat moneter sejumlah bank sentral di Australia, Eropa dan Inggris. Sedangkan dari AS, pasar menantikan pidato Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Ben Bernanke dan yang terpenting dalah rilis data NFP.
"Secara umum data ekonomi AS relatif membaik, namun data terpenting yaitu NFP diduga akan melemah dari sebelumnya," ungkap Wahyu. (Ndw)
Harga Emas Terus Tergencet
Harga emas kembali terkoreksi setelah menyentuh level US$ 1.254 per ounce pada pekan lalu. Hal ini menunjukkan harga masih di bawah tekanan.
diperbarui 02 Des 2013, 15:06 WIBDiterbitkan 02 Des 2013, 15:06 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Energi & TambangHarga BBM Pertamina Naik Mulai 1 Februari 2025, Ini Rinciannya!
10
Berita Terbaru
Mengapa Google Menampilkan Kurs 1 Dolar AS jadi Rp8.170? Ini Penjelasannya
Kebakaran Hutan Los Angeles Terkendali Sepenuhnya Setelah Tiga Minggu
VIDEO: Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Diundur, Kemungkinan Jadi 17-20 Februari
Bapuk Musim Lalu, Joan Mir Sebut Tim Honda Punya 1 PR Penting Jelang MotoGP 2025
Dolar AS Tiba-Tiba Merosot ke Rp 8.170, Ini Tanggapan Bank Indonesia
VIDEO: Cari Penyebab Kebakaran Glodok Plaza, Polisi Telah Periksa 14 Saksi
Polda Metro Gelar Sidang Etik AKBP Bintoro Terkait Dugaan Pemerasan Anak Bos Prodia Pekan Depan
Target Gen Z, Mocabe Tawarkan Snack Pedas Unik dengan Dua Varian Rasa
Momen Libur Isra Miraj dan Imlek, InJourney Airports Sebut Bandara Soekarno-Hatta yang Paling Sibuk
4 Pemain yang Berpotensi Diangkut Manchester United Jelang Penutupan Bursa Transfer Januari 2025
Kenali, 8 Fitur Utama di Aplikasi Rumah Pendidikan
Viral Istri Cari Suami yang Hilang 10 Hari Saat Berburu, Ternyata Pergi ke Beach Club di Bali