Tak cuma kebutuhan pokok yang harganya terus melambung. Harga produk sandang alias pakaian diprediksi naik 20% pada tahun depan sebagai imbas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berlangsung beberapa bulan terakhir di penghujung tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah memicu harga bahan baku tekstil menjadi lebih mahal. Selama ini, sebagian besar bahan baku produksi pakaian di dalam negeri memang masih dipasok dari negara lain.
"Kalau rupiah terus seperti sekarang ini bahkan hingga Rp 12 ribu per dolar AS maka harga pakaian atau tekstil tahun depan bisa naik hingga 20%," ujar Ade, Selasa (10/12/2013).
Ade mengaku, sebenarnya biaya produksi sudah naik sejak tahun ini. Tetapi mereka masih menahan diri untuk membebankannya kepada masyarakat selaku konsumen. Sebab itu harga baru akan dilakukan mulai tahun depan.
Pengusaha, menurut Ade, sebenarnya sangat sulit untuk memutuskan kenaikan harga tersebut. Apalagi melihat kemampuan daya beli masyarakat. Namun tak ada cara lain untuk mengimbangi tingginya biaya produksi saat ini.
Dia pun masih berharap rupiah balik ke level di bawah Rp 10 ribu per dolar AS. "Tapi kalau tidak bisa dan tetap Rp 11 ribu maka harga tekstil tahun depan bisa naik hingga 20%," jelas Ade.
Tahun ini, Ade bilang, penjualan tekstil domestik hanya akan mencapai US$ 7,6 miliar. Dari jumlah itu, sekitar 40% disumbang oleh tekstil produksi domestik, sedangkan 60% sisanya tekstil impor.
Kurs rupiah sedikit melemah meski masih mampu bertahan di bawah level 12 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukan rupiah kini bertengger di level 11.985 per dolar AS.
Mengutip laporan BI, Selasa (10/12/2013), kurs tengah BI melemah sekitar 29 poin dari penutupan srehari sebelumnya di posisi 11.956 per dolar AS. (Nrm)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah memicu harga bahan baku tekstil menjadi lebih mahal. Selama ini, sebagian besar bahan baku produksi pakaian di dalam negeri memang masih dipasok dari negara lain.
"Kalau rupiah terus seperti sekarang ini bahkan hingga Rp 12 ribu per dolar AS maka harga pakaian atau tekstil tahun depan bisa naik hingga 20%," ujar Ade, Selasa (10/12/2013).
Ade mengaku, sebenarnya biaya produksi sudah naik sejak tahun ini. Tetapi mereka masih menahan diri untuk membebankannya kepada masyarakat selaku konsumen. Sebab itu harga baru akan dilakukan mulai tahun depan.
Pengusaha, menurut Ade, sebenarnya sangat sulit untuk memutuskan kenaikan harga tersebut. Apalagi melihat kemampuan daya beli masyarakat. Namun tak ada cara lain untuk mengimbangi tingginya biaya produksi saat ini.
Dia pun masih berharap rupiah balik ke level di bawah Rp 10 ribu per dolar AS. "Tapi kalau tidak bisa dan tetap Rp 11 ribu maka harga tekstil tahun depan bisa naik hingga 20%," jelas Ade.
Tahun ini, Ade bilang, penjualan tekstil domestik hanya akan mencapai US$ 7,6 miliar. Dari jumlah itu, sekitar 40% disumbang oleh tekstil produksi domestik, sedangkan 60% sisanya tekstil impor.
Kurs rupiah sedikit melemah meski masih mampu bertahan di bawah level 12 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukan rupiah kini bertengger di level 11.985 per dolar AS.
Mengutip laporan BI, Selasa (10/12/2013), kurs tengah BI melemah sekitar 29 poin dari penutupan srehari sebelumnya di posisi 11.956 per dolar AS. (Nrm)