Rencana akuisisi PT Pertagas Niaga terhadap PT Perusahaan Gas Nasional Tbk (PGAS) dinilai belum pantas dijalankan. Peneliti Pusat Studi Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, PGN memiliki aset yang jauh lebih besar dan dari pada anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut. Tak hanya itu, PGN juga dianggap memiliki rekam jejak dan kemampuan yang lebih banyak di sektor gas.
"Menjadi anomali jika Pertagas mencaplok PGN, karena PGN punya aset yang lebih besar jika dibanding aset Pertagas. Untuk itu rencana akuisisi janganlah dilaksanakan, karena belum pantas untuk dilaksanakan," ujar Fahmy ketika ditemui dalam acara diskusi bertemakan 'Merger PGN-Pertagas dan Nasib Tata Kelola Gas' di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Fahmy menjelaskan, jika Pertagas memiliki keinginan yang berat untuk menjalankan akuisisi PGN, maka Pertamina harus menyediakan dana minimal sebesar Rp 70 triliun atau setara 56,97% dari total saham PGN. Untuk itu, daripada Pertamina mengeluarkan dana banyak untuk mengakuisisi PGN, lebih baik pertamina menambah pipa-pipa yang dimiliki oleh Pertagas.
Selain itu, rencana akuisisi juga menimbulkan gejolak yang besar terhadap saham PGN. Sehingga, saham PGN mengalami penurunan selama rencana akuisisi Pertagas terhadap PGN itu digembor-gemborkan selama ini.
"Resistensi dari pasar atas rencana pertagas akuisisi PGN, sehingga timbul gejolak yang nyata terhadap saham perseroan. Untuk itu langkah akuisisi sangatlah menimbulkan gejolak yang nyata," tegasnya.
Fahmy juga menilai ketika Pertamina menerapkan open access (pemakaian pipa bersama), maka bisa melemahkan posisinya dalam bersaingan dengan trader non infrastruktur.
Sekadar informasi, hubungan Pertamina dan PGN memanas seiring dengan rencana penerapan open access pipa gas. Jika kebijakan penerapan itu terjadi imbasnya juga akan banyak, semula PGN sebagai distributor tunggal untuk kebutuhan gas industri dan rumah tangga, maka dengan kebijakan open access memberikan peluang bagi kompetitor lain untuk menyalurkan gas melalui kerjasama sewa jalur pipa gas kepada PGN
Analis Analis Ciptadana Securities, Wilim Hadiwijaya, sebelumnya memprediksi kebijakan penerapan open access berimbas kepada penurunan saham perseroan. Hal itu karena penerapan open access itu dapat mengancam kinerja perseroan ke depan.
Tak hanya open access, rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk menggabungkan Pertagas dengan PGN juga membuat khawatir perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang distribusi gas tersebut. Pertamina mengaku telah menuntaskan kajian merger Pertagas dan PGN. (Dis/Ndw)
Baca juga:
Dahlan Akui PGN dan Pertamina Tak Akur Sejak Dulu
PGN Dapat Bisnis Baru dengan Kebijakan Open Access
Kebijakan Open Access Bikin Saham PGN Merosot
"Menjadi anomali jika Pertagas mencaplok PGN, karena PGN punya aset yang lebih besar jika dibanding aset Pertagas. Untuk itu rencana akuisisi janganlah dilaksanakan, karena belum pantas untuk dilaksanakan," ujar Fahmy ketika ditemui dalam acara diskusi bertemakan 'Merger PGN-Pertagas dan Nasib Tata Kelola Gas' di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Fahmy menjelaskan, jika Pertagas memiliki keinginan yang berat untuk menjalankan akuisisi PGN, maka Pertamina harus menyediakan dana minimal sebesar Rp 70 triliun atau setara 56,97% dari total saham PGN. Untuk itu, daripada Pertamina mengeluarkan dana banyak untuk mengakuisisi PGN, lebih baik pertamina menambah pipa-pipa yang dimiliki oleh Pertagas.
Selain itu, rencana akuisisi juga menimbulkan gejolak yang besar terhadap saham PGN. Sehingga, saham PGN mengalami penurunan selama rencana akuisisi Pertagas terhadap PGN itu digembor-gemborkan selama ini.
"Resistensi dari pasar atas rencana pertagas akuisisi PGN, sehingga timbul gejolak yang nyata terhadap saham perseroan. Untuk itu langkah akuisisi sangatlah menimbulkan gejolak yang nyata," tegasnya.
Fahmy juga menilai ketika Pertamina menerapkan open access (pemakaian pipa bersama), maka bisa melemahkan posisinya dalam bersaingan dengan trader non infrastruktur.
Sekadar informasi, hubungan Pertamina dan PGN memanas seiring dengan rencana penerapan open access pipa gas. Jika kebijakan penerapan itu terjadi imbasnya juga akan banyak, semula PGN sebagai distributor tunggal untuk kebutuhan gas industri dan rumah tangga, maka dengan kebijakan open access memberikan peluang bagi kompetitor lain untuk menyalurkan gas melalui kerjasama sewa jalur pipa gas kepada PGN
Analis Analis Ciptadana Securities, Wilim Hadiwijaya, sebelumnya memprediksi kebijakan penerapan open access berimbas kepada penurunan saham perseroan. Hal itu karena penerapan open access itu dapat mengancam kinerja perseroan ke depan.
Tak hanya open access, rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk menggabungkan Pertagas dengan PGN juga membuat khawatir perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang distribusi gas tersebut. Pertamina mengaku telah menuntaskan kajian merger Pertagas dan PGN. (Dis/Ndw)
Baca juga:
Dahlan Akui PGN dan Pertamina Tak Akur Sejak Dulu
PGN Dapat Bisnis Baru dengan Kebijakan Open Access
Kebijakan Open Access Bikin Saham PGN Merosot