Industri Hulu Migas Ikut Terganggu Cuaca Buruk

Cuaca buruk telah menyebabkan insiden bocornya selang penyalur minyak tanah milik PHE WMO.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Jan 2014, 19:16 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2014, 19:16 WIB
minyak-dunia-131122b.jpg
Cuaca buruk dan hujan besar yang melanda sejumlah daerah ternyata ikut berdampak pada industri hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan cuaca buruk telah membuat insiden bocornya selang penyalur minyak tanah (hose) di perairan utara Surabaya, Jawa Timur.

"Kami secara intensif berkomunikasi dan berkoordinasi dengan kontraktor KKS (kontrak kerja sama),” kata Kepala Bagian Humas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Elan Biantoro di Jakarta, Selasa (22/1/2013).

SKK Migas melaporkan insiden bocornya selang penyalur minyak mentah (hose) yang menghubungkan alat tambat (single point mooring) dan Floating Storage Offloading (FSO) Abherka terjadi pada Senin, 20 Januari malam. Insiden ini terjadi akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan Utara Surabaya.

Sesuai prosedur, SKK Migas dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) langsung memutuskan untuk menghentikan produksi minyak dari lapangan tersebut agar tidak terjadi tumpahan minyak.

"Selain itu, akan segera memobilisasi teknisi penyelam untuk memeriksa kerusakan yang terjadi dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk perbaikan," ungkap Elan.

Dengan gangguan kondisi cuaca di lapangan seperti kecepatan angin yang berkisar 27-35 knot dan ombak setinggi 3-6 meter, tim penyelam belum bisa mendekati lokasi. Berdasarkan perkiraan cuaca, gelombang tinggi masih akan terjadi hingga 25 Januari mendatang.

"Apabila cuaca baik, perbaikan membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam," ungkapnya.

Produksi minyak PHE WMO tercatat sebesar 22.200 barel per hari dan gas 120 juta kaki kubik per hari. Dengan kondisi ini, produksi minyak kemungkinan sulit dilakukan. "Sedangkan penyaluran gas turun menjadi 40 juta kaki kubik per hari," tutur Elan.

Cuaca buruk di laut Jawa juga menyebabkan putusnya tali pengikat FSO Cinta Natomas dari alat tambat (single buoy mooring) pada Selasa, 21 Januari lalu.

"Untuk sementara terjadi penghentian pengiriman minyak mentah dari lapangan Mudi," kata General Manager JOB Pertamina Petrochina East Java (PPEJ), Eddy Frits Dominggus. (Pew/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya