Pelaku usaha industri kemasan dalam negeri pesimistis industri tersebut dapat tumbuh secara signifikan pada tahun ini. Hal ini lantaran kondisi rupiah yang masih mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sehingga membuat harga plastik impor terus naik.
Business Development Director Indonesia Packaging Federation, Ariana Susanti mengatakan, awalnya para pelaku industri kemasan yakin industri ini dapat tumbuh hingga 11% tahun ini. Akan tetapi, diperkirakan hanya bisa tumbuh sebesar 8%.
Hal dapat dilihat dari posisi pada kuartal IV-2013, pemesanan terus menurun karena harga yang terus naik, akibat merosotnya nilai rupiah.
"Melihat kondisi saat ini kami tidak begitu yakin. Tahun ini maunya tentu ada investasi, tapi kondisi rupiah terus menurun. Kami sedang menunggu kondisi rupiah membaik," ujarnya di Jakarta seperti ditulis Selasa (28/1/2014).
Menurut Ariana, pertumbuhan 11% dapat tercapai jika kondisi rupiah dapat kembali ke angka Rp 11 ribu per dollar AS. Namun dia tetap berharap, pada Maret tahun ini, investasi baru di industri mulai terlihat.
"Seperti 2012 saja, dengan kondisi rupiah di tahun itu industri pengemasan tumbuh signifikan," lanjutnya.
Ariana menjelaskan, kondisi rupiah memang sangat memberikan pengaruh terjadap industri ini karena 50% bahan baku pengemasan berupa plastik masih harus diimpor. Industri pengolahan plastik dalam negeri sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan industri kemasan.
Selain itu, plastik yang dipasok dari dalam negeri juga menggunakan harga dalam dolar, sehingga otomatis harga plastik lokal tetap mengikuti kurs dolar.
Dengan kondisi seperti ini membuat industri kemasan tidak berani melakukan stok bahan baku. Bahan baku hanya dipasok sesuai dengan pesanan yang ada. Ini membuat pelaku industri tidak mempunyai negara pemasok utama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Sekarang kami tidak ada negara pemasok utama. Yang penting harganya tidak terlalu mahal. Kadang China, kadang kawasan Timur Tengah atau negara lainnya," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca juga:
Rupiah Terpuruk, Pertumbuhan Industri Kemasan Mengkerut
Pengusaha Kemasan Berkeluh Kesah soal Bahan Baku
Upah Naik, Pengusaha Industri Kemasan Enggan Relokasi Pabrik
Business Development Director Indonesia Packaging Federation, Ariana Susanti mengatakan, awalnya para pelaku industri kemasan yakin industri ini dapat tumbuh hingga 11% tahun ini. Akan tetapi, diperkirakan hanya bisa tumbuh sebesar 8%.
Hal dapat dilihat dari posisi pada kuartal IV-2013, pemesanan terus menurun karena harga yang terus naik, akibat merosotnya nilai rupiah.
"Melihat kondisi saat ini kami tidak begitu yakin. Tahun ini maunya tentu ada investasi, tapi kondisi rupiah terus menurun. Kami sedang menunggu kondisi rupiah membaik," ujarnya di Jakarta seperti ditulis Selasa (28/1/2014).
Menurut Ariana, pertumbuhan 11% dapat tercapai jika kondisi rupiah dapat kembali ke angka Rp 11 ribu per dollar AS. Namun dia tetap berharap, pada Maret tahun ini, investasi baru di industri mulai terlihat.
"Seperti 2012 saja, dengan kondisi rupiah di tahun itu industri pengemasan tumbuh signifikan," lanjutnya.
Ariana menjelaskan, kondisi rupiah memang sangat memberikan pengaruh terjadap industri ini karena 50% bahan baku pengemasan berupa plastik masih harus diimpor. Industri pengolahan plastik dalam negeri sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan industri kemasan.
Selain itu, plastik yang dipasok dari dalam negeri juga menggunakan harga dalam dolar, sehingga otomatis harga plastik lokal tetap mengikuti kurs dolar.
Dengan kondisi seperti ini membuat industri kemasan tidak berani melakukan stok bahan baku. Bahan baku hanya dipasok sesuai dengan pesanan yang ada. Ini membuat pelaku industri tidak mempunyai negara pemasok utama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Sekarang kami tidak ada negara pemasok utama. Yang penting harganya tidak terlalu mahal. Kadang China, kadang kawasan Timur Tengah atau negara lainnya," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca juga:
Rupiah Terpuruk, Pertumbuhan Industri Kemasan Mengkerut
Pengusaha Kemasan Berkeluh Kesah soal Bahan Baku
Upah Naik, Pengusaha Industri Kemasan Enggan Relokasi Pabrik