Ketatnya peraturan uang membuat kalangan berduit di China mencari berbagai cara untuk menyelamatkan uangnya. Barang seni menjadi salah satu trik yang mulai banyak digunakan para orang kaya Negeri Tirai Bambu ini.
Mengutip Money CNN, Jumat (21/2/2014), para pemilik dana ini terdeteksi menggunakan dua cara untuk mencuci uangnya lewat karya seni. Cara pertama adalah masyarakat membeli karya seni di negaranya sendiri lalu menjualnya dengan harga lumayan tinggi di sekitar perbatasan negara.
Dalam proses jual beli ini, miliarder China diketahui menggunakan transaksi dalam mata uang asing yang keuntungannya dikantongi dengan mudah tanpa diketahui aparat hukum.
Metode lain adalah para miliarder China membeli karya seni dari luar negeri. Seringkali harga barang yang dibeli cukup mahal sesuai kesepakatan dengan asosiasi tertentu. Pada kenyataannya, orang kaya China ini membeli produk dengan harga di bawah kesepakatan namun melaporkannya dengan nilai lebih besar.
Dalam kasus ini, pihak asosiasi bersekongkol dengan orang kaya China yang memberikan pembayaran lebih tinggi dari harga beli seharusnya. Selanjutnya, uang kelebihan pembelian akan disimpan di rekening orang kaya China itu di bank asing sesuai pilihannya.
Jika pemerintah mencium adanya proses pencucian yang, para pembeli dapat dengan mudah menunjukkan karya seni dan struk pembeliannya yang tertulis dengan harga melambung.
"Barang-barang itu bisa dibeli dan dijual tanpa ketahuan siapa pelakunya. Bahkan saat transaksinya diperlihatkan, tingkat kerahasiannya tetap terjaga," ungkap konsultan di TrackArt Paul Tehan.
Menurut Paul, skema-skema pencucian uang seperti itu telah berhasil dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Persoalannya, harga barang antik dan karya seni memang sulit ditaksir dan pihak manapun akan kesulitan untuk mengkaji proses pembeliannya.
Imbasnya, salah satu praktisi hukum, Steve Dickinson menilai, pemerintah China pasti kesulitan menuntut kasus pembelian dengan pembayaran berlebih yang dilakukan para miliarder China.(Sis/Shd)
Mengutip Money CNN, Jumat (21/2/2014), para pemilik dana ini terdeteksi menggunakan dua cara untuk mencuci uangnya lewat karya seni. Cara pertama adalah masyarakat membeli karya seni di negaranya sendiri lalu menjualnya dengan harga lumayan tinggi di sekitar perbatasan negara.
Dalam proses jual beli ini, miliarder China diketahui menggunakan transaksi dalam mata uang asing yang keuntungannya dikantongi dengan mudah tanpa diketahui aparat hukum.
Metode lain adalah para miliarder China membeli karya seni dari luar negeri. Seringkali harga barang yang dibeli cukup mahal sesuai kesepakatan dengan asosiasi tertentu. Pada kenyataannya, orang kaya China ini membeli produk dengan harga di bawah kesepakatan namun melaporkannya dengan nilai lebih besar.
Dalam kasus ini, pihak asosiasi bersekongkol dengan orang kaya China yang memberikan pembayaran lebih tinggi dari harga beli seharusnya. Selanjutnya, uang kelebihan pembelian akan disimpan di rekening orang kaya China itu di bank asing sesuai pilihannya.
Jika pemerintah mencium adanya proses pencucian yang, para pembeli dapat dengan mudah menunjukkan karya seni dan struk pembeliannya yang tertulis dengan harga melambung.
"Barang-barang itu bisa dibeli dan dijual tanpa ketahuan siapa pelakunya. Bahkan saat transaksinya diperlihatkan, tingkat kerahasiannya tetap terjaga," ungkap konsultan di TrackArt Paul Tehan.
Menurut Paul, skema-skema pencucian uang seperti itu telah berhasil dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Persoalannya, harga barang antik dan karya seni memang sulit ditaksir dan pihak manapun akan kesulitan untuk mengkaji proses pembeliannya.
Imbasnya, salah satu praktisi hukum, Steve Dickinson menilai, pemerintah China pasti kesulitan menuntut kasus pembelian dengan pembayaran berlebih yang dilakukan para miliarder China.(Sis/Shd)