Presiden FIFA Kutuk Provokasi di Laga Serbia vs Albania

Sepakbola seharusnya tidak digunakan untuk menyampaikan pesan politik kelompok tertentu

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 16 Okt 2014, 03:05 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2014, 03:05 WIB
Bendera Albania
Bendera Albania

Liputan6.com, Jakarta Kericuhan di duel Semenanjung Balkan antara Serbia kontra Albania di Stadion Partizan, Belgrade, Selasa (14/10/2014) atau Rabu dinihari WIB menimbulkan kecaman dari Presiden FIFA, Sepp Blatter

Pertandingan babak penyisihan grup I Kualifikasi Piala Eropa 2016 itu  terpaksa dihentikan setelah seseorang menggerakkan drone dari jarak jauh dengan membawa bendera negara Albania.

Pemain Serbia, Stefan Mitrovic tersebut lantas menariknya. Pemain Albania mengejar Mitrovic dan berusaha merebutnya. Kerusuhan antarkedua kubu tidak terhindarkan. Wasit Martin Atkinson asal Inggris kemudian menghentikan pertandingan karena suasana keributan tersebut.

"Sepakbola seharusnya tidak digunakan untuk menyampaikan pesan politik kelompok tertentu. Saya mengutuk insiden yang terjadi di Belgrade pada pertandingan malam itu," tulis orang nomor satu di tubuh FIFA itu.

Konfederasi sepakbola Eropa (UEFA) dan FIFA kini tengah mendalami kasus ini. Hukuman menanti kedua kubu bila terbukti terjadi pelanggaran dalam pertandingan.

Perdana Mentri Serbia, Aleksandar Vucic menilai, insiden tersebut merupakan cara Albania untuk menarik perhatian Eropa sekaligus agar bisa bergabung dalam 28 negara Uni Eropa. Dia menilai, negaranya 'kecolongan'.

"Bila ada seseorang dari Serbia menerbangkan bendera 'Greater Serbia' di Tirana atau Pristina, tentu akan menjadi masalah bagi Dewan Keamanan PBB," tambah Mentri Luar Negeri Serbia, Ivica Dacic mengacu pada Ibukota Albania dan Kosovo.

Di lain pihak, mentri luar negeri Australia, Ditmir Bushati juga menyesalkan slogan-slogan anti-Albania selama pertandingan berlangsung yang dilontarkan fans Serbia.

"Kami menyesal pemerintah Serbia belum memiliki keberanian untuk menangkap pelaku kericuhan yang menunjukkan kebencian secara terbuka terhadap simbol negara kami."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya