Profil Arsenal, Sudah Sepatutnya Diperhitungkan Juara

Arsenal berani meninggalkan filosofi sepak bola indah dan bermain pragmatis.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 07 Agu 2015, 15:46 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2015, 15:46 WIB
20150803-Community-Shield-Inggris-Arsenal-Chelsea
Pemain Arsenal berfoto bersama dengan trofi merayakan kemenangan usai mengalahkan Chelsea pada FA Community Shield di Wembley Stadium, Minggu (2/8/2015). Arsenal menang atas Chelsea dengan skor 1-0. (Reuters/Andrew Couldridge)

Liputan6.com, London - Bila mendengar pepatah, "yang berjuang tapi tak diperhitungkan", entah mengapa yang muncul di benak kemudian adalah Arsenal. Bertahun-tahun sang arsitek, Arsene Wenger, dengan lantang berujar tim besutannya bakal berjuang untuk menjadi juara Premier League.

Belakangan, ucapan Wenger malah terdengar seperti sesumbar. Sekitar bulan Februari atau Maret, Sang Profesor biasanya mulai menurunkan sasarannya menjadi: tiket langsung ke Liga Champions musim depan.

Dan kita tahu pada akhirnya Arsenal hanya akan finis di posisi ketiga, bahkan keempat. Begitu hampir seterusnya sejak terakhir kali menjuarai Premier League musim 2003-2004. Musababnya pun dicari, ditelaah, bahkan diperdebatkan.

Dari mulai badai cedera yang seakan tak berhenti menerpa, hingga pelitnya manajemen Meriam London untuk belanja pemain bintang dianggap biang kegagalan Arsenal juara Premier League lagi. Sekelompok suporter The Gunners turut menyalahkan Wenger atas realitas bahwa klub kesayangan mereka mulai mengakrabi kegagalan.

 

Wenger Menolak Menyerah

Arsene Wenger
Manajer Arsenal Arsene Wenger (AFP)

Suara-suara sumbang yang menuntut Wenger dimakzulkan sempat nyaring terdengar seantero Emirates Stadium. Tapi Wenger menolak menyerah. Pelatih kelahiran Prancis ini masih berniat membuktikan diri, ia bukan juru taktik kedaluwarsa.

Ia percaya gaya sepak bola seksi yang diusungnya belum usang. Setidaknya ia masih bisa mengantarkan Arsenal juara Piala FA dua tahun terakhir. Setidaknya, Arsenal mampu dua kali mengalahkan juara Premier League di ajang bernama Community Shield.

Cukup? Tentu saja tidak. Juara Premier League tetap menjadi target utama klub bagian utara London ini. Menurut Direktur Arsenal, Lord Harris, dana sebesar 200 juta pounds (sekitar 4,2 triliun rupiah) sudah disiapkan klub untuk belanja pemain bintang dan demi kembali menjuarai Premier League. Lucunya, entah kenapa Wenger malah membantah pernyataan tersebut.

Tak bisa dimungkiri bahwa badai cedera kerap kali menjadi penyakit Arsenal setiap musimnya. Bukan lagi sebuah kejutan bila Theo Walcott, Jack Wilshere, Aaron Ramsey, Alex Oxlade-Chamberlain, Mikel Arteta, atau Olivier Giroud bergantian diterpa cedera.

 

Hantu Cedera Arsenal

img_walcott-9.jpg
Theo Walcott saat menerima perawatan dari tim medis (AFP/Ian Kington)

Badai cedera layaknya kutukan bagi Arsenal. Seandainya lebih beruntung, Arsenal mungkin bisa finis di posisi lebih baik. Paling tidak, Walcott, Wilshere, dan Ramsey yang tengah dalam top perform tak perlu repot-repot mengembalikan kebugaran mereka lagi usai cedera panjang.

Tapi, bila kita mau melupakan soal kesialan Arsenal untuk urusan cedera, mereka memang sudah sepatutnya masuk kandidat kuat juara Premier League 2015-2016. Idealnya, skuat yang telah bermain bersama selama beberapa musim bisa menjadi kelebihan Meriam London.

Bukan cuma persoalan sudah saling mengenal, tapi ada kepercayaan yang terbangun di antara mereka. Barangkali Jack Wilshere juga tak salah ketika mengatakan, lini belakang Arsenal bisa lebih tenang dengan kehadiran Petr Cech di bawah mistar. Bila benar Karim Benzema bisa didatangkan dari Real Madrid, level permainan Arsenal pun diyakini meningkat.

Sebuah catatan penting juga Arsenal tinggalkan pada laga Community Shield kontra Chelsea akhir pekan lalu. Wenger berani menanggalkan citra timnya yang biasa menerapkan permainan cantik, cerdas, dan punya kelas tersendiri. 

Tinggalkan Filosofi

Community Shield_04
Pemain Arsenal, Alex Oxlade-Chamberlain, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Chelsea dalam Community Shield 2015 di Stadion Wembley, Inggris. Minggu (2/8/2015) malam WIB. (Reuters/Darren Staples)

Seperti yang diungkapkan Jose Mourinho, Arsenal meninggalkan filosofi mereka di ruang ganti. The Gunners memilih cara pragmatis untuk menghadapi Chelsea, yang menjadi juara Premier League musim lalu dengan cara yang hampir mirip. Parkir bus Arsenal adalah sebuah paradoks.

Barangkali 11 tahun adalah waktu yang cukup. Lebih dari cukup bagi klub sebesar Arsenal puasa gelar Premier League. Maka sudah sepatutnya kali ini, perhitungkanlah Arsenal dengan sungguh-sungguh. (Win/Ary) 

Baca juga:

Sinyal De Gea Batal Gabung Madrid Menguat

10 Fakta Liga Premier Inggris 2015-16 (I)

10 Fakta Liga Premier Inggris 2015-16 (II)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya