Usai Bawa Persiba ke 8 Besar, Pelatih Sajuri Pilih Naik Haji

Sehari-hari Sajuri juga bekerja sebagai guru SMA.

oleh Risa Kosasih diperbarui 27 Agu 2015, 06:17 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2015, 06:17 WIB
Pelatih Persiba Bantul, Sajuri Syahid (Paserbumi.com)
Pelatih Persiba Bantul, Sajuri Syahid.

Liputan6.com, Bantul - Seluruh umat muslim di dunia sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Idul Adha, termasuk yang di Indonesia. Bagi seorang Sajuri Syahid, momen Lebaran Haji kali ini terasa lebih spesial karena dia bisa merayakannya di tanah suci Mekkah.

Sajuri adalah salah satu calon jemaah haji  dari embarkasi Solo, yang berangkat pada 29 Agustus mendatang. Selang enam hari sebelum terbang ke Mekkah, pria 48 tahun ini membuat keputusan penting. Memimpin laga terakhir klub yang dilatihnya, Persiba Bantul, dalam babak penyisihan grup C Piala Kemerdekaan 2015.

Tak dinyanya, Laskar Sultan Agung mendapat hasil positif karena menang 1-0 hingga membuat mereka lolos ke babak 8 besar turnamen. Dengan begitu langkah skuat besutan Sajuri pun masih berlanjut di Piala Kemerdekaan hingga memaksa sang pelatih absen mendampingi di pinggir lapangan.

"Memang dari awal kami sudah buat perjanjian, saya hanya bisa melatih sampai minggu ketiga Agustus. Rencana awal kan kick-off tanggal 2 Agustus," kata Sajuri kepada Liputan6.com, Rabu (25/8) sore. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai guru olahraga di SMA Negeri Sewon, Bantul, mengungkapkan kalau perkiraannya memang meleset.

Andai turnamen Piala Kemerdekaan digelar pada 2 Agustus silam, Sajuri memperkirakan dirinya bisa melatih lebih dari sekedar babak delapan besar. "Paling hanya bisa melatih sampai seminggu terakhir karena turnamen paling lama sekitar tiga minggu," ungkap mantan pemain PSIM Mataram ini.

Persiapan Sajuri menunaikan Rukun Islam kelima untuk sekali seumur hidup sejatinya dilakukan sejak 2010. "Saya sudah dari 2010 daftar tapi berangkat tahun ini berlima, bersama istri, kakak dan adik saya," tutur pria berkumis ini semangat.

Bergelut di dunia sepak bola seperti hukum wajib dalam kehidupannya. Sebelum berbaju PSIM di era 1990'an, karirnya dimulai di perkumpulan sepak bola amatir, Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW) milik Muhammadiyah.

Lantas sang pemain bergabung sebagai pelatih merangkap pemain di klub milik Pengcab PSSI Bantul, Melati Muda. Dari sisi akademik, Sajuri memperdalam ilmu olahraganya di FPOK IKIP (UNY) hingga mendapatkan gelar S.Pd tahun 1996.

Merangkap sebagai guru serta pelatih lebih sibuk dari juru taktik lainnya, karena jelang bergulirnya Divisi Utama 2015, Sajuri malah meminta izin untuk turun pangkat menjadi asisten kepala. Pelatih yang pernah membawa Persiba menjuarai Divisi Utama musim 2010/2011 itu beralasan sudah tak bisa fokus mengurus timnya. Alhasil, eks-asistennya Didik Listyantara yang menduduki posisi tersebut. Sayang, seluruh kompetisi terhenti lewat status Force Majeur pada 2 Mei 2015.

Sajuri tak meninggalkan pesan apapun kepada asisten pelatihnya di Piala Kemerdekaan. Menurutnya, Didik bisa lebih paham kondisi di lapangan dari pada menghafal taktik yang dititipkan sebelum bertanding. "Saya nggak meninggalkan apa-apa karena saya yakin asisten bisa melanjutkan. Dia pasti lebih paham saat berada di pinggir lapangan dan bisa mengingat apa yang biasa saya lakukan," kata Sajuri menerangkan.

"Saya hanya minta doanya, kami semua sehat, selamat, dan lancar beribadahnya. Untuk sepak bola, tidak ada karena saya percaya saja kalau kita berusaha optimal hasilnya pasti seriing," pungkasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya