Manfaat Bercinta Sebelum Bertanding, Fakta atau Mitos?

Pro dan kontra masih menyelimuti ritual berhubungan seks sebelum pertandingan.

oleh Risa Kosasih diperbarui 05 Okt 2015, 07:19 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2015, 07:19 WIB
Pelatih Fisik Sriwijaya FC, Gaselly Jun Panam (Liputan6)
Pelatih Fisik Sriwijaya FC, Gaselly Jun Panam bersama Liputan6.com (Yoppy Renato/Liputan6)

Liputan6.com, Malang- Pengaruh berhubungan seks dengan pasangan sebelum pertandingan masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Sebagian pelatih menganggap hal itu bisa mempengaruhi kebugaran pemain saat tampil di sebuah pertandingan. Namun tak jarang juga pelatih yang mengizinkan kegiatan itu dengan harapan performa pemainnya lebih moncer saat di lapangan.

Berti Vogts, salah satu pelatih yang dikenal ketat hal ini. Saat memimpin Jerman di Piala Dunia 1994, dia sempat melarang istri dan kekasih para pemainnya untuk mendekat ke hotel. Bagi Vogts, para istri dan kekasih para pemain harus rela berkorban demi kemenangan pasukannya. 

Sikap ini tentu menimbulkan reaksi keras dari beberapa istri pemain. Mereka beranggapan, bahwa aturan tersebut terlalu konvensional.

Roy Hogdson juga dikenal sealiran dengan Vogts untuk urusan seks jelang pertandingan. Pelatih asal Inggris itu juga membatasi ruang gerak istri dan kekasih para pemain Inggris. Selama Piala Dunia 2014, Hodgson hanya memperbolehkan istri datang untuk makan malam sebanyak tiga kali.

Namun tidak semua berpandangan seks bakal merusak permainan pemain di lapangan. Carlos Alberto Parreira, juru taktik yang sukses membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 1994 itu malah membebaskan pemainnya untuk berhubungan badan dengan pasangannya. "Kalau pun kami tidak jadi juara dunia, itu bukan karena seks," ujarnya saat ditanya mengenai kelonggaran sikapnya itu.

Mantan pemain Timnas Brasil Ronaldinho, juga tidak mengharamkan seks sebelum laga. Sebaliknya dia justru menganggap seks sebagai ritual wajib sebelum turun lapangan. Baginya, itu tidak merugikan melainkan malah bisa memberi kebahagiaan baginya di saat pertandingan.

Tak Lagi Dipandang Sebatas Ritual Semata

Mengenai pro dan kontra ini, Pelatih Fisik Sriwijaya FC Gaselly Jun, punya pendapat sendiri. Menurutnya, bahwa hubungan seks sebelum pertandingan kini tak lagi dipandang sebagai mitos belaka.

"Sex before competition (seks sebelum laga) sudah ada metode penelitiannya. Sama sekali bukan mitos. Ada beberapa pemain di luar  yang harus melakukannya dahulu agar penampilan di lapangan bagus, ada juga yang tidak. Itu bergantung masing-masing individu," kata Gaselly saat ditemui di sela-sela persiapan timnya menghadapi Arema Cronus.

"Tidak bisa dipukul rata semua pemain jadi bagus. Tiap individu juga merasakan pengaruh yang berbeda kalau berhubungan sebelum atau sesudah pertandingan," tutur lulusan Fakultas Keolahragaan UNJ itu.

Sebagai pelatih fisik, Gaselly sudah menangani beberapa tim sepak bola Indonesia. Sebelum bergabung dengan SFC, pria kelahiran Jakarta 1986 itu pernah membidani Mitra Kukar (2012) serta Persija IPL pada 2013. Ketika ditanya siapa pemain Sriwijaya yang kebugaran paling baik di dalam timnya, Gaselly menyebut Musafri dan Fathur Rachman.

Namun kebugaran kedua pemain itu di setiap pertandingan bukan karena ritual bercinta sebelum laga. "Mereka senang dengan aktivitas sendiri, dengan menambah porsi latihan sendiri," kata Gaselly. (Ris/Rco)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya