Beda Nasib Dua Seteru Abadi, MU dan Liverpool di Liga Europa

Manchester United harus memberikan jalan pada sang musuh abadi, Liverpool ke perempat final Europa League.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 18 Mar 2016, 07:10 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2016, 07:10 WIB
Marcus Rashaford ketika tampil melawan Liverpool
Bek Liverpool, Nathaniel Clyne, berusaha menekel penyerang MU, Marcus Rashford, pada laga leg kedua babak 16 besar Liga Europa di Stadion Old Trafford, Inggris, Jumat (18/3/2016). dini hari WIB. (Action Images via Reuters/Jason Cairnduff)

Liputan6.com, Jakarta Beda nasib dua seteru abadi di Inggris terjadi di babak 16 besar Europa League. MU tampaknya kurang 'hoki' di kasta kedua kompetisi antarklub Eropa.

Manchester United harus memberikan jalan pada sang musuh abadi, Liverpool ke perempat final Europa League. The Reds kini menjadi harapan terakhir Inggris di kompetisi kasta kedua Eropa ini.

Liverpool menyingkirkan MU di babak 16 besar dengan skor agregat yang meyakinkan, 3-1. Kemenangan 2-0 di leg pertama menjadi modal berharga Liverpool di leg 2, Jumat, (18/3/2016) dinihari tadi. Pada pertemuan Old Trafford, hasil imbang 1-1 cukup bagi Liverpool memukul mundur MU

Padahal, asa MU di pertandingan ini sempat menyala setelah Anthony Martial mencetak gol pembuka di menit 32 dari titik putih. Penalti untuk Liverpool tercipta setelah Martial dijatuhkan Nathaniel Clyne di kotak terlarang.  Pemain asal Prancis ini mengambil sendiri eksekusi penalti untuk mengubah kedudukan menjadi 1-0.

 

Baca Juga

  • Ronaldo Makin Mesra dengan Putri Miliarder Inggris
  • Moreno Enggan Meraba Debut Rio Haryanto di F1
  • Persija Waspadai Semua Lawan di Grup B Piala Bhayangkara



Namun kepercayaan tim asuhan Louis Van Gaal ini kembali runtuh setelah Phillipe Coutinho menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Situasi ini jelas membuat MU tertekan. Pasalnya, agregat skor melebar lagi menjadi 3-1; mengejar defisit tiga gol dalam 1x45 menit membuat pemain MU tidak bisa berbuat banyak.

Liverpool akhirnya memastikan tempat di 8 besar setelah hasil imbang 1-1 tidak berubah hingga peluit panjang dibunyikan.

Hasil ini tentu jauh dari harapan semula setelah sepanjang pertandingan di babak pertama, MU mendominasi jalannya laga.

Louis Van Gaal

"Ini sangat mengecewakan. Kami memiliki kesempatan, dan telah mendapatkan perasaan bagus tentang itu di ruang ganti. Kami menciptakan cukup banyak peluang untuk meraih kemenangan. Anda tahu, ketika kami menyerang, Liverpool punya kesempatan melakukan serangan balik," ujar Van Gaal dilansir dari BBC Sport.

"Saya kira, bila kami tidak kebobolan jelang turun minum, kemungkinan kami lolos terbuka lebar," sambung pelatih asal Belanda ini.

Dilansir dari Eurosport, MU hanya mampu sekali menang di pentas Eropa dalam enam pertandingan. Kemenangan itu diraih MU ketika menghajar Midtjylland di leg 2 babak 32 besar Europa League. Sedangkan, satu kemenangan MU didapat di fase grup Liga Champions saat menekuk CSKA Moskow pada November 2015 lalu.

Kebugaran pemain dan padatnya jadwal pertandingan menjadi alasan Van Gaal, MU tersingkir di Europa League. Terlebih, pemain MU dirundung cedera. "Kami harus bisa mengatasinya, dan kami telah menunjukkannya di pertandingan melawan Arsenal."

MU terakhir tersingkir di Europa League musim 2011/12 dari tangan Athletic Bilbao di babak 16 besar. Ketika itu, MU juga kalah dua leg.


Pujian dari Klopp

Dalam rentang 16 tahun terakhir Liverpool menyamai sukses di ajang Europa League musim 2001/02 dan 2002/03. Ketika itu, Liverpool mencapai perempat final. Pada 2010/11, Liverpool langkah Liverpool terhenti di fase 16 besar.

Keberhasilan Liverpool melaju ke babak 8 besar tidak bisa dipisahkan dari sosok Phillipe Coutinho. Dia mencetak gol pembeda ke gawang MU di leg 2. Dan itu menjadi gol pertama Coutinho untuk The Reds di panggung Eropa.

MU melawan Liverpool

Menurut pelatih berkebangsaan Jerman ini, 'tembok kokoh' David De Gea menjadi kendala untuk mencetak gol tambahan. Dari 13 tembakan, Liverpool hanya mampu mencetak gol sekali. Selama 2x45 menit, dari data yang dilansir Soccernet, De Gea melakukan 6 kali penyelamatan.

Manajer Liverpool, Jurgen Klopp memuji performa tim pada pertandingan ini. "Ini sangat bagus. Kami bermain dengn intensitas tinggi. Kami memiliki banyak peluang, pertandingan ini Liverpool melawan De Gea. Dia tampil bagus di pertandingan ini," puji Klopp untuk kiper asal Spanyol itu.

Klopp juga memberikan atensi atas gol Coutinho yang menusuk dari sektor sayap. Coutinho solo run dari dan melewati pemain MU sebelum berhadapan dengan De Gea. "Kami juga mencetak gol dengan cara fantastis. Pertandingan berubah. Dia sangat muda tetapi sudah berpikir bisa melakukan gol seperti itu."

Kemenangan ini juga terasa spesial bagi tim yang bermarkas di Anfield tersebut. Musim ini, Liverpool belum terkalahkan di ajang Europa League.

MU melawan Liverpool

Kredit besar untuk Klopp juga layak diberikan. Klopp menjadi pelatih pertama Liverpool setelah Graeme Souness yang mampu membawa tim terhindar dari kekalahan di Old Trafford pada Oktober 1991.

Di kancah Eropa, Liverpool masih menggungguli MU. Sepanjang sejarah, Liverpool sudah 11 kali mengoleksi gelar Eropa (termasuk Europa League dan Liga Champions). Sedangkan, MU belum pernah merebut Europa League dan merebut Liga Champions sebanyak 3 kali.


Peluang Bertemu Basel

Peluang Liverpool bertemu Borussia Dortmund pun terbuka lebar. Pasalnya, Dortmund baru saja menyambar satu tiket perempat final setelah menyingkirkan tim Inggris lainnya, Tottenham Hotspur.

Bila Liverpool bersua Dortmund, tentu ini duel nostalgia bagi Jurgen Klopp yang menangangi Liverpool.

Jurgen Klopp

Pelatih berkacamata ini menjadi pelatih Dortmund pada 2008 hingga 2015. Bersama Dortmund, pelatih 48 tahun ini Dortmund menjadi kampiun Bundesliga musim 2010/11 dan 2011/12. Mengenai kans bertemu Dortmund, Klopp menjawabnya santai.

"Semua teman saya Dortmund ingin bertemu kami (Liverpool)--tetapi hanya di Basel (venue final Europa League)."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya