Liputan6.com, Jakarta Arsene Wenger, Manajer Arsenal ini dikenal lantaran taktik permainan atraktifnya. Manajer berjuluk The Professor ini mampu mengubah Arsenal, yang semula memainkan sepak bola membosankan dan bukan pesaing gelar juara, menjadi tim yang disegani dengan permainan cantik.
Tak hanya itu, Wenger juga terkenal lantaran kemampuannya mengorbitkan para pemain muda. Sebut saja nama Cesc Fabregas, Hector Bellerin, atau Robin van Persie. Mereka menjadi pemain besar lantaran tangan dingin Wenger.
Cerita mirip namun tak sama terjadi di Persija Jakarta pada era 80an. Saat itu, Persija tengah terpuruk dan bahkan hampir terdegradasi dari kompetisi Perserikatan ke Divisi I PSSI di tahun 1985.
Advertisement
Namun, keputusan Ketua Umum Persija saat itu, Todung Barita Lumbanraja menunjuk Sugih Hendarto mengubah segalanya. Ya, di bawah racikan Sugih, Persija bangkit dan kembali menjadi tim yang berbahaya.
- Hodgson: Ketemu Ronaldo, Siapa Takut?
- Dilepas Conte, Bek Chelsea Tunggu Panggilan Mourinho
- GP Assen: Ujian 'Perdamaian' Rossi dan Marquez
Dari semula di posisi bawah, Opa Hen -sapaan akrab Sugih- membawa Persija ke papan atas hingga akhirnya masuk ke Final Perserikatan musim 1988. Bermain di Gelora Bung Karno, Senayan, Persija harus melawan Persebaya Surabaya.
Sayang, bermain di Jakarta, Persija harus takluk dari Bajul Ijo dengan skor 2-3. Meskipun demikian, Persija saat itu tetap mendapat apresiasi dari publik. Persija pun digelari juara tanpa mahkota lantaran penampilan atraktif mereka.Â
Ketika itu, bagi Opa Hen, permainan cantik adalah elemen penting dalam sepak bola. Permainan cantik pula yang mengubah Persija hingga akhirnya melaju ke final.
"Mainnya dirombak, mainnya lebih tenang enggak usah lempar bola ke depan. Para pemain mesti diajarin wall pass, segitiga, overlapping, kalau sudah main di daerah lawan, wah itu nontonnya saja nikmat," ujar Opa Hen.
2
Selain karena berhasil membuat Persija bermain atraktif, ada hal yang membuat Opa Hen memiliki kemiripan dengan Wenger. Opa Hen pandai menyulap pemain muda menjadi pemain bintang.
Sudah banyak pemain yang ditangani Opa Hen menjelma menjadi pemain bintang. Salah satunya adalah Rahmad Darmawan yang kini menjadi pelatih di pentas sepak bola nasional. Di bawah asuhan Opa Hen, Rahmad Darmawan menjadi salah satu predator di kotak penalti lawan.
Menurut Opa Hen, pemain yang mumpuni merupakan pondasi untuk membentuk permainan tim yang bagus Opa Hen menjelaskan, seorang pemain bola harus memiliki teknik dan serba bisa. Selain hal itu, faktor mental juga berperan penting untuk kemajuan pemain.
"Banyak pemain yang saya latih, bakatnya bagus, tapi mentalnya gak bagus. Itu gak bisa juga. Pandangannya harus diubah, pemain yang bagus adalah yang serba bisa. Dia bisa lewati pemain lawan, bisa oper bola. Kalau lihat temen posisinya bagus, baru kita oper. kalau tidak seperti itu, gak akan dapat tim yang mutunya tinggi," ujar Opa Hen.
Advertisement
Tanpa Pamrih
Dalam melatih sebuah tim, Opa Hen tak mengenal kata pamrih. Saat dilantik melatih Persija senior pun, Opa mengaku tak berharap imbalan uang banyak. "Enggak mikirin duit saya mah," ujar Opa.
Bagi Opa Hen, sepak bola memang sudah mendarah daging. Terbukti, di usianya yang telah senja, Opa Hen masih sempat menangani dua sekolah sepak bola di Jakarta pada 2014 lalu. Dan, filosofi tanpa pamrih pun tetap dipegang pria kelahiran 1934 tersebut.
Salah satu cerita yang cukup dikenang Opa Hen adalah saat dia menangani sekolah sepak bola PSB Bogor. Ketika itu, Opa mengeluarkan uang dari kocek pribadi untuk mengongkosi timnya bermain.
"Kebetulan saya agak idealis sedikit. Saya cuma pikirin anak-anak sekalian. Saya bilang amal ibadah bikin kita panjang umur," ujar Opa Hen.
Anak-anak, kata Opa Hen, adalah elemen penting dari proses membentuk pemain yang bagus. Menurut dia, untuk menjadi pemain yang bagus, anak-anak harus diajari untuk memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal itu dia dapat dari mantan pelatih tim nasional Indonesia asal Belanda, Wil Coerver.
"Kalau anak-anak, langkah-langkah yang kita ajarkan. Itu latihan ala Wil Coerver. Dari di Belanda dia bikin buku. Seorang anak mesti dibentuk. Seorang anak, main bola itu paling susah. Dia mesti kuasai lawan, untuk kuasai lawan dia mesti kuasai bola. Untuk membikin hal itu dia mesti kuasai kaki. Diajarin gerak tipu. Nanti, personality-nya tumbuh. Percaya diri makin besar. Itu basic," ujar Opa Hen mengakhiri.