Liputan6.com, Jakarta - Turun mewakili Indonesia di Olimpiade Rio 2016, Linda Wenifanetri mendapat banyak suntikan motivasi dari atlet senior yang pernah tampil di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Seperti terhipnotis, itulah yang dirasakan tunggal putri Indonesia ini saat berdiskusi dengan para mantan atlet yang pernah tampil di Olimpiade, seperti Rexy Mainaky, Susi Susanti, dan Minarti Timur.
Baca Juga
Advertisement
Dorongan semangat hingga cerita terdahulu dari seniornya menjadi pemacu Linda untuk dapat memberikan penampilan yang terbaik di Rio de Janeiro pada Agustus nanti.
"Saya sempat ngobrol dengan Minarti Timur waktu di karantina di Kudus. Beliau bilang ke saya, Linda kamu jangan khawatir, di Olimpiade itu semua bisa terjadi. Yang penting kamu tetap fokus, jangan takut lawan siapapun," kata Linda bercerita.
"Sebenarnya kalau diingat-ingat, yang diomongin itu suatu hal yang udah pernah saya dengar sebelumnya. Tetapi, nggak tahu kenapa, pas Ci Memey (Minarti Timur) yang ngomong, saya kayak terhipnotis gitu. Masuk banget ke otak saya. Makin semangat, lebih percaya diri lagi," tambah Linda.
Dengan Rexy dan Susi, Linda juga banyak bertukar pikiran. Meski mengaku semakin grogi jelang Olimpiade, di sisi lain Linda merasa semakin terpacu semangatnya.
"Mereka semua kasih semangat penuh ke saya. Mendukung penuh. Dari pelatih-pelatih di Pelatnas juga semuanya. Nggak hanya pelatih tunggal putri. Senang banget bisa tukar pikiran sama mereka. Sekarang ini lumayan jadi nervous sebenarnya, tetapi saya juga semakin semangat," ucap Linda.
"Semakin hari saya semakin menyadari bahwa konsentrasi saya harus lebih ditambah lagi. Jaga kondisi badan. Semakin hari semakin memprotek diri, lebih memperhatikan diri sendiri. Tapi tetap dibawa santai."
Olimpiade Pertama dan Terakhir
Olimpiade Pertama dan Terakhir
Bisa tampil menjadi wakil Indonesia di Olimpiade Rio 2016 memberikan kebanggaan tersendiri buat Linda. Apalagi, ini akan menjadi Olimpiade pertama dan mungkin yang terakhir buat Linda.
"Ini jadi Olimpiade pertama saya dan mungkin akan jadi yang terakhir. Karena empat tahun ke depan, saya belum tentu bisa bertahan. Empat tahun lagi sudah waktunya untuk junior-junior di bawah saya yang turun," tutur atlet kelahiran Jakarta itu.
Delapan tahun menghuni Pelatnas Cipayung, Linda akhirnya bisa mencicipi turun tanding di turnamen level tertinggi di dunia, Olimpiade. Pada 2008 saat Maria Kristin Yulianti menjadi wakil Indonesia di Olimpiade Beijing, Linda baru bergabung dengan Pelatnas. Empat tahun kemudian, giliran Adriyanti Firdasari yang diturunkan.
"Yang pasti senang, excited banget rasanya. Bangga karena dikasih kesempatan untuk bisa main di Olimpiade. Jadi memotivasi supaya saya bermain maksimal. Ibaratnya, semua pemain pasti ingin main di Olimpiade, tetapi saya bisa dapat kesempatan. Ini jadi motivasi buat saya untuk main sebaik mungkin," ujar Linda.
Dukungan penuh juga datang dari keluarga dan orang-orang terdekat Linda. Linda mengatakan, perhatian keluarganya semakin tercurah demi persiapan maksimal Linda ke Olimpiade. "Dukungan keluarga benar-benar luar biasa. Saat pulang ke rumah pun, misalnya ada acara keluarga, saya tetap tinggal di rumah. Disuruh istirahat, jaga kondisi," ucapnya.
"Keluarga menjaga suasana hati saya juga. Nggak banyak membahas pertandingan, mereka menenangkan dan mendukung saya. Selain itu, saya misalnya batuk sedikit aja, mama langsung bikinin air jeruk nipis. Pokoknya full banget buat saya."
"Sekarang tinggal Bismillah aja," pungkas medali perunggu Kejuaraan Dunia 2015 itu.
Advertisement