Dilarang Berjilbab, Wasit Basket Indonesia Perjuangkan Haknya

Wasit Yuli Wulandari tidak memimpin pertandingan bola basket di ajang SEABA U-18 di Malaysia karena terganjal peraturan FIBA.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 28 Jul 2016, 21:50 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 21:50 WIB
Wasit Yuli Wulandari
Wasit Yuli Wulandari tidak bisa memimpin pertandingan bola basket di ajang SEABA U-18 di Malaysia karena terganjal peraturan FIBA. (change.org)

Liputan6.com, Jakarta - Yuli Wulandari adalah wasit wanita Indonesia pertama dan satu-satunya yang memiliki lisensi dari International Basket Ball Federation (FIBA). Sementara untuk tingkat Asia, ia menjadi wanita ke-18 berlisensi FIFA.

Tak mudah bagi wanita asal Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, ini untuk menjadi wasit bola basket. Selain harus memahami peraturan bola basket, dibutuhkan juga mental, fisik, dan keberanian di lapangan.

Yuli memulai kariernya sebagai wasit pada 2005. Setahun kemudian, wasit 29 tahun tersebut mendapatkan lisensi C. Pada 2008, ia meraih lisensi B2 dan B1 Nasional di 2010. Sementara untuk lisensi FIBA diraihnya pada 2014 setelah sebelumnya mendapat lisensi A nasional di 2013.

Banyak sudah pertandingan bola baset di Indonesia yang dipimpimnya, di antaranya Pekan Olahraga Nasional (PON), WNBL (Women National Basket Ball League), NBL (National Basket Ball League), WIBL (Women Indonesia Basket Ball League), serta IBL (Indonesia Basketball League).

Ia juga pernah memimpin pertandingan kelas internasional, seperti Asean University Game, SeabaU-18, Seaba Championship for Women 2014, 3 X 3 Asean Beach, dan Fiba Asia U-16.

Pada Juni lalu, Yuli mendapat kabar akan ditugaskan pada ajang SEABA U-18 di Malaysia, September mendatang. Tapi, langkah Yuni terganjal oleh peraturan FIBA yang tidak memperbolehkan wasit dan pemain untuk menggunakan penutup kepala atau jilbab dalam pertandingan dengan alasan keamanan.

"Bukan hanya saya saja yang tidak bisa melanjutkan mimpi di perbasketan Internasional. Ada sahabat saya, Raisa Aribatul, salah satu pemain terbaik yang dimiliki Indonesia, juga tidak bisa bermain di ajang pertandingan bola basket Internasional. Selain itu, ada Bilqis Abdul Qadir dan Indira Kaljo yang tak bisa bermain basket di Luar Negeri karena aturan ini," tulis Yuli lewat petisinya di Change.org

Melalui petisinya itu, Yuli yang memutuskan mengenakan jilbab sejak Maret 2016, berharap FIBA menghapus larangan itu. "Biarkan kami berprestasi dan bekerja dengan tetap melaksanakan kewajiban kami sebagai muslimah," ucap Yuli dalam petisinya.

Hingga berita ini ditulis pada Kamis (28/7/2016), dukungan terhadap Yuli sudah mencapai 46.274 pendukung. Dia butuh dukungan 3.726 lagi agar petisinya tersebut bisa langsung disampaikan kepada Presiden FIBA Horacio Muratore.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya