Liputan6.com, Jakarta- Remaja asal Tiongkok, Ren Qian, bakal selalu mengingat Olimpiade di Rio de Janeiro 2016 seumur hidup. Menginjak usia 15 tahun 180 hari, Ren Qian menorehkan tinta emas di pesta olahraga tertinggi di dunia ini. Sejarah besar bagi Negeri Tirai Bambu dan sang atlet tercipta.
Wanita asal Provinsi Sinchuan ini merebut emas di loncat indah nomor 10 meter putri. Dia mengumpulkan nilai total 439, 25. Ren Qian mengungguli kompatriotnya, Si Yajie, dengan merebut medali perak dan Meaghan Benfeito, asal Kanada, yang mengantongi perunggu.
Baca Juga
Ren Qian menduduki peringkat ke-4 sebagai atlet muda yang memenangi emas di nomor 10 meter putri. Dia satu-satunya atlet yang berhasil mengoleksi 90 poin dalam tiga kali percobaan. Emas Olimpiade 2016 membuat Ren Qian masuk dalam buku rekor atlet remaja Tiongkok yang meraih emas Olimpiade setelah Fu Mingxia memiliki prestasi serupa dari cabang loncat indah di Olimpiade 1992. Fu menggondol emas pada usia 13 tahun, 345 hari.
Sejak masih bocah, Ren telah memelihara mimpi bisa menjadi atlet besar. Dia terus memegang komitmen tersebut. “Ketika masih kecil— mungkin tujuh tahun, saya selalu bermimpi bisa memenangkan medali emas,” ungkap Ren Qian kepada stuff .co.nz.
Debut di Olimpiade, medali emas hanya menjadi angan buat Ren Qian. Dia sadar, harus bersaing dengan atlet dari seluruh dunia, termasuk dengan para seniornya, termasuk Si Yajie yang berstatus juara dunia loncat indah 2013 di Barcelona. “Ketika meraih kemenangan, saya menangis bahagia,” kata Ren Qian dikutip dari Xinhua, setelah turun dari podium.
Dia mengaku terkejut bisa mendapatkan medali emas, sebab performa di babak penyisihan sampai semifinal di luar harapan. “Tapi saya tetap tenang dan itu menjadi hal terpenting, terutama di tiga loncatan terakhir.”
Buka Pintu Prestasi Lewat Senam
Sebelum menekuni loncat indah, Ren Qian membuka prestasi lewat senam. Terbukti, di usia 3 tahun Ren Qian sudah menembus tim senam amatir di sekolah. Tao Li Ting menjadi orang berjasa yang menemukan bakat tersembunyi Ren Qian di bidang senam.
Mulai 2007, Ren Qian berlatih loncat indah sampai akhirnya ia mengikuti proses seleksi loncat indah. Pada 2012, Ren Qian turun di Kejuaraan Nasional. Dia berhasil meraih kemenangan di empat nomor. Ren Qian berhasil masuk dalam tim nasional loncat indah Tiongkok kurang dari 15 tahun.
Ren Qian akhirnya mengantongi satu tiket ke Olimpiade setelah merebut perak di Kejuaraan Duniae 2015 di Kazan pada nomor papan 10 meter. Ren Qian mengantongi satu tiket ke Olimpiade setelah merebut perak di Kejuaraan Dunia 2015 di Kazan pada nomor papan 10 meter.
“Saya hanya berusaha memberikan yang terbaik dan terus berlatih. Saya memulai berlatih sejak usia 10 tahun lalu. Saya belum merasakan tekanan Olimpiade karena belum berada sana. Jadi saya akan berpikir tentang Olimpiade setelah tiba,” tutur Ren setelah tampil di Kejuaraan Dunia 2015 di Kazan, Rusia.
Nama Ren Qian semakin kental di ajang-ajang dunia loncat indah menyusul keberhasilan besar di Brasil. Setelah merebut emas Olimpiade, Ren Qian mengaku banyak hal berubah. Terutama setelah media-media menjulukinya sebagai Si Ratu Loncat Indah. “Mungkin ya. Namun saya tidak pernah menyadari,” katanya.
Meski menorehkan prestasi di loncat indah, Ren Qian mengaku memiliki niat besar mendalami bidang lain.“Saya ingin belajar ilmu hukum dan kedokteran forensik,” ujar Ren Qian, setelah tidak lagi bergelut dengan papan loncat dan kolam renang.
Minim Bahasa Inggris
Sementara itu, sang rival dari Australia, Vanessa Wu, antusias bisa bersaing dengan Tiongkok. Ren Qian selalu bertekad menjadi nomor satu.“Setiap lompatannya sangat indah. Sangat menarik bagi saya bisa melihat bagaimana dia telah mendapatkan tekanan kompetisi di usia sekarang.”
Menurut Vanessa, meski memiliki postur lebih kecil dibanding kontestan lain, Ren Qian telah memberikan inspirasi. Dalam lomba, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Terlebih, setelah Ren Qian gagal menunjukkan performa terbaik di babak kualifikasi dan semifinal.
“Bisa bangkit dan melakukan dengan sempurna benar-benar mengherankan saya. Dia telah memberikan pelajaran—seorang atlet bisa melakukan apa pun karena biasa mendapat tekanan dari negara mereka.”
Terlepas dari kemauan kuat Ren Qian, Vanessa melihat kendala bahasa masih menjadi batu sandungan. “Bahasa Inggris mereka sangat terbatas. Beberapa dari mereka menggunakan bahasa Inggris dan lainnya tidak. Mereka biasanya lebih muda, jadi mereka tidak banyak berbahasa Inggris.”