Liputan6.com, Jakarta - Melatih sebuah tim besar dibutuhkan banyak pengalaman dan kemampuan meramu taktik. Terkadang, keberuntungan juga menjadi faktor tambahan perjalanan seorang manajer sukses.
Dalam satu dekade belakangan, paradigma pelatih sukses sedikit bergeser karena mereka bukanlah orang-orang yang punya banyak pengalaman. Contoh paling nyata adalah ketika Jose Mourinho menuntun FC Porto pada 2004 menjadi juara Liga Champions saat berusia 40 tahun.
Baca Juga
Setelah itu, kejadian terulang pada Pep Guardiola (Barcelona), Luis Enrique dan Zinedine Zidane (Real Madrid). Berhasil sebagai pemain, ketiganya membuktikan kalau klub bisa mengandalkan jasa mereka sebagai pelatih muda.
Seperti dilansir dari Sokkaa, pada Sabtu (12/11/2016) sore, masih ada beberapa pelatih muda potensial yang siap bersinar bersama tim-tim elite dunia. Bahkan di antara mereka ada yang belum genap berusia 30 tahun!
Berikut rinciannya seperti terhampar di 5 halaman berikutnya:
Advertisement
1. Pal Dardai (Hertha Berlin)
Klub Bundesliga Jerman, Hertha Berlin memutuskan untuk mengangkat legenda mereka Pal Dardai sebagai manajer pada 2015 lalu. Sebelum menangani tim senior, pria 40 tahun itu sempat diminta menukangi tim muda selama tiga musim, sambil melatih timnas Hungaria.
Hingga pekan kesepuluh, Dardai bisa membawa tim berjuluk Die Alte Dame tersebut ke posisi empat klasemen. Semasa jadi pemain, Dardai terkenal sebagai gelandang bertahan yang tangguh.
Dalam 20 tahun berkarier, 10 musim dihabiskan bersama Hertha Berlin. Tak aneh, jika dia begitu serius menangani mantan klubnya ini.
Marcelo Gallardo
2. Marcelo Gallardo (River Plate)
Marcelo Gallardo merupakan mantan gelandang serang timnas Argentina yang telah tampil di dua edisi Piala Dunia. Kali ini pria 40 tahun tersebut mendapat tekanan yang berbeda sebagai pelatih klub raksasa River Plate, tim yang dibelanya 11 tahun dalam tiga kali kesempatan.
Hingga pekan kesembilan, River Plate berada di papan tengah Divisi Utama Liga Argentina, yakni peringkat tujuh klasemen. Semasa jadi pemain, Gallardo sebagai playmaker yang cerdik.
Dia pernah tampil sebagai pemain penting bersama Paris Saint-Germain dan juga AS Monaco.
Eddie Howe
3. Eddie Howe (Bournemouth)
Setelah pensiun sebagai pemain Bournemouth, Howe mengambil tawaran untuk menjadi caretaker tim ini usai Jimmy Quinn dipecat pada 2008. Setahun kemudian pelatih 38 tahun tersebut mendapat kontrak pertamanya sebagai manajer dan sukses membawa The Cherries lolos dari degradasi.
Beberapa keberuntungan menghampiri Howe selama melatih Bournemouth, termasuk saat mengalahkan Manchester United musim lalu. Saat ini namanya masuk daftar calon pelatih timnas Inggris.
Garry Monk
4. Garry Monk (Swansea City)
Swansea mestinya berterimakasih pada Monk yang telah membuat tim ini bertahan di Liga Premier Inggris setelah pencapaian buruk diwariskan dari eks-manajer Michael Laudrup. Sebelum melatih The Swans, pria 37 tahun tersebut membela klub tersebut selama satu dekade hingga 2014.
Pada musim pertamanya di kursi kepelatihan, dia sukses mengalahkan manajer berpengalaman Louis van Gaal dan Arsene Wenger. Sayang, Swansea memecat Monk pada Desember 2015, karena hanya mampu membawa timnya finis di peringkat 15.
Lee Johnson
5. Lee Johnson (Bristol City)
Lee Johnson adalah manajer termuda kedua yang paling berbakat di dunia saat ini. Usianya baru 35 tahun, tapi sudah punya pengalaman melatih dua klub sebelumnya.
Sebelum datang sebagai manajer Bristol, dia menjajal kemampuan sebagai pelatih bersama Oldham Athletic di Divisi League One dan Barnsley yang turun di kompetisi Championship. Hingga matchday ke-16, Bristol bertengger di peringkat sembilan klasemen sementara Championship.
Julian Nagelsmann
6. Julian Nagelsmann (Hoffenheim)
Pelatih Bayern Muenchen Carlo Ancelotti akan mengingat betul wajah anak muda ini. Julian Nagelsmann, pria berusia 29 tahun tersebut adalah manajer anyar Hoffenheim, tim yang sukses menahan imbang Bayern 1-1 di Allianz Arena pada pekan kelima Bundesliga.
Nagelsmann meneken kontrak sebagai manajer tim utama pada Oktober 2015. Musim lalu dia berhasil membawa timnya lolos dari jurang degradasi.
Hingga pekan kesepuluh Bundesliga, Hoffenheim bertengger di posisi tiga besar, unggul dua poin dari klub raksasa Borussia Dortmund.