Euforia Piala AFF 2016 di Manila Hanya Milik Timnas dan Thailand

Euforia Piala AFF 2016 di Manila nyaris tak terasa. Sedangkan suporter Indonesia dan Thailand selalu memenuhi stadion.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 28 Nov 2016, 09:50 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2016, 09:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Babak penyisihan grup Piala AFF 2016 sudah usai. Empat tim yakni Thailand, Indonesia dari Grup A dan Myanmar serta Vietnam dari Grup B memastikan lolos ke semifinal.

Lebih dari sepekan berada di Manila, euforia turnamen sepak bola terbesar antar negara Asia Tenggara itu nyaris tidak terasa. Maklum, sepak bola bukanlah olahraga populer di negara ini.

Bahkan Liputan6.com merasakannya langsung saat tiba di Bandara Ninoy Aquino pekan lalu. Pihak Imigrasi seolah-olah tidak tahu bakal ada hajatan sepak bola besar di negaranya. Sehingga kami sempat tertahan cukup lama, sebelum akhirnya diizinkan masuk ke negara tersebut.

Minimnya promosi Piala AFF juga terasa di pusat kota. Tidak ada baliho atau spanduk yang menunjukkan adanya turnamen besar.

Justru spanduk konser musik Bryan Adams yang banyak terpampang di jalan raya. Ironisnya sepinya euforia juga terjadi di seluruh venue Piala AFF 2016.

Masyarakat Filipina seperti enggan menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Seorang supir taksi yang kami tumpangi menyebut minimnya kecintaan pada sepak bola karena alasan mendasar.

"Anda lihat saja timnas Filipina. Mayoritas pemainnya tidak lahir di sini, lalu buat apa kami mendukung mereka," kata supir bernama Randy Espiritu.

Diselamatkan Thailand dan Indonesia

Beruntung, dua negara kontestan di Grup A yakni Thailand dan timnas Indonesia punya fans yang setia. Meski tidak dalam jumlah yang besar, setidaknya fans dua negara ini mampu menghidupkan suasana stadion.

Bahkan saat laga terakhir timnas Indonesia kontra Singapura, Rizal Memorial Stadium seperti rumah sendiri bagi pemain timnas. Pasalnya, tribun dipenuhi WNI yang datang dari tanah air ataupun sudah tinggal di Filipina.

Suasana tak kalah seru juga selalu dirasakan saat Thailand bertanding. Ratusan suporter selalu datang langsung mendukung perjuangan anak asuh Kiatisuk Senamuang.

Pun demikian dari ekspose media. Rombongan jurnalis dari Thailand dan Indonesia selalu memenuhi media centre stadion. Bahkan jurnalis dari Singapura terkadang jumlahnya lebih banyak ketimbang tuan rumah.

"Pada tahun 2010, penggemar sepak bola di sini meningkat drastis. Stadion selalu penuh, televisi membicarakan Azkals sepanjang waktu," kata kapten timnas Filipina, Phil Younghusband beberapa waktu lalu kepada Liputan6.com.

"Namun setelah itu peminatnya menurun drastis. Yang jelas kami ingin membawa sepak bola Filipina berprestasi setinggi mungkin meski susah untuk menjadi olahraga paling populer," katanya.

Melihat kondisi ini AFF mungkin harus berpikir ulang untuk menunjuk sebuah negara menjadi tuan rumah turnamen. Dan Piala AFF 2016 menjadi bukti kalau euforianya tidak pada tuan rumah, namun pada dua negara yang lolos yakni Indonesia dan Thailand.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya