Liputan6.com, Madrid - Dalam el clasico di Estadio Santiago Bernabeu, Senin (24/4/2017) dinihari WIB, Real Madrid sebenarnya mampu memimpin terlebih dahulu dari Barcelona. Adalah Casemiro yang membawa tuan rumah memimpin.
Namun, Barcelona mampu membalas melalui Lionel Messi. Real Madrid justru kemudian balik tertinggal akibat ulah Ivan Rakitic.
Advertisement
Baca Juga
Tuan rumah kemudian makin tertekan setelah kapten Sergio Ramos mendapat kartu merah. Dia diusir karena tekel keras terhadap Messi.
Kendati kekurangan jumlah pemain, Los Blancos bisa membuat gol penyama melalui James Rodriguez. Akan tetapi, Messi menjadi pembeda dengan gol kemenangan yang diciptakan pada injury time.
Dengan hasil ini, El Barca menggusur rivalnya itu untuk menduduki puncak klasemen dengan perolehan 75 poin dalam 33 pertandingan. Real Madrid di posisi kedua dengan angka yang sama dan memiliki tabungan satu laga.
Ada lima alasan mengapa Real Madrid begitu hancur dan terluka dalam el clasico itu. Apa saja? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:
Kondisi Tim
Sejak awal kinerja Madrid sudah diragukan. Gareth Bale yang tidak benar-benar fit justru masuk tim utama. Dalam kondisi tidak 100 persen, dia pun hanya melakukan 19 sentuhan selama 39 menit di lapangan.
Dari seluruh pemain, hanya Isco yasng dibilang stabil. Pemain Spanyol itu tampil fantastis akhir-akhir ini dan telah menghasilkan beberapa hasil gemilang.
Isco dengan kecepatan dan tipuannya bisa mengancam pertahanan Barcelona yang rapuh. Namun, dia justru dicadangkan.
Advertisement
Kartu Merah Sergio Ramos
Ivan Rakitic mencetak gol pada menit ke-72 dengan membawa Barcelona unggul 2-1. Lima menit kemudian, Sergio Ramos malah melakukan tekel berbahaya kepada Lionel Messi dan mendapat kartu merah untuk pelanggaran tersebut.
Ini bukan kali pertama kapten Real Madrid itu diganjar kartu merah di Clasico. April lalu di Camp Nou, dia juga diusir karena pelanggaran serupa.
Kartu merah Ramos meninggalkan celah Madrid di belakang, dan membuat mereka rentan terhadap serangan balik Barcelona. Hingga akhirnya membawa pada gol Messi yang menentukan pada menit ke-92.
Mateo Kovacic
Real Madrid bermain dengan gaya sepak bola gung-ho, di mana bahkan gelandang bertahan dan bek sayap bermain tinggi ke atas untuk menyerang. Dengan laga berjalan 1-1, Zidane memilih untuk memasukkan Mateo Kovacic untuk gantikan Casemiro.
Kovacic bukan gelandang bertahan dan tidak bisa berperan seperti itu. Casemiro sendiri beruntung bisa bertahan hingga menit ke-70, setelah beberapa tekel sembrono pada Messi yang tidak dihukum sesaat sebelum jeda.
Mantan gelandang Inter itu belum benar-benar sukses di Madrid, dan hampir tidak membantu Luka Modric melakukan kontrol apapun di lini tengah. Tidak akan mengejutkan jika Madrid melepaskan gelandang Kroasia itu, dan menemukan seorang gelandang yang bisa melakukan kontrol selama pertandingan besar.
Advertisement
Performa Ronaldo
Bintang asal Portugal itu tampak seperti tak biasanya. Dia melewatkan beberapa peluang. Ada kesempatan yang paling mencolok di menit ke-67 saat Ronaldo tak bisa kontrol umpan manis dari Asensio.
Bahkan kerja samanya dengan Benzema tidak semulus biasa. Dia tak bisa mengendalikan proses seperti biasanya.
Ronaldo adalah pemain besar. Namun jelas sangat terlihat kalau dia merasa frustrasi malam itu.
Taktik Zidane
Prestasi Zinedine Zidane tidak bisa dipertanyakan atau diragukan. Madrid sangat hebat di bawah sosok asal Prancis itu, setelah memenangkan Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Zidane membawa kehidupan kembali ke Bernabeu setelah beberapa penampilan yang benar-benar hambar dan tak bernyawa di bawah arahan Rafael Benitez.
Tapi setelah mengatakan semua ini, dia tidak membawa gaya bermain ke Madrid atau perubahan taktis dalam cara tim bermain. Akan lebih masuk akal jika Zidane menerapkan taktik dengan cara yang berbeda melawan Barcelona yang inkonsisten.
Dia harusnya menurunkan Isco, Asensio, dan James Rodriguez sejak awal menggantikan Kroos, Bale dan Benzema, serta mendorong Ronaldo secara sendirian di depan. Ini akan memberi Madrid lebih banyak mobilitas dan kontrol di lapangan.
Contoh lain ketika taktik Zidane membingungkan adalah setelah timnya menyamakan kedudukan dengan 10 orang dan hanya memiliki beberapa menit sampai peluit akhir. Namun Madrid malah mencoba menyerang sehingga meninggalkan lubang di lini belakang. Messi kemudian memanfaatkan hal itu dan mencetak gol penentu kemenangan Barcelona. (I. Eka Setiawan)
Advertisement