Liputan6.com, Jakarta - Timnas Islandiamelanjutkan cerita ajaib mereka tahun ini. Setelah mencapai perempat final di Piala Eropa 2016, timnas Islandia untuk pertama kalinya masuk putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Lolosnya Islandia semakin luar biasa karena mereka lolos langsung tanpa perlu melalui fase play-off. Itu setelah Gylfi Sigurdsson dan kawan-kawan memuncaki Grup I dengan 22 poin dari 10 partai.
Islandia sukses menyingkirkan Turki dan Ukraina yang notabene lebih berpengalaman. Mereka juga memaksa Kroasia harus melalui babak play-off sebelum memastikan diri lolos.
Advertisement
Baca Juga
Pelatih Islandia, Heimir Hallgrimsson menilai timnya layak masuk Piala Dunia. "Kami telah mendapatkan hak untuk masuk, seperti yang lain. Kami tak hanya mewakili Islandia di Russia, kami mewakili Eropa," kata Hallgrimsson seperti dilansir Guardian.
"Kami telah mengalahkan tim besar, jadi mengapa tidak kami bercita-cita mendapatkan sesuatu seperti tim lainnya," ujar Hallgrimsson menambahkan.
Piala Dunia memang baru akan mulai tahun depan. Namun keberhasilan lolos ke putaran final boleh dibilang jadi yang tertinggi bagi Islandia sejauh ini selain mencapai perempat final Piala Eropa 2016.
Ya, sebelum berhasil di Piala Eropa 2016, timnas Islandia tak begitu mendapat perhatian publik. Namun, keberhasilan di Piala Eropa 2016 membuka mata publik bahwa sepak bola Islandia mulai bergeliat.
Berikut Liputan6.com paparkan fakta menarik terkait timnas Islandia dan sepak bolanya.
Â
Â
Â
1. Negara dengan Populasi Terkecil di Piala Dunia 2018
Islandia akan menjadi negara dengan populasi paling sedikit di antara kontestan Piala Dunia lainnya. Seperti dilansir ESPN, Islandia saat ini dihuni oleh 334 ribu penduduk.
Jumlah tersebut bahkan mungkin tak lebih dari jumlah penduduk satu kecamatan di Jakarta! Total penduduk Jakarta sendiri berjumlah 9 juta orang.
Namun di balik jumlah yang kecil itu, Islandia punya cukup banyak pelatih berkualitas. Seperti dilansir Strait Times, Islandia punya 600 pelatih berkualitas dengan 400 di antaranya memegang lisensi UEFA B.
Dengan jumlah sebanyak itu, Federasi Sepak bola Islandia (KSI) bisa leluasa mengirim pelatih berkualitas hingga ke level usia dini. "Salah satu bagian sukses yang nyata di sini adalah, mereka punya pelatih yang sangat terdidik yang mulai melatih anak-anak usia lima sampai enam tahun," ujar mantan pelatih timnas Islandia, Lars Lagerback.
Advertisement
2. Bermain di Pinggir Sekolah
Dinginnya iklim di Islandia membuat hampir semua lapangan sepak bola dibangun di dalam ruangan (indoor). Bayangkan, suhu terhangat di Islandia hanya mencapai 10-13 derajat celsius.
Menghadapi iklim yang ekstrem, KSI tak kehilangan akal. Seperti dilansir BBC, mereka menggelontorkan dana untuk membangun fasilitas lapangan indoor. Kebijakan ini sudah dimulai sejak 15 tahun silam.
Lapangan-lapangan itu dibangun berdekatan dengan sekolah. Dalam pengurusannya, KSI tak sendiri. Mereka bekerja sama dengan klub dan pemerintah lokal.
"Setiap kota atau pedesaan di Islandia, ingin punya tim sepak bola yang bagus untuk orangtua dan anak-anak. Mudah melatih sebagai pelatih lisensi A atau B UEFA di sini," kata Hallgrimson.
3. Liga Empat Bulan
Tak seperti Liga Inggris yang berlangsung sekitar sembilan bulan, Liga Islandia hanya berdurasi empat bulan. Ini karena iklim dingin yang ekstrem di Islandia.
Saat musim dingin, rata-rata temperatur di sana mencapai 0 hingga -10 celsius. Namun suhu bisa mencapai -25 hingga -30 celsius pada bulan Desember. Suhu terendah Islandia sendiri tercatat pernah mencapai hingga -39 celsius.
Tak adanya kompetisi memadai tidak membuat Islandia menyerah. Untuk mensiasatinya, KSI menitikberatkan pada pengembangan pemain muda.
Sumber daya manusia maupun infrastruktur dimaksimalkan untuk mencetak pemain berkualitas di usia sedini mungkin. Pada akhinya, para pemain tersebut nantinya akan bermain di luar negeri.
Sekadar informasi, semua pemain timnas Islandia saat ini bermain di luar Islandia. Liga Primer Inggris jadi salah satu tujuan para pemain Islandia selain Liga Denmark, dan Swedia.
"Kami mengajarkan anak-anak kami dari usia muda dan memberikan mereka sesi yang memadai dengan pelatih terbaik. Itulah mengapa, kami punya banyak pemain muda yang bermain di luar negeri di umur 17, 18, dan 19. Mereka harus melanjutkan perkembangan diri mereka secara profesional," kata Hallgrimson.
Â
Advertisement