Jakarta - "Saya percaya sepak bola tak sekadar memindahkan bola dari satu kaki ke kaki lain yang berujung pada merobek gawang lawan. Ada faktor yang lebih dari itu, yakni psikologi,"
Kalimat tersebut dari mulut Esteban Granero, kala pertama kali menginjakkan kaki di kampus Universitas Oxford, pada pertengahan tahun 2012. Kala itu, ia baru bergabung dengan Queens Park Rangers (QPR), setelah terdepak dari skuat Real Madrid.
Baca Juga
- 3 Opsi PSG Hadapi Real Madrid Tanpa Neymar
- Senjata Tak Terlihat dari Espanyol yang Membuat Real Madrid Terkapar
- Pemasukan Real Madrid Kalahkan Barcelona
Advertisement
Alih-alih merenungi nasib, Granero, yang saat itu berusia 25 tahun, membuat keputusan penting, yakni berkuliah. Baginya, menginjakkan kaki di kampus menjadi tantangan tersendiri, dan tak semua pesepak bola memiliki kesempatan itu.
Bergabung dengan QPR, tim yang bermarkas di London, memberi peluang besar bagi Granero. Setelah berkeliling, seperti dirilis Telegraph (20/10/2012), Granero memutuskan ingin mendalami ilmu psikologi.
Sebelumnya, selama bergabung dengan Real Madrid, ia kuliah di sebuah universitas di ibukota Spanyol tersebut. Sayang, ia harus 'menaruh buku-buku kuliah' agar bisa fokus membela QPR.
Usain Bolt akan menjalani debut di Old Trafford, markas Manchester United. https://t.co/eqosqbi4Ry pic.twitter.com/GUpHMhlYOV
— Bolacom (@bolacomID) March 2, 2018
Bukan tanpa alasan pemain didikan akademi junior Real Madrid tersebut memilih jurusan tersebut. Baginya, hal itu berkaitan dengan kehidupan sebagai pesepak bola, baik di lapangan maupun di luar pertandingan.
Usai pembukaan musim baru Premier League 2012-2013, Granero membuka lembaran anyar juga, yakni status mahasiswa. Sebuah pilihan yang tak salah. Bagi Esteban Granero, psikologi menjadi sisi yang bisa menjadikan sebuah pemain dan tim berubah semakin kuat.
Asanya terbukti lagi pada tengah pekan lalu. Espanyol, tim yang kini dibela Esteban Granero, membuat malu Real Madrid. Pada laga lanjutan La Liga 2017-2018, di RCDE Stadium, tuan rumah menang 1-0.
Gol dari Gerard Moreno pada menit ke-93, memberi satu bukti bagi Esteban Granero kalau sisi psikologi bisa mengalahkan kelemahan secara teknik dan kualitas pemain. Sebelumnya, sisi psikologi sudah menjadi ujian bagi Esteban Granero kala QPR terdegradasi pada tahun pertamanya berkarier di Inggris.
Â
Arti Psikologi
Berbicara tentang psikologi, Esteban Granero mengaku pengetahuan dan penguasaan tentang hal tersebut membuatnya semakin bersinar. Ia bisa menjelaskan dirinya sebagai seseorang yang biasa. "Manusia yang bisa menikmati banyak hal baru," tegasnya.
Menurut Esteban Granero, psikologi adalah hal mendasar bagi seorang pesepak bola yang ingin memiliki karier bersinar. Hal itu menjadi aspek utama saat seorang pesepak bola berlatih taktik, teknik dan fisik. "Bukan hanya pesepak bola, tapi seluruh olahragawan," sebutnya.
Pria berusia 30 tahun tersebut menyebut aspek psikologi membuat setiap pemain memiliki determinasi tinggi, meski bermain bagus atau jelek. "Bagiku, belajar psikologi bukan sekadar akademik saja, tapi tentang apa yang kami pelajari dari diri Anda sendiri," ucap Esteban Granero.
Terkait perjalanan karier, Esteban Granero bergabung dengan tim akademi junior Real Madrid saat berusia 8 tahun. Berkembang di sebuah tim berstatus satu di antara terbaik di dunia, Granero menyebutnya sangat menyenangkan dan menggairahkan.
"Real Madrid adalah tim yang selalu saya dukung, dan banyak pemain idolaku berkarier," ungkap Esteban Granero. Ia tak menyangkal, faktor psikologi menjadi yang terkuat kala harus bersaing ketat dengan para pemain junior di level akademi. Maklum, anak-anak dari seluruh penjuru Spanyol datang.
"Anda harus berada dalam titik terbaik terus-menerus. Karena itulah, faktor psikologi sangat menentukan, dan beruntung saya sudah merasakan itu sejak kecil," beber Esteban Granero.
Tekanan tak sekadar datang dari sejak dan tengah melakoni karier sebagai pesepak bola profesional. Tekanan psikologi 'membombardir' ketika gagal dan sukses.
Â
Advertisement
Jawaban dari Tekanan
"Pada posisi itu, Anda harus tahu bagaimana bereaksi, bagaimana berbicara dengan orang lain serta diri sendiri, dan bagaimana menghadapi tantangan itu," komentar Esteban Granero.
Esteban Granero sudah merasakan beragam ujian yang menyerang sisi psikologinya. Ia pernah mendapat karu merah saat baru bermain enam menit pada laga debut di pentas La Liga bersama Getafe. Selain itu terkena cedera di Real Sociedad, dan kondisi itu menyerang psikologi seorang Esteban Granero selama enam bulan.
Kunci dari kebangkitan Esteban Granero adalah kemampuan bereaksi. "Pada akhirnya, sepak bola adalah hal terpenting buatku, dan itu memberiku semangat," tegasnya.
Ia mendapat pelajaran berharga. Pada saat berada di luar lapangan, kehidupan seorang pesepak bola adalah menjaga diri sendiri, beristirahat yang cukup dan memulihkan tenaga dan konsentrasi. "Di sisi lain, Anda harus sesekali tak berhubungan dengan sepak bola," kata eks Real Sociedad ini.
Kini, Esteban Granero yakin sisi psikologi armada Espanyol akan semakin positif setelah menaklukkan Real Madrid. Kemenangan atas sang juara bertahan membaut mereka optimistis bisa bertahan di Primera Division.
Sumber:Â www.bola.com
Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini