Liputan6.com, Jakarta Humas Aremania, suporter Arema FC Malang, Achmad Ghozali meminta suporter sepak bola sering melakukan berbagai kegiatan yang positif. Cara ini diyakini Aremania bakal mengurangi kerusuhan antarsuporter.
Pada 23 September lalu, seorang suporter Persija, Harinya Sirila dikeroyok oknum suporter Persib hingga tewas di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Tak mau kejadian seperti itu terus berulang, Ghozali menyarankan beberapa hal. Misalnya di Arema sendiri mereka membentuk Arema Police yang digandeng pemerintah daerah dan kepolisian setempat.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak inisiatif kegiatan positif yang dilakukan suporter agar iklim sepakbola menjadi bagus. Kita dibina oleh pemda dan polisi namanya Arema Police. Jadi, di manapun Aremania tetap menjaga kondusifitas, tidak hanya di Malang saja, tetapi dimanapun Arema bermain," ungkapnya.
Dia berharap pemerintah daerah lain juga dapat melakukan pembinaan suporter, bekerjasama dengan pihak kepolisian. Hal ini untuk memelihara kondusifitas dan sportifitas di dalam sepakbola. “Rivalitas hanya 90 menit. Tetapi, kerusuhan bisa berujung kematian. Maka, perlu pembinaan dan semua perlu bahu membahu menjaga kondusifitas di setiap pertandingan,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga berharap PSSI cepat mengambil langkah untuk lebih tegas dalam regulasi di kompetisi. Peristiwa yang terjadi di Bandung harus menjadi pelajaran bagi seluruh kelompok suporter dan klub sepakbola.
"PSSI harus segera membuat keputusan dan kembalikan roda kompetisi ke jalurnya. Jika ada yang melanggar berikan hukuman secara adil untuk kemajuan sepakbola Indonesia," tegas tokoh Aremania ini.
Pembinaan
Sementara itu, pakar Hukum Universitas Islam Indonesia Prof. Mudzakir mengatakan, selama ini pembinaan suporter tidak pernah dilakukan secara kontinyu dan baik oleh PSSI, klub maupun pemerintah daerah. Padahal, sebagai salah satu aset utama pertandingan, suporter seharusnya mendapatkan perlakuan yang lebih baik.
“Suporter sebagai aset penting bagi klub dan sepakbola Indonesia seharusnya dikelola dan diperlakukan dengan baik. Seharusnya mereka dibina dan diorganisir. Selama ini, mereka hanya mengorganisir diri mereka sendiri,” katanya.
Menurutnya, pemerintah daerah dan klub sepakbola dari masing-masing daerah adalah pihak yang terdepan dalam melakukan pembinaan suporter. Pengendalian sosial dalam bentuk penegakan hukum yang dikombinasikan dengan pembinaan akan memberikan hasil yang lebih optimal.
Suporter sepakbola sebagai sebuah komunitas memiliki karakter dan bahasa sendiri. Di sinilah sesungguhnya peran pemerintah daerah dibutuhkan, karena tingkah laku suporter tidak terlepas dari marwah dan karakteristik masing-masing daerah.
Kematian Haringga seharusnya menjadi momentum untuk perbaikan menyeluruh terhadap seluruh suporter dan kelompok sepakbola.
Kematian puluhan suporter sepakbola sesungguhnya merupakan tragedi yang tidak bisa ditoleransi.
"Pemerintah daerah harus lebih berperan menurunkan tingkat fanatisme kedaerahan yang sering berujung pada anarkisme. Sepakbola adalah tempat yang harus memberikan kegembiraan, bukan bencana apalagi kematian kepada suporter," tegasnya.
Advertisement
Hukuman untuk Persib
Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menyimpulkan ada beberapa pelangggaran kode disiplin yang dilanggar Persib. Salah satu yang paling fatal adalah intimidasi kepada ofisial Persija pada pertemuan teknis, melakukan sweeping, pengeroyokan, dan pemukulan kepada suporter Persija.
Komdis PSSI juga menilai panitia penyelenggara pertandingan Persib gagal memberikan rasa aman dan nyaman terhadap suporter yang datang menonton.
Terkait dengan pelanggaran ini, Komdis PSSI memutuskan memberikan hukuman berat kepada klub Persib. Sanksi itu berupa pertandingan home di luar Pulau Jawa (Kalimantan) tanpa penonton sampai akhir musim kompetisi 2018.
Tak hanya itu, Persib juga mendapat larangan pertandingan home tanpa penonton di Bandung sampai setengah musim kompetisi tahun 2019.