Asian Para Games 2018: Belajar dari Filosofi Hidup Ni Nengah Widiasih

Ni Nengah Widiasih jadi andalan Indonesia di para angkat beban Asian Para Games 2018.

oleh Muhammad Ivan Rida diperbarui 05 Okt 2018, 19:20 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2018, 19:20 WIB
Asian Para Games 2018 : Atlet angkat besi, Ni Nengah Widiasih
Atlet angkat besi, Ni Nengah Widiasih, saat berpose usai latihan di Gor Jakarta Utara, Rabu (03/10/2018). Ni Nengah Widiasih akan berlaga pada Asian Para Games 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jakarta - Tak pernah lelah bekerja keras untuk meraih yang dicita-citakan. Itulah filosofi hidup atlet para angkat beban Indonesia di Asian Para Games 2018, Ni Nengah Widiasih.

Nengah memang tidak seberuntung manusia pada umumnya. Ketika berusia tiga tahun, dia mengalami kelainan di bagian kaki sehingga tidak bisa berjalan secara normal.

Perempuan berusia 28 tahun itu lantas harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas setiap harinya. Kelumpuhan yang melanda diakui sempat membuatnya frustrasi. 

Nengah beruntung memiliki orang tua penyayang. Dukungan moril yang selalu diberikan kedua sosok tersebut, perlahan membuat Nengah memahami kondisi fisiknya.

"Saya bersyukur karena memiliki orang tua yang sangat luar biasa. Ayah saya pada saat itu berusaha membuat saya memahami kondisi ini. Dia selalu bilang saya tidak berbeda. Dia mengatakan saya spesial. Lambat laun saya akhirnya mengerti dengan sendirinya," tutur Nengah yang menyatakan siap tempur di Asian Para Games 2018.

Bukan Alasan

Asian Para Games 2018 : Atlet angkat besi, Ni Nengah Widiasih
Atlet angkat besi, Ni Nengah Widiasih, saat ditemui usai latihan di Gor Jakarta Utara, Rabu (03/10/2018). Ni Nengah Widiasih akan berlaga pada Asian Para Games 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Keterbatasan fisik bukan alasan bagi Nengah berprestasi. Melalui sang kakak yang merupakan atlet angkat besi, Nengah berhasil mengangkat derajatnya.

Perempuan berusia 28 tahun itu akhirnya memilih jalan hidup sebagai lifter. Dengan bakat dan kerja keras tanpa kenal lelah, dia sukses menjadi pahlawan bangsa karena menjuarai berbagai ajang bergengsi dunia.

Dalam Asian Para Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Nengah meraih medali perak. Dia juga mengklaim masing-masing perunggu dari Kejuaraan Dunia Angkat Beban di Dubai 2014, dan Paralimpiade Rio de Janeiro, Brasil, 2016.

Nengah mengaku awalnya tidak terlalu serius menekuni olahraga angkat besi. Namun, perlahan menyadari kelebihannya melalui sang kakak yang merupakan atlet cabang tersebut.

"Awalnya mengikuti angkat besi itu sebenarnya hanya main-main dan coba-coba. Saya masih kecil pada saat mulai jadi atlet angkat berat, yaitu mungkin kelas 6 SD. Namun, karena sering diajak kakak, saya otomatis jadi kenal angkat beban berawal dari dia," tutur Ni Nengah.

Mimpi yang Belum Tercapai

Nengah memiliki karier cemerlang selama bergelut di dunia angkat besi. Raihan gelar prestisius membuatnya menyandang status para lifter nomor dua terbaik dunia.

Akan tetapi, pencapaian itu tidak membuat Nengah berpuas diri. Dia mengaku masih menyimpan ambisi besar yang belum terwujud selama bergelut di dunia angkat besi.

"Semua kejuaraan sudah pernah saya ikuti dan berbagai medali saya dapati. Namun, saya masih punya mimpi besar, yakni menjadi juara dunia. Waktu paralimpiade Brasil, saya menempati nomor tiga dunia. Saat sudah berbada. Saya harus berusaha dengan keras agar bisa mewujudkan hal tersebut," ujar Nengah. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya