Selain Persija, 2 Tim Ini Juga Enggan Tampil karena Teror Suporter

Teror suporter tuan rumah tidak hanya menyasar Persija Jakarta, dua klub legendaris Tanah Air juga pernah mengalaminya.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 29 Jul 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2019, 16:00 WIB
PSM Makassar vs Persija Jakarta
Final Piala Indonesia: PSM Makassar vs Persija Jakarta. (Bola.com/Dody Iryawan)

Liputan6.com, Jakarta Leg kedua babak final Piala Indonesia yang sejatinya berlangsung di Makassar, Minggu (28/7/2019) batal. PSSI telah resmi mengubah jadwal pertandingan yang mempertemukan dua tim legendaris, PSM Makassar dan Persija Jakarta menjadi Selasa, 6 Agustus 2019.

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, menyampaikan, keputusan ini diambil karena alasan keamanan dan kenyamanan pertandingan. Pengumuman ini disampaikan lewat situs resmi PSSI.

Sebelumnya, Persija telah mengantongi kemenangan 1-0 saat bertemu PSM di Leg pertama yang berlangsung di Jakarta, 21 Juli lalu. Namun Macan Kemayoran yang sudah berada di Makassar untuk menjalani leg kedua menolak bertanding usai diteror suporter tuan rumah. 

Sinyal ketidakjelasan status duel PSM vs Persija sebenarnya sudah tercium sejak Sabtu malam (27/7/2019) sore WITA. Manajer Macan Kemayoran, Ardhi Tjahjoko meminta PSSI mengubah jadwal pertandingan karena tidak mendapat jaminan keamanan dari tuan rumah. 

Persija menurutnya merasa terancam setelah dua teror menyambangi tim ibu kota selama berada di Makassar. Teror pertama dialami pada Jumat malam. Saat Ismed Sofyan dan kawan-kawan sedang tertidur lelap, tiba-tiba terdengar bunyi petasan dan knaplot sepeda motor yang meraung-raung di luar hotel. Namun insiden ini tidak berlangsung lama. 

Teror kemudian berlanjut sore harinya. Selepas Macan Kemayoran menjajal rumput Andi Mattalatta Mattoangin dalam sesi latihan resmi, bus yang mengangkut para pemain Persija dilempari hingga kacanya pecah. Akibatnya, beberapa orang di dalam bus menjadi korban,  termasuk dua pemain, Ryuji Utomo dan Marko Simic yang terkena serpihan kaca.

Persija juga merasa tidak nyaman dengan serangan verbal yang marak dilancarkan melalui media sosial. Atas dasar kejadian-kejadian ini, Ardhi mengultimatum PSSI untuk menjadwalkan ulang laga di tempat netral. Dia juga memberi opsi lain, yakni Macan Kemayoran bersedia bertanding sesuai jadwal asalkan berlangsung tanpa penonton.

 

Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya
Logo Persebaya Surabaya. (Bola.com/Dody Iryawan)

Teror suporter tuan rumah memang tidak jarang membuat tim tamu tidak nyaman. Tidak tim-tim dalam negeri, tim yang berlaga di Liga Champions Eropa juga pernah mengalaminya, salah satunya adalah Tottenham Hotspur saat bertandang ke markas Ajax Amsterdam.

Tidur para pemain Spurs jelang leg kedua semifinal Liga Champions juga sempat terganggu setelah fans garis keras Ajax, menyalakan petasan dan mercon tak jauh dari hotel mereka. Namun Spurs berhasil melewati teror itu dengan baik. Pada pertandingan yang berlangsung di Johan Cruyff Arena, Amsterdam, keesokan harinya, Spurs berhasil menang 3-2 dan lolos ke babak final. Spurs yang kalah 0-1 di leg pertama melaju setelah unggul gol tandang. 

Di Indonesia, teror suporter tuan rumah terhadap tim tamu juga bukan hal baru. Persija juga bukan satu-satunya yang menolak bertanding gara-gara 'sambutan hangat' tuan rumah.

Pada babak 8 besar Liga Indonesia 2005 lalu, Persebaya menolak bertanding melawan Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, 21/9/2005. Manajer Persebaya kala itu, Saleh Ismail Mukadar, enggan membawa pasukannya ke arena pertarungan karena khawatir dengan keselamatan Bonek yang tengah berada di Jakarta. 

Menurutnya, sejumlah Bonek terluka usai diserang di ibu kota. Dia juga menyampaikan sebagian juga hilang saat tiba di Pulo Gadung. Saleh lalu menyampaikan kondisi ini kepada Walikota Surabaya, Bambang DH yang kemudian memintanya memulangkan Persebaya. 

Saleh lau mengembalikan trofi Liga Indonesia kepada wartawan dan menolak bertanding melawan Persija Jakarta di laga terakhir babak 8 besar grup A. Dalam dua pertandingan sebelumnya, Persebaya bermain imbang 2-2 melawan PSM dan kalah 0-1 dari PSIS. 

Akibat kejadian ini, Persebaya dinyatakan kalah WO dan Persija menang 3-0 tanpa memeras keringat. Persija yang sebelumnya menang 1-0 atas PSIS dan seri 1-1 melawan PSM akhirnya menempati posisi tertasa dan melaju ke babak final dengan koleksi 7 poin. 

Akibat mundurnya Persebaya, PSIS menjadi tim yang paling dirugikan. Sebab Mahesa Jenar akhirnya harus puas berada di urutan kedua dengan koleksi 6 poin. Padahal, PSIS bisa saja lolos bila Persebaya Surabaya memilih tetap bertanding melawan Persija Jakarta. 

 

Persib Bandung

Persib Bandung Logo
Persib Bandung Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Selain Persebaya, Persib Bandung juga beberapa balik kanan usai mendapat teror dari suporter tuan rumah. Salah satunya terjadi pada Liga Indonesia, 4 September 2005 lalu.

Saat itu, Maung Bandung menolak hadir di Stadion Lebak Bulus untuk berhadapan dengan Persija Jakarta. Persib memutuskan kembali ke Bandung dengan alasan keamanan setelah suporter tuan rumah memenuhi arena pertarungan hingga ke pinggir lapangan. 

Sehari sebelumnya, Persib juga mengalami teror dari sekelompok oknum Jakmania yang menyerang pemainnya usai menjalani latihan resmi. Tidak hanya sepanjang latihan , pemukulan dan pelemparan bahkan menimpa pemain Persib saat hendak masuk ke bus.

Enggan bertanding, Persib akhirnya dinyatakan kalah WO. 

Persib juga memilih pulang ke Bandung pada 22 Juni 2013 lalu. Maung Bandung yang seharusnya bertemu Persija Jakarta memilih balik kanan setelah dilempari batu hingga bom molotov oleh pendukung tim tuan rumah tak lama usai meninggalkan Hotel Kartika Chandra. Persib akhirnya batal ke Stadion Utama Gelora Bung Karno dan memilih pulang ke Bandung. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya