Liputan6.com, Jakarta Masyarakat di Indonesia dibuat bingung dengan fenomena susahnya mendapatkan masker, sebuah medium untuk mencegah penyebaran virus corona covid-19. Ini mau tidak mau membuat masyarakat harus kreatif untuk mencari alternatif lain untuk melindungi diri.
Ismail Fahmi, founder Media Karnels Indonesia membuat sebuah utas di Twitter tentang “Mengatasi Kelangkaan Masker”.
"Thread ini buat para ibu rumah tangga yang suka menjahit, dan para tukang jahit. Tentang masker yang bisa dibuat sendiri berdasarkan penelitian dari Cambridge University," tulis Ismail di Twittwer pribadinya ismailfahmi, (21/2/2020).
Advertisement
Menurut Ismail, penggunaan masker bedah sebaiknya dipakai oleh tenaga kesehatan yang menghadapi corona di garda terdepan. “Publik umun non medic? Kita cari cara lain. Kita bantu mereka dengan tidak menggunakan masker yang mereka butuhkan.
Menurut penelitian, virus corona memiliki diameter 0.05-0.2 mikron. Beberapa bahan telah diuji untuk menangkal virus yang seukuran SARS itu.
Mulai dari bahan masker bedah, filter vacum cleaner, lap piring, kaos katun campuran, kaos katun 100%, hingga sutra. Hasilnya, yang paling baik adalah masker bedah yang dapat menahan partikel hingga 97%. Sedang bahan yang paling tidak bagus adalah sutra.
Katun dan Sarung Bantal
Menurut hasil penelitian, ketika kain-kain tersebut diuji dengan partikel virus 0.02 mikron, masker bedah dapat menahan partikel virus hingga 89%. Sedang, filter penyedot debu 86% namun pengguna tidak dapat bernapas dengan bahan tersebut.
Lap piring cukup tinggi yaitu 73%, kain bantal 57%, dan katun kaos 51%. Ketika kain-kain tersebut menjadi dua lapis ternyata perubahan tidak signifikan.
"Kalau dibandingkan dengan masker bedah, ternyata t-shirt katun, cover bantal itu paling enak. Sebaliknya, lap piring yang didobel paling susah dipake bernapas, ngalahin filter vacum cleaner," tulis Ismail.
Ia menyimpulkan, material terbaik untuk Do It Yourself (DIY) adalah katun 100%, kain sarung bantal, dan bahan katun pada umumnya. "Ini akan memfilter 50% dari partikel 0.2 mikron (ukuran corona virus)," tulisnya.
Advertisement