Liputan6.com, Jakarta- Rapid test Corona COVID-19 untuk skrining ternyata tak semudah yang dibayangkan. Walaupun hasil yang keluar cepat, bisa kurang dari 2 menit, cara mengambil sampel rapid test dengan darah perlu ditangani dengan ekstra teliti.
July Kumalawati dari Departemen Patologi Klinik RS Cipto Mangunkusumo Jakarta menyampaikan, untuk mengambil sampel darah dengan rapid test, tenaga kesehatan harus mengenakan alat pelindung diri (APD).
"Namanya rapid test memang cepat. Istilahnya praktis tapi not simple (tidak praktis) juga. Sama dengan metode pengambilan spesimen secara konvensional, seperti PCR. Harus ekstra hati-hati," jelas July saat diskusi secara Live dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Kamis (26/3/2020).
Advertisement
"Yang mengambil spesimen harus pakai APD lengkap, yang seperti baju astronot itu. Supaya terhindar dari kontaminasi."
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Volume dan Cara Membaca Hasil
Dari sisi pengambilan spesimen darah juga perlu diperhatikan, ketepatan volume darah. Jangan sampai volume darah yang diambil malah kurang. Cara membaca hasil rapid test pun juga jadi patokan.
"Hasilnya nanti bisa salah kalau volume darahnya enggak sesuai (kurang). Kemudian cara membaca hasil rapid testnya. Tidak terlalu cepat atau lambat. Lokasi saat membaca hasilnya juga di mana," July menjelaskan.
"Bacanya di tempat yang terang atau remang-remang. Mata kita bisa beda-beda juga cara membacanya. Misalnya, saya pakai kacamata minus dan plus."
Advertisement
Pita Kontrol dan Tenaga Terlatih
Pada alat kit rapid test terdapat pita kontrol, yang menandakan apakah sampel dari orang yang bersangkutan negatif atau positif. Pastikan ketika membaca hasil rapid test, pita kontrol harus muncul.
Jika tidak muncul, maka hasil tidak bisa dibaca.
"Pastikan pita kontrolnya keluar. Biasanya ada 1 pita, ada juga yang 2 sampai 3 pita kontrol. Dimohon juga perhatikan lama waktu rapid test bekerja. Enggak boleh kurang (sehingga hasil yang keluar bisa tepat waktu)," jelas July yang juga bekerja di PDS PatKLIn Jakarta Diagnostik Laboratorium COVID-19.
Untuk tenaga kesehatan yang mengambil spesimen rapid test, sebaiknya seseorang yang sudah ahli. Meski tidak harus terlatih sekali.
"Saya sebenarnya lebih senang kalau seseorang yang sudah terlatih menggunakan rapid test walaupun namanya enggak harus terlatih banget. Kalau orang awam (yang dicemaskan) belum tentu melaksanakan prosedur pengambilan spesimen dengan baik. Akibatnya, hasilnya tidak bisa dipertanggungjawabkan nanti," July menekankan.
Demi membaca hasil rapid test dapat menghubungi dokter laboratorium patologi atau mikrobiologi untuk pembacaan. "Jangan sampai rapid test menyebabkan kebingungan," lanjut July.
Sumber Health Liputan6.com (Penulis Fitri Haryanti Harsono)