Liputan6.com, Jakarta Tinju menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat populer di Tanah Air. Era keemasan olahraga adu jotos tersebut juga ditandai dengan kehadiran juara-juara dunia asal Indonesia, seperti Ellyas Pical, Nico Thomas, Muhammad Rachman, Chris John, Daud 'Cino' Yordan, hingga Ongen Saknosiwi. Â
Dan seperti halnya dua olahraga favorit di Indonesia, lainnya, sepak bola dan bulu tangkis, jejak olahraga tinju di Tanah Air juga sudah terekam bahkan saat Bumi Pertiwi masih dikuasi kolonial.Â
Lewat Cerita Olahraga Tempo Doeloe kali ini, kami ingin mengajak sahabat Liputan6.com untuk mengintip kembali bagaimana olahraga ini berlangsung saat Indonesia belum merdeka.
Advertisement
Kisahnya kami ambil dari salah satu berita pada harian Sin Tit Po yang terbit pada 8 Juni tahun 1935 seperti dinukil dari buku "Wajah Bangsa dalam Olahraga" karya wartawan senior Hendry CH Bangun. Penasaran seperti apa ceritanya? Silahkan Anda ikuti pada halaman selanjutnya.Â
Boksen di Pasar Malam Prigen
Pertandingan tinju memeriahkan pasar malam yang berlangsung di Prigen, Pasuruan, Jawa Barat, 4 Juni 1935. Kejuaraan tersebut dipromotori oleh salah seorang pengusaha bernama Liem Seeng Tee.Â
Selain membiayai jalannya pertandingan, Liem Seeng Tee--pendiri pabrik rokok Sampoerna--juga menanggung uang transportasi seluruh petinju yang dibawa dari Surabaya, Jawa Timur.Â
Pertarungan ini dihadiri banyak sekali penonton. Sebab masyarakat sekitar ternyata selama ini belum pernah menyaksikan pertandingan tinju secara langsung. Selain menghadirkan petinju dari Surabaya, promotor pertarungan Liem Seeng Tee juga mendatangkan petinju asal Belanda, Bil Hennings.Â
Partai eksebisi ini diawali dengan pertarungan Hennings melawan Ferdinandus. Penampilan Hennings mendapat pujian dan dianggap pantas menghadapi petinju sekelas Fighting Mieck. Menurut data yang dilansir dari Boxrec, Mieck merupakan petinju asal Indonesia yang aktif bertarung sejak 1934 hingga 1957. Pria kelahiran 31 Desember 1915 tersebut memiliki rekor bertanding 23(15KO)-18(6KO)-2.Â
Pertandingan kemudian dilanjutkan dengan mempertemukan Sik Bing Kwie vs E de Vos. Keduanya bertarung selama 5 ronde yang berakhir dengan hasil seri. Setelah seluruh pertandingan usai, promotor Liem Seeng Tee mengundang seluruh petinju makan di Villa Sampoerna di Prigen.Â
*Berita di atas kami sadur dari artikel aslinya yang masih ditulis dalam ejaan lama. Artikel asli bisa Anda simak di foto berita.
Advertisement
Catatan Penulis
Hendry sebagai penulis mencatat, Sampoerna sebagai salah satu perusahaan rokor terbesar di Indonesia sudah aktif di dunia olahraga sejak zaman dulu. Ini terlihat dari pertandingan tinju yang digelar di Prigen tersebut dimotori oleh Liem Seng Tee yang merupakan pemilik Sampoerna kala itu.Â
Meski berganti kepemilikan, Sampoerna masih sempat aktif membiayai kegiatan olahraga di Tanah Air, seperti balap sepeda dan bola voli. Namun kegiatan ini belakangan terhenti menyusul terbitnya larangan bagi perusahaan rokok sebagai sponsor kegiatan-kegiatan olahraga di Indonesia.Â
Menurut Hendry, sampai tahun 1980-an, perhelatan olahraga tinju di Pasar Malam masih lazim terjadi, seperti yang pernah berlangsung pada Pekan Raya Jakarta di Monas. Berita tersebut juga menunjukkan bahwa untuk menambah semarak pertarungan, promotor tidak segan-segan mendatangkan petinju dari luar negeri. Sayang, tidak ada rincian jalannya pertandingan dan hanya ditulis hasil akhirnya saja.Â
Â
Â